Kuperhatikan ia sedang memeriksa beberapa berkas dan sesekali menuliskan
sesuatu. Kutaksir usianya tidak lebih dari 25 tahun, cukup muda untuk seorang
direktris yang membawahi sekian ratus orang di sebuah industri garment. Mungkin
warisan babenya, pikirku.
Mengenakan blouse putih dengan dilapisi blazer berwarna biru cerah membuatnya
tampil matang dan elegant. Rambutnya yang hitam mengkilat dan ikal
bergulung-gulung sampai di punggungnya sangat kontras dengan kulit wajah dan
lehernya yang putih.
Ops! Dia menatapku dari balik kaca mata baca yang bertengger di ujung hidungnya
itu, merasa kepergok sedang memperhatikannya kurasakan warna wajahku pasti sudah
merah merona. Dia tersenyum sekilas kemudian meneruskan pekerjaannya.
"Sorry ya, agak lama menunggunya", katanya membuyarkan lamunanku. Kulihat ia
berdiri sambil merapihkan berkas-berkas yang ada di mejanya. Sesaat kemudian ia
melepas blazernya dan menggantungkannya pada sandaran kursinya, ia kemudian
berjalan menghampiri sofa dimana aku duduk. Hmm, 10 cm di atas lutut, pikirku
memperhatikan rok ketat yang dikenakannya. Dengan santai ia mengambil tempat
duduk di seberang meja di depanku, ia melipat kakinya, rok yang dikenakannya
perlahan namun pasti bergerak naik mengekspos pahanya yang padat dan putih
mulus. Amboy.
"Aduh sampai kelupaan, mau minum apa nih ?", tanyanya sambil tersenyum
meyebutkan beberapa jenis softdrink. Kupilih apple juice. Ia kemudian bangkit
dan berjalan menuju ke salah satu sudut ruangan, ada sebuah kulkas kecil disitu.
Kemudian sambil membungkuk ia memilih-milih dari isi kulkasnya, rok yang
dikenakkannya lagi-lagi naik memamerkan kemulusan bagian belakang pahanya. Dan
di balik rok ketatnya itu membayang bukit pantatnya sangat berisi dan seksi. Aku
menelan ludah sesaat. Ia benar-bernar menampilkan sebuah kecantikan dari seorang
wanita yang nampak matang.
Setelah meletakkan minuman di meja, ia kembali duduk dan mempersilahkan diriku
untuk minum. Sambil mengangkat gelas kuperhatikan kembali ia melipat kedua
kakinya. Oh shit ! C'mon man, it's business, rutukku dalam hati mencoba meredam
pikiran-pikiran nakal yang mulai menggoda diriku. Aku akhirnya berhasil
berkonsentrasi penuh.
Ia kemudian mulai membuka pembicaraan dengan menerangkan maksudnya untuk memakai
jasa perusahaanku untuk menerapkan komputerisasi di perusahaannya. Dengan piawai
ia menerangkan struktur organisasi perusahaannya dan prosedur-prosedur yang ada
pada setiap bagiannya beserta kendala-kendala yang mereka hadapi. Nampaknya ia
betul-betul menguasai seluk beluk perusahaan ini. Dari apa yang diterangkannya
sudah dapat kutengarai bahwa akselerasi perusahaan ini terhambat oleh kurang
cepat dan akuratnya pengambilan-pengambilan keputusan dan itu disebabkan tidak
tersedianya informasi yang akurat yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan
dalam waktu yang singkat. Memang sudah waktunya perusahaan ini untuk melakukan
komputerisasi, demikian hemat kami berdua.
Hampir dua jam kami berbincang-bincang. Dari menit ke menit suasana percakapan
kami semakin lancar dan akrab. Ia kemudian memintaku untuk mengajukan proposal.
Kujawab bahwa untuk membuat proposal tersebut aku membutuhkan waktu dan
kesempatan untuk bisa melakukan analisa sistem. "Of course, silahkan, mulai
besok staff Bapak sudah bisa mulai", jawabnya tangkas.
"Waktu ibu mungkin akan tersita sebagian untuk analisa ini, karena kami ingin
hasil analisa kami bisa match dengan pihak manajemen", kataku sambil memasukkan
berkas-berkasku ke dalam tas.
"Okay, no problem, disita seluruhnya juga boleh", balasnya setengah bercanda.
Aku mohon pamit darinya, kuulurkan tanganku dan disambutnya menjabat tanganku,
"Tolong Bapak nanti bikin appointment dengan sekretaris saya untuk besok jam
berapa staff Bapak mau menemui saya, okay ?"
Jabatan tanganku sengaja tak kulepaskan, "Khusus untuk jadwal dengan ibu saya
sendiri yang akan turun tangan", jawabku sambil menatap tajam wajahnya, kuremas
perlahan tangannya. Ia tersenyum tersipu, kulihat ada semburat merah di pipinya.
Keesokan harinya aku bersama beberapa staff mulai melakukan survey untuk analisa
sistem di perusahaan itu.
Maria benar-benar sangat membantu. Ia begitu apresiatif mengimbangi setiap
langkah penganalisaan yang kulakukan. Begitu mengasyikkan bekerja bersamanya.
Selama enam hari kami secara rutin melakukan survey. Terkadang Maria menemaniku
sampai larut malam membahas langkah demi langkah yang akan diambil didalam
melaksanakan proyek komputerasi di perusahaannya. Kami berdua semakin akrab,
sikapnya sudah lebih santai menghadapiku, tak jarang kami bercanda hingga
tertawa terbahak-bahak. Sering dikala menghadapi berkas-berkas tangan kami
saling bersentuhan, terkadang ia mencolek lenganku disaat ada yang ingin ia
tunjukkan dari suatu berkas, namun semua itu masih dalam batas-batas formal.
Pada hari terakhir kami sudah tuntas menyelesaikan seluruh prosedur analisa,
semua data yang diperlukan sudah lengkap terkumpulkan.
"Bu Maria, saya kira sampai hari ini sudah cukup hasil analisa kami", kataku
ketika akan pamit.
"I see, berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyusun proposal", tanyanya
dengan nada serius.
"Mungkin seminggu", kujawab enteng, sengaja kubilang seminggu, walaupun
sebutlnya paling lama dua hari untuk menyusun sebuah proposal dengan data
selengkap ini, ingin kulihat reaksinya.
"Harus segitu lamanya ?", tanyanya. Kulihat ada nada harap-harap cemas di
suaranya.
"Nggak kok, paling juga cuman dua hari", jawabku sambil tertawa.
"Nah, gitu dong !", sahutnya dengan nada lega dan ceria
Yes, allright! That's the sign, sorakku dalam hati. Sebuah tanda yang mungkin
biasa untuk orang lain, namun tidak untuk diriku, aku terlalu hapal untuk
hal-hal yang begini. Otakku berputar cepat. Buntu. C'mon ! Pikir, pikir, pikir,
bisikku dalam hati mencari-cari sebuah cara. Aha ! Entertainment ! That's the
right answer. Adalah hal yang wajar di dalam berbisnis menawarkan sesuatu yang
bersifat entertainment untuk lebih memantapkan hubungan. Lunch ! Itu yang paling
cocok, pikirku lagi. "Kalau nggak keberatan saya mau undang Ibu untuk lunch
siang ini, bersama Bapak juga tentunya", kataku "melepas umpan" sambil
menekankan kata "Bapak" dan kutatap wajahnya untuk menyelidiki reaksinya.
"Okay, kebetulan saya sudah lapar juga nih", jawabnya ceria kemudian menelpon
sekretarisnya memberitahu bahwa ia akan keluar untuk makan siang.
"Bapak nggak di-calling sekalian Bu ?", tanyaku.
"Ha..ha..ha.. Bapaknya masih belum terdaftar di Kantor Catatan Sipil", jawabnya
sambil menonjok perlahan lenganku. Kekakuan sikapnya agaknya mulai mecair.
Dengan menumpang kendaraannya kami keluar dari lokasi perusahaannya. "Mau makan
dimana nih ?", tanyanya.
"Terserah Ibu deh, Ibu yang pilih, saya yang bayar".
"Maria".
"Kenapa Bu ?"
"Panggil saya Maria".
"Panggil saya Indra", sahutku pendek membalasnya.
"Saya kan nggak terlalu tua untuk kamu panggil Ibu terus ?", tanyanya dalam nada
canda.
Hari itu ia mengenakan kemeja putih tipis dipadu dengan blazer berwarna ungu dan
rok mini dengan warna yang sama, rambutnya yang panjang bergelombang itu
diikatnya dengan sederhana menggunakan sebuah sapu tangan.
Mataku bergerak turun menatap lehernya, turun lagi ke gundukan bukit dadanya,
padat dan berisi, pikirku, kuperhatikan tangannya yang sedang memegang setir,
ada banyak bulu-bulu halus disana. Padangan mataku turun lebih jauh lagi ke
bawah. Ala mak ! Mataku terpaku pada kedua belah pahanya yang kini terpampang
jelas, rok mini yang dikenakannya hampir tak dapat menutupinya, terangkat tinggi
sekali hampir mencapai pangkal pahanya. Aduh mulusnya, tanganku bergetar. Wait !
Don't screw up nDra ! That's too fast, hatiku bergolak menahan pikiran nakalku.
"Mau makan di mana nih ?", tanyanya membuyarkan lamunanku.
"Hah ... apa ?", aku tergagap.
"Jalannya ada di depan, nDra !", ucapnya dengan menahan tawa sambil tangannya
dengan lembut memalingkan kepalaku yang dari tadi menghadap ke arahnya.
"Di belakang juga ada kok", sahutku menggoda untuk membuyarkan rasa gugupku.
Kulepas dasiku agar lebih santai.
Akhirnya mobil kami berhenti di sebuah rumah makan pilihannya. Ketika hendak
melangkah masuk kuulurkan tanganku ke arahnya, ia pun menyambut mengulurkan
tangannya dan melingkarkannya di lenganku. Kami berjalan beriringan masuk ke
dalam rumah makan itu.
Kupilih meja yang paling menyendiri, kutanyakan jika ia suka.
"No, not there", katanya sambil menggelengkan kepala dan tersenyum. Kemudian ia
berjalan ke arah salah seorang waiter yang sedang berdiri, kulihat ia sepertinya
menanyakan sesuatu kepada si waiter.
Ia kemudian melambaikan tangannya kepadaku, kuhampiri dirinya.
"Gimana ?", tanyaku.
"Sini", jawabnya singkat sambil menarik tanganku. Sambil diikuti sang waiter
kami berjalan ke sebuah pintu, di dalamnya ada sebuah lorong yang pada salah
satu sisinya kulihat ada beberapa pintu yang tertutup.
Si waiter kemudian membuka sebuah pintu sambil mempersilahkan kami untuk masuk.
Rupanya itu adalah ruangan VIP.
Tak ada kursi satupun disana, hanya sebuah permadani berbulu tebal, beberapa
bantal berukuran besar dan sebuah meja pendek terbuat dari kaca tembus pandang.
Kami memesan makanan dan minuman secara komplit, dessert, main lunch dan
appetizer. Setelah si waiter berlalu, Maria melepas blazer dan menggantungkannya
di sebuah hanger yang ada di dinding ruangan VIP itu, saat itulah kutahu ia
ternyata mengenakan bra berwarna hitam yang nampak membayang jelas di balik
kemeja putih tipisnya, membuatku semakin terpesona akan kecantikan dan keseksian
dirinya.
Ia kemudian melepas sepatunya, berjalan ke arah meja pendek itu dan duduk dengan
melipat kedua lututnya, meraih sebuah bantal dan menyisipkan di belakang
punggungnya.
"Gimana, nggak salah kan pilihanku", tanyanya dengan nada riang. "Perfect !",
sahutku sambil mengacungkan jempol, kemudian kubuka juga sepatuku, melangkah
menghampiri dan duduk berseberangan dengan dirinya. Dari balik meja kaca itu
kembali kulihat kedua belah pahanya yang putih mulus terpampang di depan mataku.
"Kok gerah ya ?", tanyanya sambil muatannya mencari-cari letak AC di ruangan
itu.
"Masa sih? Kalau buatku udah lumayan nih dinginnya, cukupan", sahutku heran.
Aku kemudian bangkit berdiri, kuhampiri letak AC di ruangan itu dan kuperiksa
setelan suhunya, ternyata udah mentok, kuberitahu dirinya. Ketika aku duduk
kembali, Maria mengibas-ngibaskan krah kemejanya seolah kegerahan, kemudian
..... melepas satu kancing kemejanya ..... belahan dadanya menyembul ..... hmmm,
putih sekali ..... ia menatapku dan tersenyum. Oh boy! What a fucking teaser
girl, pikirku dengan dada mulai berdebar-debar.
"Hmm, sekarang baru terasa gerahnya", kataku kemudian kutatap dengan tajam
matanya, kugerakkan tanganku ke bagian atas bajuku, dengan teramat perlahan
kubuka satu kancing bajuku .... kulihat matanya menyipit .... kubuka satu lagi
..... dan dengan perlahan kusibakkan hingga dadaku terbuka menampakkan bulu-bulu
yang tumbuh lebat di sana .... kulihat ia mengigit bibir.
Beberapa saat kami terdiam saling menatap, kedua mata kami saling bergantian
menatap .... ke arah wajah .... turun ke dada .... ke arah wajah kembali ....
turun ke dada kembali .... kubiarkan ia mengamati sinar mataku yang memancarkan
gairah .... sinar matanya pun mengalirkan pesona birahi ....
Beberapa saat kemudian terdengar ketukan di pintu dan beberapa waiter dan
waitress datang menghidangkan pesanan kami, membuyarkan keasyikan kami saling
menatap.
Makan siang itupun tak pelak lagi menjadi ajang pertarungan .... antara
getar-getar birahi diriku dan dirinya..... Saling melepas panah-panah asmara
.... namun kemudian mengelak .... Ahhh, jinak-jinak merpati ! Maria betul-betul
menguasai kematangan seorang wanita. Terkadang disaat menelan hidangannya ia
sedikit menjulurkan lidahnya yang merah menyala itu, menjilat sesaat bagian
bawah sendok makannya, baru kemudian dengan perlahan memasukkan ke dalam
mulutnya. Begitu juga saat menikmati buah penutup hidangan, tak jarang ia
membiarkannya berlama-lama di depan bibirnya, sambil berbicara ia menjilat dan
mengecupnya, baru kemudian memasukkan ke dalam mulutnya dan mengulumnya lebih
dulu sebelum menelannya. Semuanya ia lakukan dengan mempesona, tanpa
menampakkannya sebagai sebuah kesengajaan, begitu halus dan menggoda. Kuhela
napas panjang, dudukku mulai terasa tak nyaman, ada yang memberontak di bagian
bawah pusarku. Kurutuki si pemilik restoran yang menyediakan meja menggunakan
kaca tembus pandang, kurasa Maria dapat melihatnya , tatapan matanya berulang
kali mengarah ke sana.
"Okay ? Cukup ?", tanyaku seolah memberi tanda ajakan untuk pulang.
"Ha ? Eh ... Ya ... Okay ... Nice lunch", jawabnya tergagap.
Aku kemudian bangkit berdiri, tatapan Maria jatuh ke bagian bawah pusarku yang
sudah membengkak dan menonjol tak mampu tertutupi oleh longgarnya kain celanaku.
Sesaat kemudian sambil tersenyum Maria menjulurkan tangannya sebagai tanda
memintaku untuk membantunya berdiri. Dengan sigap kutarik kedua tangannya, ia
bangkit perlahan, dan disaat belum berdiri secara sempurna dengan sengaja
kuperkuat tarikan tanganku, Maria menjerit lirih karena terkejut dan tak pelak
lagi ..... ia terhuyung-huyung dan jatuh ke dalam pelukanku. Wajahnya hanya
sesenti nyaris bersentuhan dengan wajahku.
"Sorry, terlalu keras nariknya", bisikku perlahan sambil tersenyum. "Nakal !",
sahutnya lirih sambil memukul dadaku perlahan.
"Masih ada yang lebih nakal lagi", kataku dengan nada menggoda dan menatap tajam
matanya.
"Ap...", belum selesai ia berbicara kukecup perlahan bibirnya.
"Kamu ... kamu ...", ucapnya terbata-bata, kedua alis matanya berkerut. "Ssstt
...", sahutku perlahan sambil menutup bibirnya dengan jari telunjukku, kutatap
terus wajahnya, ia pun balas menatap, tak lama kemudian kulihat sinar matanya
mulai meredup dan semakin meredup .... kemudian terpejam .... bibirnya merekah
.... kudekatkan bibirku perlahan-lahan ke bibirnya .... kubiarkan hanya nyaris
menyentuh .... hanya beberapa milimeter dari bibirnya .... kunikmati kehangatan
napas harum yang keluar dari mulutnya .... kuhirup perlahan ..... Maria membuka
sesaat kedua matanya ..... kemudian terpejam kembali ... tangannya meraih
leherku dan menariknya .... bibirnya melumat bibirku ....
Cukup lama kami dengan bernafsu saling melumat bibir, hingga nafas kami
terengah-engah. Ciuman kami terlepas, kemudian perlahan kudorong ia hingga
tersandar di dinding, kutatap lagi wajahnya, tak ada tanda-tanda penolakan.
Perlahan tanganku bergerak ke atas, kulepas satu kancing bajunya .... mataku
tetap menatapnya .... masih tak ada tanda-tanda penolakan .... kulepas satu lagi
.... tiga kancing bajunya terlepas sudah .... kedua tangannya bergerak menumpang
pada bahuku dan meremasnya .... kuturunkan sedikit badanku .... bibirku
menyentuh pangkal dadanya .... napasnya semakin memburu .... kuturunkan lagi,
hingga wajahku persis di hadapan dadanya, kulihat ada gesper di bagian depan bra
hitam yang dipakainya. Perfecto ! Kulepas gesper itu .... buah dadanya menyembul
keluar .... kudongakkan wajahku untuk menatapnya .... Maria tampak merundukkan
kepalanya memandangi ulahku .... masih tak ada tanda-tanda penolakan. Tanganku
bergerak turun, meraba kedua pahanya .... sambil menaikkan kembali badanku
kuangkat kedua tanganku bergerak naik menyibakkan rok mini yang dikenakannya
.... dan lebih naik lagi ke atas .... hingga terhenti pada bukit pantatnya ...
Hmm, that's thong, pikirku menebak jenis celana dalam yang dikenakannya karena
kurasakan kedua telapak tanganku terasa hangat menyentuh bongkahan daging padat
nan kenyal pada pantatnya, tak ada yang menghalanginya.
Wajahku kini berhadapan lagi dengan wajahnya, kepalanya tersandar di dinding,
kedua matanya meredup menatapku .... kuremas perlahan bongkahan pantatnya .....
bibirnya merekah .... terdengar rintihan halus dari dalam mulutnya .... kukecup
lehernya .... Maria mendesah .... kecupan bibirku berubah menjadi lumatan dan
bergerak ke bawah dan semakin ke bawah .... menelusuri pangkal dadanya ....
lebih ke bawah lagi .... menuju ke satu arah .... puting susunya yang merah dan
sudah runcing mengeras .... ketika bibirku mencapai puting susunya kembali ia
merintih .... kukulum perlahan-lahan .... dari dalam mulut lidahku bergerak
menyentuh ujung puting susunya .... kemudian menjentik-jentikkannya .... kedua
tangannya bergerak meremas rambutku dan rintihannya berubah menjadi erangan ....
Kulepaskan permainan bibir dan lidahku dari puting susunya ... bergerak kembali
ke atas .... sambil kuangkat salah satu kakinya dan kutumpangkan pada pinggangku
..... wajahku kembali berhadapan dengan wajahnya .... kedua matanya terpejam
.... tanganku yang lain bergerak membuka ikat pinggangku .... kemudian kancing
celanaku ... dan menarik turun resletingnya .... perlahan kukeluarkan dan
kugenggam Hercules kecilku yang sudah berdiri tegap meregang otot-otot yang
memenuhi sekujur tubuhnya ....
Sambil tetap menatap wajahnya kuturunkan sedikit tubuhku .... mengarahkannya ...
dan perlahan bergerak naik ke atas .... mencari jalan ke pintu gerbang
kenikmatan yang menanti untuk di dobrak .... dengan tangan yang lain kusibakkan
celana dalam yang menutupinya .... hingga akhirnya kepala Hercules kecilku
berhasil menyentuhnya .... kedua mata Maria tiba-tiba terbelalak sesaat dan
kemudian meredup memandang wajahku ..... rasa hangat dari pintu gerbang itu
mulai terasa menjalar .... kugerakkan Hercules kecilku untuk mulai mendobrak
.... ahhh, sulit .... bagaikan ada perlawanan di balik pintu gerbang itu ....
posisi berdiri memang menggairahkan namun juga menyulitkan pikirku .... Maria
menggerakkan kakinya lebih naik lagi pada pinggangku .... hmm, rupanya musuh
mulai mau bekerja sama pikirku .... kudorong kembali Hercules kecilku ....
perlahan namun bertenaga ia mendesakkan kepalanya tepat di belahan pintu gerbang
itu .... kudorong lagi .... belahan pintu gerbang itu mulai terbuka sedikit ....
Maria merintih .... kudorong lagi .... setengah dari kepala Hercules kecilku
mulai menyelip masuk .... Maria kemudian menggelinjangkan pinggulnya dan
kusambut usahanya itu dengan mendorong lebih jauh lagi .... perlahan-lahan
kepala Hercules kecilku melesak masuk .... menerobos di antara celah pintu
gerbang yang sudah mulai terbuka itu dan ... Tok-tok-tok ! Kudengar suara
ketukan di pintu ! Oh shit ! Not now please, please, please, rutukku dalam hati.
Ketukkan di pintu semakin keras kemudian terhenti.
Kedua mata Maria terbelalak, wajahnya memucat, dengan agak kuat ia mendorong
dadaku. Ia memandangi pakaian di tubuhnya yang sudah tak keruan letaknya itu,
kemudian dengan tergopoh-gopoh ia membenahi. Kubenahi juga celanaku. Maria
kemudian membalikkan tubuhnya menghadap tembok sambil menutup wajah dengan kedua
telapak tangannya. Oh shit! Apes bener diriku, sesalku dalam hati. Hatiku gundah
tak keruan melihat Maria bersikap seperti itu.
"Maria ...", panggilku perlahan.
"Don't say anything, please!", ia memotong ucapanku sambil menundukkan kepala
dan mengibaskan tangannya.
"Ayo kita balik ke kantor deh", ajakku.
cerita dewasa
Tuesday, April 9, 2013
Wednesday, October 10, 2012
Bercinta Dengan Kakak Ipar (bassed on true story)
ini adalah kisah nyata yang kualami sendiri. kisah yang menjadi pengalamanku seumur hidup dan menjadi fantasi seksualku hingga saat ini.
berawal dari kunjunganku kerumah kakak iparku bersama istri dan kedua anakku. hari itu akhir pekan yang indah. kami sekeluarga berencana mengunjungi rumah mbak Devi (nama dirahasiakan) dibilangan Kebayoran. mbak Devi adalah kakak kandung istriku yang sangat aku cintai. mbak Devi adalah anak tertua di keluarga istriku, sedangkan istriku adalah anak kedua. sudah setahun yang lalu mbak Devi cerai dengan mas Gunawan (nama dirahasiakan), suaminya. akibat permasalahan ekonomi yang tak kunjung selesai. kini, mbak Devi harus berjuang merawat dan membesarkan anak semata wayangnya seorang diri. menjadi orang tua tunggal yang kuat. hari ini kami sekeluarga berniat mengadakan acara makan siang bersama dirumah mbak Devi. Nita (nama dirahasiakan) istriku, sejak pagi sudah sibuk berbelanja kebutuhan untuk makan siang dirumah mbak Devi.
singkat cerita, kami sekeluarga telah sampai dirumah mbak Devi. seperti biasa, keramahan mbak Devi membuat kami betah berlama-lama dirumahnya. kakak ipar yang kuat, teguh pendirian dan baik hati, itulah mbak Devi. acara makan siang bersama telah kami lewatkan. kini kami mengobrol santai diruang tamu. anak-anakku akrab bermain di halaman belakang dengan anak mbak Devi. wajahnya yang cantik dan hatinya yang baik membuat mbak Devi banyak dipinang pria mapan. namun, mbak Devi selalu menolaknya. entah apa alasan beliau, aku tak ikut campur terlalu jauh.
aku Dani (nama dirahasiakan), seorang akuntan disebuah perusahaan di jakarta. sedangkan Nita istriku, adalah seorang dokter disebuah rumah sakit di selatan kota jakarta. kami hidup bahagia. tak pernah ada masalah berat yang menimpa keluarga kami. aku pun sangat beruntung mempunyai istri cantik dan berprofesi dokter. mbak Devi adalah seorang karyawan swasta disebuah perusahaan ekspor impor dijakarta.
sedang asik mengobrol diruang tamu. tiba-tiba handphone milik istriku berdering...
"halo...iya...lho? kan saya lagi libur, lagi nggak jaga...terus? iya iya...oooh...iya iya, 15 menit saya sampe!"
penggalan pembicaraan istriku dengan seseorang yang meneleponnya. aku penasaran luar biasa, wajah istriku mendadak panik.
"pah, ada panggilan mendadak dari rumah sakit. anterin aku yuk ke rumah sakit" pinta istriku.
"lho? kan kamu libur. emangnya dokter jaganya kemana? tanyaku.
"dokter jaganya dapet musibah. ibu mertuanya meninggal. ayo pah!"
"trus anak-anak gimana nih? masih pada betah main"
"yaudah, papah anter aku aja ke rumah sakit. biar anak-anak main dulu disini. kan ada mbak Devi"
"iya, nggak apa-apa anak-anak disini. nanti aku yang jaga" sambung mbak Devi.
aku pun mengantar istriku. tak sampai setengah jam aku sudah tiba dirumah sakit mengantar istriku.
"habis ini kamu kerumah mbak Devi aja ya. jemput anak-anak" kata istriku dengan tergesa-gesa membuka pitu mobil.
"iya, kamu hubungi aku kalau sudah selesai. nanti aku jemput" lanjutku.
"iya. kamu hati-hati bawa mobilnya"
istriku meninggalkanku. aku memacu mobilku menuju rumah mbak Devi. sesampainya disana, mbak Devi sedang membereskan piring-piring kotor bekas kami makan siang tadi. anak-anakku pun masih asik bermain di halaman belakang dengan anak mbak Devi.
"Nita pulang jam berapa nanti?" tanya mbak Devi kepadaku.
"aku kurang tau mbak. nanti Nita yang hubungin aku kalau udah selesai" jawabku.
"kamu mau makan lagi Dan?"
"nggak usah mbak. ini aja masih kenyang kok. mau aku bantu mbak?" aku menawarkan diri membantu mbak Devi mencuci piring.
"nggak usah. kamu temenin anak-anak aja main"
"nggak apa-apa kok mbak" aku mengambil sebuah piring. mengusapnya dengan spon yang berlumuran sabun. dan mencucinya.
hanya obrolan ringan dengan mbak Devi saat mencuci piring. dan tak banyak yang aku tanyakan.
praaaanggg... tiba-tiba aku menjatuhkan sebuah piring besar. tanganku tak kuat memegangnya. pecahan piring berhamburan dilantai. aku membereskan pecahan tersebut dibantu oleh mbak Devi. tanpa sengaja kaki mbak Devi menginjak serpihan piring yang pecah. telapak kakinya berdarah. membuat garis luka di telapak kakinya. ia meringis. segera kuambil kotak obat yang berada di atas kulkas. kubantu mbak Devi mengobati lukanya. memberi sedikit obat luka dan menambalnya dengan hansaplast. karena lukanya yang cukup besar dan dalam, mbak Devi aku bantu berjalan menuju ruang tengah.
"pelan-pelan mbak. maafin aku ya, gara-gara aku mbak sampai luka gini"
"udahlah Dan, namanya juga musibah"
"mbak yakin mau istirahat diruang tengah?"
"iya, sambil temenin kamu ngobrol. emang kenapa Dan?" tanyanya.
"aku kirain mbak mau istirahat dikamar. aku tau mbak capek trus butuh istirahat"
"emang sih. akhir-akhir ini mbak capek banget Dan. kerjaan dikantor numpuk, belum lagi masalah keuangan"
"mbak harus jaga kondisi tubuh mbak. jangan di porsir mbak. sekarang aja mbak keliatan pucet (pucat)"
"yaudah, bantu mbak jalan ke kamar Dan"
aku memapah mbak Devi jalan menuju kamarnya. kamar besar dengan ranjang yang juga besar. terlihat nyaman bila ditiduri. sebuah lemari baju yang cukup besar, serta meja rias dengan cermin ekstra lebar. kamarnya rapi dan wangi. penataan lampu tidur dan lemari-lemari kecil sungguh serasi. ditambah dengan paduan cat berwarna cream. mbak Devi kutuntun ke atas ranjangnya. agak kuran sopan sebenarnya. namun aku sangat peduli kepada kakak iparku yang satu ini. kakinya kunaikkan keatas ranjang. dan ia berbaring.
"kamu temenin mbak disini aja Dan!" mbak Devi meraih tangank ketika aku hendak keluar kamarnya.
"aku nggak enak mbak kalo nemenin mbak disini. nanti apa kata tetangga kalo liat kita berdua"
"disini semua orang cuek dengan lingkungan mereka. temenin mbak disini ya"
"bener nggak apa-apa mbak?" tanyaku.
"nggak apa-apa. yang penting kita nggak ngapa-ngapain kan"
"mbak, gimana si Ilham (nama dirahasiakan) sekolahnya? lancar?" aku memulai obrolan.
"lancar. kemarin dia dapet juara lomba puisi"
"bagus donk! kalo kerjaan mbak sendiri lancar?"
"aduuuhh, jangan ngomongin kerjaan deh. mbak lagi nggak mood. mbak butuh refreshing"
"ooh, butuh refreshing?"
"iya, mbak pusing banget Dan. butuh banget refreshing"
"minggu depan ikut acara kantorku aja mbak. mau ngadain jalan-jalan ke anyer"
tiba-tiba mbak Devi mendekat kearahku. tangannya meraba-raba pahaku. aku menepis tangan mbak Devi. tingkahnya aneh. tangannya terus meraba-raba pahaku. aku salah tingkah.
"mbak, jangan kayak gini mbak" kembali kutepis tangannya.
namun mbak Devi makin makin liar. tangannya terus meraba-raba. kali ini ia sudah berani meraba pangkal pahaku. aku kembali menepisnya. dengan sedikit kasar. namun mbak Devi makin membuatku terhenyak. ia memelukku erat. dan menangis.
"mbak nggak sanggup Dan. mbak mau mati aja rasanya" ia menangis meraung-raung sambil memelukku erat.
"sabar mbak sabar. ini cobaan dari Tuhan" aku menenangkan.
"mbak mau mati..."
"mbak, jangan ngomong gitu ah! semua ada hikmahnya mbak"
"tolongin mbak Dan. tolongin mbak"
"iya mbak. aku tolongin. tolong apa mbak?"
mbak Devi melepas pelukannya. pipinya basah oleh air mata. semburat kecantikannya terlihat jelas. aku sungguh menyayangi kakak iparku ini. matanya masih mengeluarkan air mata. ia masih menangis. kemudian ia mencium bibirku. aku kaget bukan kepalang. aku melepaskan ciuman mbak Devi.
"mbak, jangan begini mbak"
"tolong mbak Dan.."
"iya, tolong apa?" tanyaku bingung.
kemudian mbak Devi kembali mencium bibirku. tangannya melingkar dipinggangku. mencengkram kuat pinggangku. ia melumat bibirku buas. aku hanya diam tak membalas ciumannya. aku melepaskan ciuman mbak Devi.
"mbak, aku ini adik ipar mbak. jangan kayak gini mbak"
tak ada sepatah kata dari mbak Devi. ia hanya diam, kemudian kembali menciumku. tangannya memainkan puting kecilku. aku terangsang. penisku tegang seketika. aku tak tahu harus berbuat apa. aku bingung. mbak Devi makin liar. tangan kanannya memainkan putingku, dan tangan kirinya meraba-raba pangkal pahaku. aku terangsang, kali ini benar-benar terangsang. otakku mencerna kemauan mbak Devi. IA HANYA INGIN BELAIAN SEORANG PRIA. bathinku berkecamuk, antara nafsu dan statusku sebagai adik iparnya. namun tangan mbak Devi benar-benar lihai meraba-raba titik hasrat seksualku. akhirnya, aku pun membalas ciumannya.
tak lama kami berciuman. tangan mbak Devi sudah membuka kancing celana jean's-ku. merogoh isinya. wajahku merah padam. aku direbahkan diranjang besarnya. pintu kamar sudah tertutup rapat dan terkunci. aku tak berani melihat wajah mbak Devi yang cantik. kuakui, mbak Devi memang cantik. penisku tegang tinggi. batangnya mengeras. mbak Devi hanya melontarkan senyum. dengan sigap ia melumat penisku dengan mulutnya. BUAS. LIAR. NAKAL. lidahnya lincah, bibirnya nakal. dan tangannya aktif mencengkram batang penisku. kini aku sudah tak berpakaian alias bugil.
aku masih terlentang dengan penis tegang. mbak Devi didepanku, memamerkan tubuh indahnya. ia telah melupakan rasa sakit dikakinya akibat tergores pecahan piring. dengan perlahan membuka kaus yang ia kenakan. melepas bra. dan dua gundukan payudara yang masih kencang dengan puting kecoklatan yang sangat menggairahkan. payudara bulat, dengan ukuran tak besar. membuat hasratku meninggi. kemudian, dengan perlahan ia membuka resleting rok yang ia kenakan. kali ini ia berdiri didepanku. tubuhnya indah semampai. walaupun tak terlalu tinggi, namun kemolekkan tubuhnya sangatlah menggoda. lekukan pinggulnya yang eksotis. kulitnya yang putih bersih bak bintang porno jepang. aku benar-benar berhasrat. bulu halus dan sedikit menghiasi daerah kewanitaannya.
ia kembali menunduk melumat penisku. aku merasakan nikmat. dua buah testikel-ku pun dilumatnya. tubuhku menggelinjang kenikmatan. lidahnya lihai mengeksplor penisku. hingga penisku benar-benar basah. aku tak tahan dengan godaan payudara mbak Devi. aku bangun dan menindih tubuh mbak Devi. ia hanya tersenyum nakal. kulumat puting kecilnya. meremas-remas payudara mbak Devi. matanya terpejam, desahannya terlontar. lidahku pun tak kalah lihai, memainkan puting mbak Devi. ia terlihat sangat berhasrat. lidahku perlahan menuju vagina. dengan jilatan romantis, sedikit demi sedikit menurun. hingga sampai klitorisnya. bulunya tak lebat. kujilat perlahan klitorisnya, ia mendesah. kini sudah kulumat vaginanya. dan desahannya makin sering.
tak sabar ingin kubenamkan penisku kedalam vaginanya. mbak Devi membuka pahanya lebar. vaginanya melambai memanggil penisku. senyuman nakal kembali terlontar dari bibirnya. aku tak malu lagi. wajahku tak merah padam lagi. kini nafsu merajai diriku. nafsu menguasaiku. mbak Devi terlentang dengan paha terbuka lebar. penisku sudah siap memasuki relung vaginanya. dengan sedikit gesekan-gesekan dimulut vaginanya. kemudian dengan perlahan namun pasti kumasukkan penisku kedalam vagina mbak Devi. matanya terpejam. meringis. bibirnya digigit. tangannya meremas sprei. sedikit demi sedikit penisku sudah melesak masuk kedalam vagina mbak Devi. hangat.
dengan irama yang seksama kumainkan penisku. maju mundur. menari didalam vagina mbak Devi. awalnya ia merintih, namun kali ini desahan yang sering terlontar dari mulutnya. pinggulku maju mundur. penisku masuk dan keluar. dengan tempo yang cukup santai. aku benar-benar menikmati permainan dengan mbak Devi. wajahnya nakal. senyumnya menggoda. dan desahannya membuatku makin berhasrat. tanganku meremas payudaranya. jariku memainkan putingnya. sungguh nikmat vagina mbak Devi. kakak iparku ini sangat pintar merawat daerah kewanitaannya. peluh telah membasahi dahiku. hembusan AC tak terasa.
tempo kupercepat. goyangan pinggulku makin kencang. penisku masuk dan keluar menghujam vagina mbak Devi. suara yang timbul akibat hentakan membuat susana makin panas. remasanku makin kuat pada payudaranya. sesekali tak kulewatkan menjilati putingnya. menghisap putingnya. dan menggigit putingnya. mbak Devi hanya mendesah merasakan nikmat. peluh juga membasahi dahinya.
"mbak aku mau ke..ke..keluar"
"keluarin didalem aja Dan. nggak apa-apa kok"
dengan beberapa hentakan kuat, panisku menyemburkan air mani didalam vagina mbak Devi. satu teriakan tak kuat keluar dari mulutnya. vagina mbak Devi banjir oleh air maniku. rasanya sungguh nikmat. rasanya sungguh indah. tak bisa dibayangkan. terus kupompa air maniku, ku tak ingin menyisakan satu tetes pun. kumuntahkan semua air maniku didalam vagina mbak Devi. rasanya sungguh luar biasa.
setelahnya, aku mandi bersama dengan mbak Devi. kembali bercinta dikamar mandi. aku tak ingat anak-anakku. aku tak memikirkan istriku. aku hanya ingin bercinta dengan mbak Devi.
setelah kejadian hari itu, kini mbak Devi tak segan mengundangku untuk berkunjung kerumahnya. tentu saja tujuannya hanya satu "BERCINTA". kami sepakat bahwa hubungan kami hanya sebatas pelepasan hasrat seksual semata, tak lebih. sampai detik ini pun istriku tak mengetahuinya. biar kisah ini kusimpan dalam-dalam. hanya aku dan mbak Devi yang mengetahuinya.
Wednesday, October 3, 2012
Kepuasan Bercinta Dengan Ibu Tiri
pagi itu pintu kamarku diketuk dari luar. aku terbangun dan beranjak membuka pintu. Mami Gina (nama samaran) sudah berdiri didepan pintu kamarku. Mami Gina adalah ibu tiriku. sejak ibu kandungku bercerai dengan ayahku tiga tahun yang lalu, ayah memutuskan untuk menikah lagi. dan Mami Gina-lah yang dipilih ayah untuk menemani hari-harinya yang sepi. dengan perbedaan umur yang cukup jauh, bagi ayah Mami Gina adalah wanita yang ideal. dilihat dari wajah cantiknya dan hatinya yang baik, Mami Gina sudah sempurna untuk ayah. aku tak ingin membahas tentang perceraian yang dialami oleh ayah dan ibu kandungku.
"Za, sana mandi. nanti kamu kesiangan ke kampus" suruh Mami Gina.
"iya mi"
aku bergegas menuju kamar mandi dan segera bersiap. aku Reza (nama samaran), mahasiswa ekonomi tingkat tiga. tak lama aku bersiap-siap. dan aku sudah berada di meja makan untuk sarapan bersama. ayah sudah rapi dengan kemeja biru muda. adikku sudah berseragam sekolah. dan Mami Gina sudah berdandan cantik mengenakan kaus dan mengenakan rok coklat motif renda.
"Za, hari ini ayah pergi ke luar kota. kamu jangan pulang malam ya"
"lho? kok tiba-tiba ke luar kota. berapa hari yah?" tanyaku.
"nggak lama kok, cuma lima hari. kamu jagain rumah. jagain adek kamu juga"
"pasti donk yah"
"terus, kalo Mami kamu butuh apa-apa tolong kamu bantu ya"
"siap boss..!!"
aku bergegas menuju kampus. ayahku akan pergi ke luar kota selama lima hari, dan tugasku pun bertambah. menjaga adikku Nina dan membantu Mami Gina jika beliau meminta bantuan. siang hari aku sudah kembali kerumah. aku ingat amanat yang diberikan ayahku. tak ada waktu keluyuran selama ayah berada diluar kota. jika siang hari rumahku layaknya kuburan. sepi. hanya Mami Gina yang menjaga rumah dan menyiapkan makan siang untukku dan adikku.
"Za..Reza.." panggil Mami dari dapur. aku bergegas menuju dapur.
"iya mi. kenapa mi?"
"bantuin mami donk. tolong beliin gula di warung di ujung jalan sana"
"iya mi"
aku bergegas membeli pesanan Mami.
"ini mi gulanya" tak lama aku sudah kembali dan memberikan pesanan Mami.
"iya, makasih ya Za"
rumah kembali sepi. Mami Gina masuk kedalam kamarnya. sedangkan aku, sibuk didepan laptopku. perasaan bosan mulai menyerang. aku menuju ruang tamu. menyalakan televisi dan menonton acara siang hari. tak ada yang membuat perasaan bosan hilang. sepi masih merasuki rumahku. aku berbaring di sofa. merebahkan tubuhku membuat nyaman. kulihat sekilas, pintu kamar ayahku terbuka sedikit. terlihat rapi dari luar. ranjang besar dengan sprei berwarna coklat. pasti sungguh nyaman. aku memicingkan mata agar lebih jelas.
astaga. baru kali ini kulihat pemandangan yang sangat menakjubkan. Mami Gina sedang tidur telengkup berbalut daster tipis. lekukan pantatnya sungguh indah. daster agak terbuka di bagian paha. kulitnya sungguh putih mempesona. seketika penisku tegang. otakku menangkap sinyal kotor. syaraf-syarafnya bekerja. menyimpan pemandangan indah dalam file otakku. pemandangan pantat dan paha ibu tiriku. tak kupalingkan pandanganku dari tubuh mami sedikitpun. mami merubah posisi tidurnya, ia terlentang. bagian kerah lehernya merosot. garis indah diantara lekukan kedua payudaranya terlihat. penisku makin tegang. ada fantasi yang bermain dalam otakku. pahanya makin lebar terbuka.
aku makin gelisah dengan apa yang aku rasakan. isi kepalaku berkecamuk. bathinku bergemuruh. hasratku memuncak. ingin kugagahi mami. penisku makin meninggi. jarum-jarum didalam jam dinding terus bergerak. angka demi angka ia lewati. begitu pula diriku. detik demi detik menikmati pemandangan tubuh indah mami. apa yang harus kulakukan? aku bangun dari sofa. mendekat kedepan kamar mami. mengintip, memincingkan mata. keringat membasahi dahiku. suasana dalam kamar mami cukup terang. sehingga jelas terlihat lekukan indah payudara berbalut daster tipis. tonjolan putingnya menyeruak, terlihat amat jelas. aku makin gelisah. terus kupandangi tubuh mami.
tekadku bulat. masuk kedalam kamar mami. perlahan aku masuk kedalam kamar mami. dengan langkah hati-hati. kututup gordyn kamar mami. suasana kini remang-remang. masih dengan gerakan perlahan aku merebahkan tubuhku disamping mami. semoga ia tidak terbangun oleh gerakku. kini aku sudah berada tepat disamping mami. mami nampak sangat pulas. wajahnya tepat didepan wajahku. tanganku gemetar. dadaku naik turun. mami merubah posisi tidurnya. kali ini ia membelakangiku. pantatnya tepat berada didepan penisku. tanganku memeluk tubuh mami. kudekatkan tubuhku, semakin dekat. penisku menyentuh pantat padat milik mami. aku menikmati moment ini. perut mami kuusap-usap dengan pelan. penisku bergetar.
tiba-tiba mami terbangun...
"Za.. ngapain ka..." belum sempat mami meneruskan kata-katanya, bibirku kusarangkan di bibirnya. kulumat dengan buas. mami sempat berontak, namun segera kutindih tubuhnya. tangannya kurentangkan. kupegang erat agar ia tak berontak. namun kakinya lepas dari pengawasanku. ia menendangku. aku terpelanting kebelakang.
"mau apa kamu?"
"a..a..anu aku..aku.."
"anu apa?" mami membentakku keras. aku makin ciut. bodohnya diriku. aku mengutuk perbuatanku.
"ma..ma..maaf mi. aku..aku.."
"sini kamu!" kali ini dengan nada yang rendah mami memanggilku. menyuruhku mendekatinya.
"kamu kenapa? kangen sama pacar?" tanya mami.
"eng..enggak mi. aku cuma..cuma..cuma"
"mami ngerti kok. sini!" mami memelukku erat. hasratku muncul kembali. penisku menggeliat dan meninggi. mungkin mami merasa ada gerakan di penisku. ia memlukku erat. sangat erat. hingga penisku menyentuh vaginanya. penisku pun bergetar kembali. mami melepas pelukannya. ia tersenyum.
"aku sayang sama mami..." bisikku ditelinga mami. sembari menghembusakan hawa panas ke telinga mami.
"mami juga sayang sama kamu Za. tapi apa harus seperti ini?" tanya mami. suaranya lirih. riuh rendah.
"aku tau, ini perbuatan yang nggak seharusnya. tapi kita kan nggak ada hubungan darah. kenapa nggak dicoba?" lanjutku meyakinkan mami.
"aku sayang sama mami..." kembali kubisikan ke telinga mami.
"aku sayang sama mami..." bisikku ditelinga mami. sembari menghembusakan hawa panas ke telinga mami.
"mami juga sayang sama kamu Za. tapi apa harus seperti ini?" tanya mami. suaranya lirih. riuh rendah.
"aku tau, ini perbuatan yang nggak seharusnya. tapi kita kan nggak ada hubungan darah. kenapa nggak dicoba?" lanjutku meyakinkan mami.
"aku sayang sama mami..." kembali kubisikan ke telinga mami.
mami terdiam...
mami melepas pelukannya, tangannya masih merangkul lenganku. wajahku maju mendekati wajah mami. bibirku menempel di bibir mami. dan mami hanya diam saja. ini adalah tanda bahwa ia setuju. segera kulumat dengan perlahan dan memainkan irama dalam berciuman dengan mami. ia membalas dengan penuh penghayatan. matanya terpejam. seolah menikmati permainan bibir dan lidahku. lidahku bermain lincah. bergerak ganas dalam mulut mami. ia pun membalas dengan goyangan lidahnya. nakal. liar. menggoda.
tangan mami mulai meraba-raba celanaku. pensiku tegang maksimal. aku pun tak mau kalah. tanganku menggerayangi payudaranya. daster masih terpasang di tubuhnya, namun lekukan indahnya bisa kurasakan dengan tanganku. ayahku sungguh beruntung. sedikit kuremas-remas payudaranya. bulat. kemudian perlahan mengeras. putingnya kupilin-pilin. jariku menari indah menggerayangi putingnya. mami terlihat sangat terangsang. dan kami masih berciuman. akibat permainan jariku pada putingnya, permainan bibir mami menjadi sedikit agresif. ia seolah bernafsu. lidahnya kini bermain didalam mulutku. aku pun makin terangsang, tangan mami giat menggerayangi celanaku. tempat bersarangnya penisku. kini ia mulai merogoh isi dalam celanaku. membuka kancing jeans-ku. menurunkan resletingnya. penisku di cekal erat. kami masih berciuman.
mami merebahkan tubuhnya diatas ranjang. kami masih terus berciuman. mami terlentang. payudaranya tergambar jelas. bulat dan puting yang sedikit menonjol keluar. karena daster yang mami kenakan sangatlah tipis. aku berada diatas tubuh mami. ia melepaskan ciuman kami. kemudian melepas daster tipisnya. jelas terlihat payudara bulat indah. aku menelan ludah. mami melepaskan celanaku. melepaskan cd-ku. penisku menjulang tinggi. berurat dan berbulu lebat. aku melepas kaus oblongku. dan kini kami berdua sudah benar-benar bugil. mami masih kutindih. ia mencengkram penisku. mengocoknya pelang. tanganhalusnya sangatlah berpangalaman. ia bangun, dan aku ditindihnya. mami menjilati leherku. geli. aku sangat terangsang. bulu romaku berdiri tegak. ia terus memainkan lidahnya. lidahnya turun ke puting kecilku. menjilatinya dengan penuh perasaan. aku bergidik menahan geli. sesekali mami menyedot putingku. menggigitnya. aku mendesah. terus mami meainkan lidahnya. puncaknya sampai kepada penisku. awaknya ia hanya menjilati ujung kepala penisku. nikmatnya luar biasa. mataku hingga terpejam merasakan nikmat. setelah menjilati kepala penisku, mami melahap seluruh batang penisku. melumatnya hingga basah. memainkan penisku dalam mulutnya. mengocoknya dengan mulutnya. tanganku meremas kuat sprei. lidahnya lincah bermain. menari indah pada penisku. makin buas mami melumat penisku. hingga air maniku hampir mau keluar.
"mi..aku..aku mau keluar"
"keluarin aja Za. ayo keluarin!"
mami terus memainkan lidah dan mulutnya pada penisku. dan akhirnya... air maniku kumuntahkan didalam mulut mami. banyak. cukup banyak dan kental. mami terus memompa panisku. hingga tetes terakhir air maniku. nikmat. sungguh nikmat. tak ada nikmat yang lebih nikmat selain moment ini. mami menelan seluruh air maniku. kali ini ia merebahkan tubuhnya. membuka pahanya lebar-lebar. ia menuntun kepalaku untuk menjilat vaginanya. awalnya aku enggan, namun saat melihat klitorisnya yang bersih dan vagina yang terawat. perasaan enggan segera memudar, menjadi perasaan ingin luar biasa. kujilati vagina mami dengan buas. lidahku menari lincah memainkan klitoris mami. mami mendesah dengan rajin. matanya mengerjap. tangannya meremas sprei dengan kuat. bulu romanya berdiri, hasratnya memuncak.
"aaaaaahhh..aaaaahhh"
kepalaku dibenamkan mami, tangannya mendorong kuat kepalaku. agar permainan lidahku makin aktif. aku terus menggerayangi vagina mami dengan lidahku. basah. sangat basah. sesekali tubuhnya menggelinjang. menikmati. sangat menikmati. kusedot-sedot vaginanya. mami makin mendesah. vaginanya basah. klitorisnya memerah. dan tubuhnya bergetar hebat. dan cairan hangat keluar dari vaginanya. ia klimaks.
mami membuka lebar pahanya. ia terlentang dengan paha terbuka. vaginanya memanggil-manggil. bulu-bulu tipisnya hitam menggambarkan keindahan. kulitnya yang putih mempesonaku. klitorisnya tipis menyiratkan keangkuhan wanita modist nan cantik. pahanya bersih tak bernoda. betisnya membentuk lekukan sempurna. pinggangnya seperti gitar, membuat lelaki manapun kalap. penisku tegang tingkat tinggi. tidak terlalu panjang, namun elegant dengan urat mengelilingi batangnya. layaknya sungai nil yang membentang panjang di tanah kekuasaan Fir'aun dahulu kala.
penisku telah siap memasuki vagina. tangan mami menuntun penisku memasuki vaginanya. dengan perlahan dan seksama, penisku terbenam didalam vagina mami. hangat. menjepit. namun, kenyal. mami sempat mendesah pelan. kemudian aku memulai aksiku. menggerakkan pinggulku maju mundur. penisku masuk dan keluar. seiring desahan mami yang makin sering. aku pun menikmatinya. kekasihku pun tak mempunyai vagina senikmat milik mami. geli yang sangat geli. aku terus menggenjot penisku. sambil sesekali meremas payudara bulat mami. kupilin-pilin putingnya. mami makin bernafsu. ia bahkan memelukku erat. aku masih dengan kesibukanku, memanjakan penisku didalam vagina milik mami. aku makin buas. aku makin liar. aku makin nakal. dan aku makin bergairah. kali ini dengan tempo yang cukup cepat, penisku melesak masuk kedalam vagina mami. pinggulku makin kencang. dan desahan mami makin kuat.
"aaaaaaahhh..Rezaaa.."
"uuuuhh..terus Za..te..teruuuss"
"aaaaahhh.."
"aaaaaahhh..aaaaahhh"
kepalaku dibenamkan mami, tangannya mendorong kuat kepalaku. agar permainan lidahku makin aktif. aku terus menggerayangi vagina mami dengan lidahku. basah. sangat basah. sesekali tubuhnya menggelinjang. menikmati. sangat menikmati. kusedot-sedot vaginanya. mami makin mendesah. vaginanya basah. klitorisnya memerah. dan tubuhnya bergetar hebat. dan cairan hangat keluar dari vaginanya. ia klimaks.
mami membuka lebar pahanya. ia terlentang dengan paha terbuka. vaginanya memanggil-manggil. bulu-bulu tipisnya hitam menggambarkan keindahan. kulitnya yang putih mempesonaku. klitorisnya tipis menyiratkan keangkuhan wanita modist nan cantik. pahanya bersih tak bernoda. betisnya membentuk lekukan sempurna. pinggangnya seperti gitar, membuat lelaki manapun kalap. penisku tegang tingkat tinggi. tidak terlalu panjang, namun elegant dengan urat mengelilingi batangnya. layaknya sungai nil yang membentang panjang di tanah kekuasaan Fir'aun dahulu kala.
penisku telah siap memasuki vagina. tangan mami menuntun penisku memasuki vaginanya. dengan perlahan dan seksama, penisku terbenam didalam vagina mami. hangat. menjepit. namun, kenyal. mami sempat mendesah pelan. kemudian aku memulai aksiku. menggerakkan pinggulku maju mundur. penisku masuk dan keluar. seiring desahan mami yang makin sering. aku pun menikmatinya. kekasihku pun tak mempunyai vagina senikmat milik mami. geli yang sangat geli. aku terus menggenjot penisku. sambil sesekali meremas payudara bulat mami. kupilin-pilin putingnya. mami makin bernafsu. ia bahkan memelukku erat. aku masih dengan kesibukanku, memanjakan penisku didalam vagina milik mami. aku makin buas. aku makin liar. aku makin nakal. dan aku makin bergairah. kali ini dengan tempo yang cukup cepat, penisku melesak masuk kedalam vagina mami. pinggulku makin kencang. dan desahan mami makin kuat.
"aaaaaaahhh..Rezaaa.."
"uuuuhh..terus Za..te..teruuuss"
"aaaaahhh.."
aku mencabut penisku dari vagina mami. mami bangun dan melumat penisku dengan mulutnya. ini sungguh nikmat. kemudian mami memasang posisi seperti anjing. doggy style yang biasa kudengar. lubang anusnya terlihat jelas. bersih tanpa bulu. bokonya padat dan cukup besar. penisku sudah siap kembali bermain didalam vagina mami. mami memberi isyarat agar penisku segera beraksi. mami tak ingin kehilangan momentum. tanpa banyak cakap kutusuk vagina mami dengan penisku. mami kembali mendesah. segera kumainkan irama. payudaranya bergoyang-goyang. bulat, indah dengan puting mungil miliknya. tempo genjotan kupercepat. tubuh mami bergetar hebat. dan aku pun merasakan nikmat. desahan demi desahan kembali terlontar dari mulut mami.
"Za..ma..ma..mami mau keluar Za"
"aaaaaahhhh...aaaahhhh"
satu desahan kuat menandakan mami klimaks untuk yang kedua kalinya. tubuhnya bergetar makin hebat. lebih kuat dari sebelumnya. payudaranya kembali mengeras. penisku masih bergoyang memainkan irama. urat-urat yang mengelilingi batangnya mengeras. mami masih mendesah, klimaks yang kedua kali membuat ia menikmati permainanku. masih dengan doggy style, kupeluk tubuh mami dengan erat. sambil meremas payudaranya. peluh membasahi dahi mami. begitu pula dahiku. aku masih terus menggenjot pinggulku. penisku masih bermain-main. penisku masih aktif beraksi. dan sebentar lagi, aku pun hendak klimaks.
"mi... Reza..ma..aaaaahhh..mau ke..ke..aaaahh..keluar"
"aaaaahhh..keluarin aja didalem Za"
selang beberapa detik, air maniku membanjiri vagina mami. hangat. disusul dengan desahan mami yang cukup keras. terus kupompa air maniku, dengan gerakan maju mundur. basah. vagina mami basah. aku lemas. nikmat yang teramat nikmat. dengkulku lemas. tubuhku letih. kucabut penisku dan kurebahkan tubuhku disamping mami. penisku masih tegang, namun kemudian melemas. mami tersenyum dan mencium bibirku denga mesra. meninggalkanku diatas ranjang yang keletihan. ia beranjak ke kamar mandi. dan siang itu kami tidur bersama. aku bercinta dengan ibu tiriku sendiri.
setelah kejadian siang itu. jika ada kesempatan, tak segan-segan kami kembali bercinta.
follow kita di @kilas17plus yang mau berbagi cerita email kita ke baesembarang@gmail.com
"Za..ma..ma..mami mau keluar Za"
"aaaaaahhhh...aaaahhhh"
satu desahan kuat menandakan mami klimaks untuk yang kedua kalinya. tubuhnya bergetar makin hebat. lebih kuat dari sebelumnya. payudaranya kembali mengeras. penisku masih bergoyang memainkan irama. urat-urat yang mengelilingi batangnya mengeras. mami masih mendesah, klimaks yang kedua kali membuat ia menikmati permainanku. masih dengan doggy style, kupeluk tubuh mami dengan erat. sambil meremas payudaranya. peluh membasahi dahi mami. begitu pula dahiku. aku masih terus menggenjot pinggulku. penisku masih bermain-main. penisku masih aktif beraksi. dan sebentar lagi, aku pun hendak klimaks.
"mi... Reza..ma..aaaaahhh..mau ke..ke..aaaahh..keluar"
"aaaaahhh..keluarin aja didalem Za"
selang beberapa detik, air maniku membanjiri vagina mami. hangat. disusul dengan desahan mami yang cukup keras. terus kupompa air maniku, dengan gerakan maju mundur. basah. vagina mami basah. aku lemas. nikmat yang teramat nikmat. dengkulku lemas. tubuhku letih. kucabut penisku dan kurebahkan tubuhku disamping mami. penisku masih tegang, namun kemudian melemas. mami tersenyum dan mencium bibirku denga mesra. meninggalkanku diatas ranjang yang keletihan. ia beranjak ke kamar mandi. dan siang itu kami tidur bersama. aku bercinta dengan ibu tiriku sendiri.
setelah kejadian siang itu. jika ada kesempatan, tak segan-segan kami kembali bercinta.
Tuesday, September 18, 2012
Ibu Kost Pemuas Nafsu
sudah tiga bulan aku menempati kamar petak ini. dan sejak itu pula aku tinggal di ibukota ini. yang kata kebanyakan orang, bahwa ibukota lebih kejam daripada ibu tiri. aku Amar (nama samaran), putra asli Solo. mahasiswa tingkat awal di sebuah perguruan tinggi swasta di jakarta. impianku sedari dulu memang menuntut ilmu di jakarta. pagi ini pun aku bersiap hendak menuju kampus tercinta. aku tak ingin telat seperti minggu lalu. aku harus menuruti peraturan kampus yang berlaku. aku sudah siap menuntut ilmu untuk hari ini. ku kunci kamarku, agar semua harta bendaku tetap aman terjaga didalam kamar kost-ku. sampai...
"Mar, mau berangkat kuliah?"
"eh,i..iya bu. ibu ngagetin saya" aku tergagap.
astaga, bu Nova (nama samaran) mengagetkanku. ibu kost yang terkenal ramah ini adalah janda beranak dua. suaminya meninggal setahun yang lalu akibat kecelakaan mobil. harta peninggalan suaminya hanyalah dua tingkat kamar kost yang kini menjadi sumber penghasilan bagi keluarga bu Nova. begitu ceritanya kepadaku beberapa bulan yang lalu. kedua anaknya tinggal diluar kota bersama adiknya. bu Nova tinggal di sebuah rumah mungil, tepat disebelah kost-ku. ia tinggal seorang diri, hanya ditemani seorang pembantu rumah tangga. bi Iyum (nama samaran) namanya.
bu Nova terkenal sebagai seorang yang sangat memperhatikan kebersihan. lingkungan tempat tinggalnya, lingkungan kost, kamar kost, hingga dirinya. tak jarang aku melihatnya pergi ke sebuah salon di seberang jalan. ia merawat dirinya layaknya seorang gadis. kulitnya putih bersih. rambutnya ikal berwarna kemerahan. tubuhnya tak terlalu tinggi namun indah dipandang. kuku-kukunya pun sangat mengkilap. seolah tak pernah mengerjakan hal-hal berat. ia ibu kost paling cantik se-seantero komplek. tak jarang mahasiswa iseng menggodanya. namun, bu Nova hanya senyum ramah menanggapi candaan tersebut.
"maaf lho kalo ibu mengagetkan. eh, nanti malam ada tasyakuran dirumah ibu. dateng ya!"
"oh, nggak apa-apa kok bu. oiya, nanti saya dateng bu. jam berapa acaranya?"
"sekitar jam tujuhan. ajak temen kost yang lain ya Mar!"
"iya bu. nanti saya kabari temen-temen yang lain. saya berangkat dulu bu. mari"
"iya, mari" bu Nova melemparkan senyum.
Sudah tiga bulan ini pula aku sering sekali membantu bu Nova mengerjakan berbagai hal. Layaknya ibu yang sangat memerlukan anaknya. Sampai hari ini pun kedekatan kami sudah seperti anak dengan ibu kandungnya. Bu Nova kuanggap sebagai ibuku. Ibu saat aku berada di Jakarta.
sekitar pukul tujuh, rumah bu Nova sudah dipenuhi para penghuni rumah kost. mahasiswa dan mahasiswi berkumpul di acara tasyakuran bu Nova. entah tasyakuran dalam rangka apa, aku pun tak tahu menahu. aku duduk paling belakang. bersama teman sebelah kamarku. acara dimulai dengan sambutan oleh bu Nova. kurang lebih setengah jam acara berlangsung. setelah ditutup dengan doa, acara selanjutnya adalah makan-makan. di meja panjang sudah tertata rapi nasi dan lauk-pauknya. buah-buahan tak kalah memenuhi meja tersebut. belum lagi berbagai macam kue-kue yang tersaji. sangatlah lengkap. seluruh penghuni kost yang hadir menyantap makan malam yang disediakan oleh bu Nova. tak terkecuali aku.
"Amar, jangan naik dulu ya" pinta bu Nova.
"kenapa bu?" tanyaku.
"mau nggak bantuin ibu beres-beres sedikit. sedikit kok, nggak banyak"
"oh, iya bu"
aku membantu bu Nova membereskan rumahnya. dibantu dengan bi Iyum dan Pak Karta (nama samaran) seorang security. tak sampai sejam, rumah bu Nova sudah kembali rapi seperti sediakala. aku yang cukup letih menyandarkan tubuhku disebuah sofa empuk diruang tamu. bi Iyum telah masuk kamar dan beristirahat. begitu pula Pak Karta, sudah kembali ke pos jaga didepan gerbang.
"capek ya Mar? maafin ibu ya. jadi minta tolong sama kamu" bu Nova membawa segelas sirup dingin dan memberikannya kepadaku.
"ah, nggak apa-apa kok bu. makasih juga lho udah ngundang anak kost buat syukuran"
"iya, sama-sama. ini diminum dulu. ibu buatin spesial buat kamu"
"aduh, saya nggak enak nih. sampe dibuatin minum segala sama ibu"
"nggak apa-apa. nih minum!"
"iya bu"
tanpa basa basi langsung kutenggak gelas berisi sirup rasa jeruk. memang menyegarkan saat badan sedang letih. seketika dahaga pun hilang.
"makasih ya bu. saya pamit bu"
"lho? mau kemana?"
"mau naik. belum ngerjain tugas buat besok"
"sini dulu sebentar. temenin ibu bikin laporan keuangan kost ya. nggak lama kok. mau ya?" pinta bu Nova lagi.
"emmmmm..." aku ragu.
"ayo donk Mar. bantuin ibu sekali lagi. kamu kan mahasiswa ekonomi"
"iya deh. sebentar ya bu. soalnya saya juga ada tugas"
"iya, sebentar aja kok. yuk!"
"lho? kemana bu?" tanyaku.
"ngerjainnya diatas aja. disini nggak enak. yuk!"
aku pun menuruti kemauan bu Nova. kami naik kelantai atas rumah bo Nova. rumah yang sangat rapi dan bersih. tentu saja wangi. tata letak perabotan yang sungguh rapi.
"duduk disini aja ya Mar" bu Nova menyuruhku duduk di sofa besar berwarna hitam dengan bantal yang besar pula.
"iya"
"ibu ganti baju dulu. kamu mau minum lagi?"
"emmm..boleh deh bu. kebetulan masih haus nih"
"iya, nanti ibu bikinin. tunggu sebentar ya"
"siap bu"
bu Nova beranjak kedalam kamar. tak berapa lama keluar. memakai daster tipis berwarna putih dengan motif bunga-bunga yang membuatnya makin cantik dilihat. rambutnya diikat, terlihat jelas lehernya yang sangat putih. aku kikuk campur gugup. lalu bu Nova kebawah untuk membuatkanku minum. kemudian kembali lagi membawa segelas sirup dingin. lagi, tanpa perintah langsung kuhabiskan sirup tersebut.
bu Nova membawa buku besar, meminta bantuanku untuk membuat laporan pendapatan kost. angka demi angka kuselesaikan. jam dinding besar menunjukkan pukul sebelas malam. kepalaku pening. pandanganku buyar. napasku tersengal-sengal. ada apa ini? badanku pun mendadak panas. keringat memenuhi dahi.
"bu, kepala saya pusing. saya pamit pulang ya?"
"kenapa Mar? kalo pusing tiduran aja disini dulu"
dan... aku tak sadarkan diri.
mataku berat. ingin kubuka mataku, namun sangat berat. kupaksa membuka mata. dan... astaga, aku berada disebuah kamar. terlentang diatas sofa dengan tangan terikat. parahnya lagi, kemana semua pakaian yang kukenakan tadi. apa yang terjadi? kepalaku masih pening. badanku masih panas. lampu kamar memang mati, namun disisi kana dan kiri ranjang terdapat lampu remang-remang sebagai penghias. dimana aku? kemana bu Nova. yang aku ingat hanyalah angka-angka dalam buku bu Nova. dan hal terakhir yang kulakukan adalah meminum segelas sirup pemberian bu Nova.
tiba-tiba pintu kamar terbuka.
bu Nova masuk, masih dengan daster tipis berwarna putih yang ia kenakan tadi. ia mendekatiku dengan senyum nakal. mukaku merah padam. didepan ibu kostku, aku tak berpakaian. apa yang terjadi?
"jangan takut Mar. kamu cukup rileks dan menikmatinya"
"a..a..apa bu? kemana baju saya? kenapa saya diikat gini? ada apa i..."
"sssssttt..kamu tenang aja. diem aja ya"
bu Nova dengan senyum nakal yang masih terpampang dari bibirnya. tangan dan kakiku terikat. terlentang dengan kaki mengangkang yang diikat pula. bu Nova menciumi leherku. aku kaget setengah mati. menjilati terlingku, membuat bulu romaku berdiri. memainkan lidahnya di telingaku. kemudian menjalar ke leher dan di dadaku. puting kecilku dijilatinya. geli yang kurasakan. bu Nova menjilat putingku. menggigitnya sesekali. aku merasakan nikmat. senyum nakal masih terpancar dari wajah bu Nova.
setelah puting, bu Nova melancarkan jilatan lidahnya terus kebawah. ke perutku, ia terus memainkan lidahnya dengan lincah. lalu menjilati pusarku. aku mendesah merasakan nikmat. seketika penisku berdiri tegak. bu Nova masih dengan lidahnya yang makin nakal. akhirnya lidah bu Nova mendarat di penisku yang telah berdiri tegak. menjilatinya. kemudian tanpa basa basi, ia mengulum penisku. mulutnya aktif. lidahnya lincah. dalam ia lesakkan penisku kedalam mulutnya. desahanku kembali keluar.
"aaaaaaahh..buuuu"
ia meneruskan kulumannya. saking enak yang kurasakan, mataku terpejam. ototku menguat. uratku mengejang. bulu romaku makin tegang berdiri. cukup ganas bu Nova mengulum penisku. penisku berdiri maksimal. tangan bu Nova sesekali memilin-milin putingku. dan desahanku makin kuat. aku belum pernah merasakan hal seperti ini. ini pengalaman pertamaku. bu Nova sangat mahir meainkan lidahnya. penisku makin meninggi. hasratku makin besar. basah.
"bu..bu..a..a..aku mau ke..ke..keluar"
"yaudah keluarin aja Mar"
bu Nova terus mengulum penisku. mulutnya hangat. dan sebentar lagi aku klimaks. urat-urat makin menegang. otot-otot makin mengencang. dan akhirnya... kusemburkan cairan maniku didalam mulut bu Nova. banyak, ia terus memompa penisku. makin banyak cairan maniku keluar. aku merasakan nikmat yang sangat nikmat. sekujur tubuhku tegang. bu Nova masih saja memompa penisku yang masih menancap didalam mulutnya. kemudian menelannya. lalu kembali tersenyum.
bu Nova berdiri diatas ranjang. aku masih terlentang tanpa busana. ia melepas daster putihnya. dan baru kali ini kulihat tubuh wanita dengan payudara indah. kulit putih. vaginanya ditumbuhi bulu-bulu halus. seperti habis dicukur. tubuhnya indah. lekukan pinggulnya menampakkan keseksian luar biasa. rambut ikalnya diikat. bu Nova meraba-raba vaginanya. sesekali menjulurkan lidahnya yang nakal. astaga, ia seolah berjoget didepanku. keelokan tubuhnya ia pamerkan dengan tarian erotis didepan mataku. mataku dimanjakan oleh keindaha tubuh bu Nova. payudara cukup besar, bulat dan indah. pantat yang cukup besar pula, namun padat berisi. puting yang menggoda ingin kuhisap dan kujilat. bu Nova sungguh sempurna.
seketika penisku kembali berdiri. urat-uratnya menonjol keluar. bu Nova masih menari erotis dihadapanku. dengan lekukan tubuhnya yang indah ia terus menggoyangkan pantatnya. kemudian ia berjongkok. berjongkok dihadapanku tanpa busana. memegang penisku, dan mengarahkannya menuju lubang vaginanya. aku gemetar. dengkulku lemas. astaga, selanjutnya apa lagi? penisku melesak masuk kedalam vaginanya. hangat. mataku sesekali mengerjap. ini lebih nikmat daripada kuluman mulut bu Nova. aku mendesah hebat. seluruh batang penisku masuk kedalam vagina bu Nova. kemudian dengan irama turun naik, ia menggenjot tubuhnya. penisku bergetar hebat. desahanku makin sering. begitu pula bu Nova.
"aaaaahhh..aaaaaahhh..amar..amar"
seiring dengan genjotan tubuhnya. payudaranya yang indah mengikuti irama turun naik. ingin sekali kujilat dan kuremas-remas payudaranya. bulat dengan puting mungil sangat menggoda. tubuhku menegang, seluruh bulu romaku berdiri. ini pengalaman pertamaku bercinta. masih dengan posisi berjongkok, bu Nova makin kuat menggenjot tubuhnya. desahan demi desahan terlontar dari mulutnya. tanganku tak bisa berbuat apa-apa.
"aaaaahhh..amarr..aaaaahhh"
"bu..bu...aaaaaahhh"
kali ini ia menyudahinya. mencabut penisku dari dalam vaginanya. kemudian berjongkok lagi. namun kali ini ia membelakangiku. terlihat jelas pantatnya yang sangat indah. putih bersih tanpa ada setitik tahi lalat pun. andai saja tanganku tak terikat. sudah kuremas sedari tadi payudara dan pantatnya yang menggoda. ia terus menggenjotku dengan irama turun naik. pantatnya bergetar, memainkan irama dan not yang sangat indah jika dipandang. kali ini dengan tempo yang cukup cepat. bu Nova terus menggenjot tubuhnya. dan desahan selalu keluar dari mulutnya.
"aaaaaahhhh..aaaaaahhh..aku mau ke..ke..keluar Mar" desahnya cukup kuat. memcah malam sunyi.
"a..a..aku juga bu.."
aku pun hendak klimaks untuk yang kedua kalinya. ia mencabut penisku lagi. dan kembali mengulangi posisi berjongkok menghadapku, seperti pada posisi pertama. kemudian menggenjot tubuh indahnya dengan cepat. penisku makin hangat. tubuhku makin nikmat. desahan pun makin sering. tangan bu Nova erat memelukku. vaginanya bergetar. kemudian cairan hangat membasahinya. namun ia terus menggenjot tubuhnya. tubuhku menegang. pelukan bu Nova makin erat. dan.... kusemburkan cairan maniku untuk kedua kalinya. banyak. didalam vagina bu Nova kusemburkan cairan maniku. desahanku kembali terlontar.
dan ini pengalaman pertamaku bercinta. bercinta dengan ibu kost-ku
follow kita di @kilas17plus yang mau berbagi cerita email kita ke baesembarang@gmail.com
Thursday, September 6, 2012
Aku Diperkosa 3 Lelaki Bejat
Aku masih berdiri menunggu taksi di sebuah halte. Orang-orang ramai berteduh di halte ini. Karena memang hujan sangat lebat mengguyur Jakarta malam ini. Aku Dea (nama samara), seorang karayawati di sebuah perusahaan swasta di ibukota. Sudah tiga tahun aku bekerja di perusahaan itu. Gaji yang cukup besar dan suasana di kantor yang membuat aku betah disana. Suasana kekeluargaan yang sangat kental.
Hujan makin lebat. Dan kakiku sudah mulai pegal berdiri menunggu taksi. Tak satu pun taksi yang lewat. Satu persatu orang yang berteduh pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya, menembus derasnya hujan. Aku tak ingin berdesak-desakkan di bus kota. Selain tak nyaman dan kurangnya keamanan di dalam bus itulah yang membuat aku memilih taksi. Copet. Apalagi yang kadang membuat kita tak ingin naik bus kota.
Tinggallah aku bertiga dengan seorang bapak gemuk dengan tas besar dan seorang ibu yang masih berdiri di halte. Warung kecil yang menjual rokok dan minuman masih menerangi halte tempatku berteduh. Sudah dua puluh menit lebih aku berdiri menunggu taksi. Setiap kulambaikan tangan memanggil taksi, mereka hanya berlalu begitu saja. Sial sekali aku malam ini. Jam tanganku menunjukkan pukul 19.10 wib.
“mau pulang kemana mbak?” tanya bapak bertubuh gemuk.
“ke manggarai pak” jawabku.
“kenapa nggak naik bus aja mbak. Dari tadi kan banyak juga yang kosong”
“iya pak. Saya agak kapok naik bus”
“kenapa?” bapak itu bertanya kembali.
“pernah dua kali saya kecopetan”
“oh itu. Iyalah mbak, harus hati-hati kalo di bus kota”
Kemudian tak ada pertanyaan lagi yang keluar dari mulut bapak bertubuh gemuk. Ibu yang sedang diam memberhentikan sebuah taksi, dan ia mendapatkan taksi tersebut. Ah, sial sekali aku. Seharusnya aku yang menaiki taksi tersebut. Aku ingin cepat sampai kamar kost-ku. Badanku sangat letih hari ini. Selain menumpuknya pekerjaanku di kantor, aku juga harus kunjungan ke beberapa perusahaan. Untungnya besok hari sabtu, jadi aku bisa beristirahat lebih lama. Lamunanku buyar ketika sebuah mobil menepi ke halte tempatku berteduh. Seseorang keluar menuju warung kecil samping halte. Pria tersebut membeli sebungkus rokok. Dan kembali menuju mobil. Namun…
“Dea ya?” pria tersebut menegurku. Aku tidak mengenalinya.
“iya. Maaf siapa ya?” tanyaku.
“gue Tito (nama samara). Bulan lalu kan kita meeting bareng di Kemang. Inget nggak?” tanyanya.
“emmmm.. yang mana ya?” tanyaku masih meraba-raba.
“masa nggak inget sih? Kan yang presentasi gue”
“ooh iya gue inget. Bos lo yang orang cina itu kan?” aku mulai mengingatnya.
“hahahahahahaha. Iya iya. Bos gue emang orang cina. By the way, ngapain lo disini?”
“gue nunggu taksi. Dari tadi nggak dapet-dapet. Udah hampir setengah jam gue disini” jelasku.
“oh gitu. Ikut mobil gue aja yuk. Daripada kelamaan, nanti makin malem makin bahaya lho. Apalagi lo cewek sendiri disini”
“emmm.. gimana ya?”
“ayolah, gue sih terserah lo aja. Gue cuma niat baik aja sama lo”
Betul juga pikirku. Aku wanita sendiri yang berada di halte ini. Makin malam memang makin tak baik. Apalagi saat ini Jakarta sudah tak aman menurutku.
“boleh deh. Nggak ngerepotin lo nih?”
“ngerepotin apa sih? Santai aja kali. Yuk masuk!” ajak Tito.
Ternyata didalam mobil ada dua pria lainnya. Teman tongkrongan Tito. Aku berkenalan dengan mereka. Abi (nama samaran) dan Kris (nama samaran). Mereka bertiga berniat makan malam di sebuah restoran di daerah Salemba. Satu arah dengan rute pulang denganku. Aku bisa turun di Manggarai nantinya. Kami hanya mengobrol biasa, tentang kantor tempat Tito bekerja sampai kelakuan bosnya yang kadang membuatnya geram.
“lo ikut kita aja De!” ajak Tito.
“ah, nggak usah deh. Gue mau langsung pulang aja To”
“iya De ikut aja. Kita mau ngerayain ultahnya si Abi. Ikut aja!” ajak Kris.
“nggak deh, makasih. Itu kan acara kalian. Nanti kalo ada gue malah nggak seru lagi”
“nggak seru apaan sih? Biasa aja kali De. Ikut aja ya” Tito sedikit memaksa.
“iya ikut aja. Nanti juga ada temen cewek yang lain juga kok De. Jadi lo nggak sendirian” sambung Abi.
“emmm.. gimana ya?” aku masih berpikir.
Sebenarnya aku ingin sekali cepat pulang ke kost-an. Tapi berhubung mereka sudah berbaik hati memberiku tumpangan. Apa jadinya kalau aku tak bertemu Tito. Mungkin saat ini aku masih berada di halte dengan bapak gemuk. Jadi kuiyakan saja ajakan mereka. Toh hanya makan-makan biasa, apa salahnya agak telat sampai kost-an. Lagipula besok hari sabtu.
“oke deh, gue ikut. Tapi bener nggak ganggu acara kalian kan?”
“dijamin nggak ganggu 100%” sergah Abi.
Tak berapa lama mobil sudah terparkir disebuah bangunan bernuansa cina. Dengan dua patung besar berbentuk singa didepannya. Seorang pelayan pria bertubuh tegap membukakan pintu dan mempersilakan masuk. Kami menaiki tangga menuju lantai dua. Lampu didalam ruangan agak remang-remang. Kami pun memasuki sebuah ruangan, seperti private room. Terdapat meja besar dengan sofa yang besar pula mengelilingi meja. Didepannya terdapat layar besar. Kalau kuperhatikan, ruangan ini mirip seperti ruangan karouke. Kami duduk di sofa besar. Tak lama seorang wanita dengan pakaian cukup seksi masuk membawa buku besar.
“mau pesen apa De?” tanya Tito.
“kita makannya disini?” tanyaku.
“iya. Sambil makan kita bisa sambil karouke. Bisa nonton film juga. Bisa party juga. Lo mau pesen makan apa?” jelas Tito.
“hmmm.. apa ya? Gue ikut aja deh” jawabku.
“kok ikut aja? Nih, lo liat dulu” Tito menyerahkan buku besar yang ternyata buku menu.
Aku membuka halaman demi halaman buku menu. Dan tak satu pun yang kukenal macam-macam makanannya. Paling hanya beef steak dan bebek peking. Mungkin ini restoran cina. Jadi kuputuskan untuk memesan beef steak dan segelas orange juice. Sedangkan Tito, memesan makanan yang tak kuhapal namanya. Begitu juga Abi dan Kris. Setelah pesanan kami di catat, wanita seksi itu pun meninggalkan ruangan.
“kita nyanyi-nyanyi dulu kali ya. Sambil nunggu makanan” kata Kris.
“boleh. Nyalain aja Kris” lanjut Abi.
“eh, katanya ada temen-temen cewek lo yang lain?” tanyaku kepada Tito.
“iya, bentar lagi mungkin sampe. Kenapa sih De?” jawab Tito.
“nggak apa-apa kok. Gue Cuma tanya aja”
Kris yang paling ngocol diantara mereka bertiga sudah teriak-teriak melantunkan lagu. Otakku dangkal kalau ditanya musik. Aku hanya menikmati suasana. Sesekali tertawa jika Kris melontarkan leluconnya yang membuat perut sakit. Tak lama, pesanan kami datang. Beef steak-ku dan makanan lainnya sudah terhampar di meja besar. Meja ini sudah dipenuhi makanan dan beberapa botol minuman. Menurutku hal seperti ini tidaklah tabu. Di kantorku pun minuman beralkohol dan sejenisnya seringkali disediakan, jika kantor mendapat tender besar dan harus dirayakan. Aku pun kadang ikut menenggak beberapa loki minuman.
Kami pun menikmati makanan. Saling berbagi makanan. Saling cicip-mencicipi makanan. Seolah sudah kenal bertahun-tahun, aku pun tak canggung lagi dengan ketiga pria tersebut. Disela-sela makan, Kris masih saja membuat kelucuan. Hingga membuat Abi tertawa sampai terbatuk-batuk. Ruangan ini memang milik kami. Kami bebas tertawa terbahak-bahak dan tak ada seorang pun yang protes. Lama kami bersenang-senang di ruangan tersebut. Belasan lagu telah kami nyanyikan. Piring kotor bekas kami makan pun telah diangkat. Yang tersisa di meja hanya botol-botol minuman den beberapa gelas. Seorang pelayan kembali datang mengantarkan dua botol minuman dan empat piring kacang.
“eh, nambah nih?” tanyaku.
“malem masih panjang De. Santai aja kan?” tanya Abi.
“iya sih”
Aku sudah menghabiskan empat gelas minuman beralkohol. Kepalaku sudah dihantui pusing. Berat. Tubuhku pun sudah agak lunglai. Tapi kami masih tertawa dan terus menuang minuman kedalam gelas. Tito terus memberiku gelas yang penuh. Walau kutolak, ia tetap memaksaku. Dan akhirnya, mau tak mau aku pun terus meneggak minuman tersebut. Puncaknya, tubuhku sudah benar-benar lunglai. Lemah tak berdaya. Kepalaku sudah berat. Aku setengah sadar. Aku bersandar pada sofa besar. Masih memperhatikan layar besar didepan meja yang memutar video karouke. Disampingku, duduk Tito memegang gelas penuh berisi minuman.
Tito mulai merangkul pundakku. Aku menepisnya. Jujur, aku mabuk. Namun aku masih sadar. Setengah sadar tepatnya. Ia terus mencekokiku minuman. Dan aku tetap mengangguk menerimanya.
“kalo pusing. Tiduran aja De” suruh Tito.
“nggak apa-apa nih kalo gue tiduran disini?” tanyaku.
“enggak apa-apa. Ini di booking sampe pagi kok” jawab Tito.
Tak apalah aku merebahkan sesaat tubuhku. Nantinya juga akan dibangunkan jika acara mereka sudah selesai. Tapi Tito memberikan segelas minuman, begitu ingin kurebahkan tubuhku.
“eits, minuman terakhir sebelum lo tidur. Wajib lo habisin. Ayolah”
“To, kepala gue udah pusing banget. Udah ya”
“gelas terakhir De. Biar sisa minuman yang lain gue habisin bertiga. Oke”
Aku pun menurut saja. Kutenggak isi gelas dengan cepat. Habis tak bersisa. Kemudian senyuman Tito terpancar dari mulutnya. Aku pun akhirnya merebahkan tubuhku. Kepalaku terasa pusing. Lalu aku tertidur…
Berapa lama kutertidur? Kepalaku masih berat. Otakku pun masih setengah sadar. Badanku panas. Apa yang terjadi? Kubuka perlahan mataku. Astaga, kaget bukan main. Aku mendapati tubuhku tak berbusana. Dan kulihat Abi sedang asik melumat puting payudaraku. Aku ingin berontak. Namun tubuhku sangat lemas. Aku ingin teriak, namun mulutku seperti terkunci.
“eh, Dea udah bangun” kata Abi disela-sela lumatan mulutnya.
Kris lalu mendekatiku. Menghampiri wajahnya dekat kearah wajahku. Bibirku dilumat Kris. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Tubuhku tak bisa bergerak. Kurasakan payudaraku diremas kuat. Putingku kembali dilumat. Geli. Kris pun nampak tak berbusana. Pandanganku kabur. Mataku buram. Kris masih terus melumat bibirku. Kemudian ia berdiri, menunjukkan penisnya yang besar. Tegang dan berurat. Mulutku dibuka lebar olehnya. Dimasukkannya penis besarnya kedalam mulutku. Aku hampir tersedak. Maju mundur gerakan penis Kris didalam mulutku.
Putingku masih dijilat. Payudaraku masih terasa diremas. Namun apa ini? Astaga, kini giliran vaginaku yang merasakan gerakan aneh. Kenapa tubuhku tak bisa kugerakkan. Ingin kuberontak. Tenagaku tak ada. Mataku melirik kearah vaginaku. Tito yang sedang asik menjilati klitorisku. Lidahnya lincah bermain. Nikmat, namun aku tak ingin semua ini. Tubuhku bergetar, sungguh nikmat permainan lidah Tito. Abi pun sungguh lihai memainkan lidahnya, putingku nikmat. Geli yang sangat geli. Kris masih asik memanjakan penisnya di mulutku.
Kini mereka bergantian. Tito, kali ini memasukkan penisnya kedalam mulutku. Kris menggarap payudarku. Diremas dan dijilati. Sementara Abi dengan penis tegangnya, menuju vaginaku. Pahaku dibuka lebar-lebar. Dengan posisi mengangkang, Abi membenamkan penis besarnya kedalam vaginaku. Perlahan-lahan bergerak maju mundur. Vaginaku bergetar. Penisnya Tito masih didalam mulutku. Terkadang suara desahan Abi kudengar.
“aaaahhh..aaaahhh” desahan Abi, sesekali menampar-nampar pelan pantatku. Perih.
“aaaahhh..aaaahhh” Tito pun tak kalah dengan Abi.
Gerakan penis Abi makin cepat. Aku hampir klimaks. Vaginaku bergetar hebat, tak berapa lama cairan membasahi vaginaku. Hangat. Aku klimaks. Tubuhku ikut bergetar. Bulu romaku berdiri.
“aaaaahhh..aaaaahh” desahan Abi makin keras, disertai gerakan maju mundur penisnya yang makin cepat.
Kemudian ia mencabut penisnya. Memuntahkan cairan maninya diatas payudaraku. Hangat. Kental. Ia terus memompa cairan maninya hingga habis. Kris masih asik memeras payudarku yang banjir oleh cairan mani Abi. Dan Tito masih dengan penis menancap dalam mulutku. Kemudian kudengar tawa senang dari Abi. Laki-laki berengsek!
Tubuhku masih tak bisa digerakkan. Mungkin mereka memberiku sesuatu. Mungkin obat atau apalah. Yang jelas malam ini aku diperkosa oleh tiga orang lelaki bejat yang baru kukenal beberapa jam yang lalu.
Kali ini giliran Kris menggagahiku. Kepala penisnya diusap-usap dimulut vaginaku. Geli. Kemudian dengan segera ia lesakkan seluruh batang penisnya. Kali ini lebih besar. Penis Kris lebih besar dari penis Abi. Mataku terbelalak. Dadaku sesak. Tubuhku tak bisa bergerak. Aku tersedak. Kris memainkan penisnya maju mundur. Pahaku dibentangkan lebar. Sambil terus penisnya menari didalam vaginaku, sesekali Kris memainkan jarinya menggelitik klitorisku. Nikmat. Aku menikmati permainan Kris. Keringat Kris terlihat membasahi jidat lengangnya. Tangan besar penuh urat mencengkram kuat payudaraku. Meremasnya. Memainkan jari-jarinya pada putingku.
“aaaahhh..Deaaa aaaaahhh..Dea..” Kris mendesah pelan.
Ia menindih tubuhku. Merebahkan tubuhnya yang tinggi diatas tubuhku. Tangannya melingkar di pinggangku, memelukku kuat. Sambil terus menggoyangkan penisnya. Penis besarnya masih menancap didalam vaginaku. Sesekali dengan tempo yang cepat, Kris terus menggoyangkan pinggulnya. Vaginaku panas.
“aaaaaahhh.. Deaaaa” desahannya memanggil namaku. Dasar bajingan.
Tak dipungkiri, aku menikmati saat Kris memainkan penisnya. Ia sangatlah ahli. Tubuhku makin merasakan nikmat. Bulu romaku kembali berdiri. Vaginaku memberi sinyal, sebentar lagi aku hendak klimaks. Klimaks yang kedua, setelah Abi terlebih dahulu menggagahiku. Dan, tak berapa lama aku kembali klimaks. Vaginaku kembali banjir. Cairan hangat memenuhi relung vaginaku. Kris masih terus dengan gerakan maju mundur. Penis besarnya masih setia di dalam vaginaku. Desahannya kali ini lebih sering.
“aaaaaahhh..aaaaahhh”
“aaaaahhh..Deaaaa aaaaahhh”
Kris mencabut penis besarnya. Memuntahkan cairan maninya di mulutku. Jijik. Sangat banyak dan kental. Berwarna putih. Dalam sekejap mulutku dipenuhi cairan mani Kris. Ia terlihat letih setelah menggagahiku. Letih namun nikmat. Dan kembali kudengat tawa lepas, kali ini Kris dan Abi yang tertawa. Disusul tawa dari Tito. Astaga, tubuhku masih saja tak bisa digerakkan. Kali ini makin lemas. Tenagaku habis tak bersisa, setelah dua lelaki bajingan memperkosaku. Memberiku minuman yang membuat tubuhku tak bisa digerakkan.
Tito sudah pada posisi. Penis panjangnya sudah berada didepan vaginaku. Tangannya menuntun penisnya masuk kedalam vaginaku. Dengan cepat ia menggenjot pinggulnya. Gerakannya lincah. Ia terus membenamkan penis panjangnya kedalam vaginaku, smbil meremas payudaraku. Menggelitik putingku. Makin cepat gerakan Tito. Vaginaku ikut bergetar cepat. Kali ini mulutnya yang memainkan putingku. Dijilatinya putingku. Sesekali digigit-gigit. Membuat gairahku meninggi. Kemudian menyedotnya kuat. Aku makin bernafsu. Namun tubuhku masih tak dapat digerakkan. Tangannya meremas payudaraku, lidahnya menjilati putingku, dan penisnya masih keluar masuk kedalam vaginaku. Gairahku memuncak.
Tito masih terus menggagahiku. Dan masih terus meremas payudaraku. Vaginaku kembali bergetar. Akan klimaks untuk yang ketiga kalinya mungkin. Mataku memejam. Tanganku mencengkram kuat sofa. Pahaku masih terbuka lebar. Membentang. Dan Tito masih terus menggoyangkan pinggulnya. Kali ini makin cepat. Aku hampir klimaks. Benar saja, tak berapa lama vaginaku memuntahkan cairan hangat. Tubuhku bergetar hebat. Vaginaku geli. Dan Tito terus saja menggagahiku. Penisnya masih kuat bermain-main didalam vaginaku.
Tito mencabut cepat penisnya. Memuntahkan cairan maninya diatas payudaraku. Cukup banyak. Memompa terus penisnya, berharap cairan maninya keluar hingga tetes terakhir. Pahaku masih terbuka lebar. Dan tubuhku masih tak dapat digerakkan. Kris membersihkan cairan mani yang memenuhi tubuh dan mulutku. Dibantu oleh Abi. Tito mengenakan pakaiannya. Aku menangis sejadi-jadinya. Pipiku basah oleh air mata. Kemudian Kris dan Abi berpakaian. Tito memakaikan kemeja dan celanaku. Dan tubuhku masih saja tak bisa bergerak.
Abi melemparkan berlembar-lembar uang pecahan seratus ribu diatas tubuhku. Kemudian mereka bertiga berlalu. Meninggalkanku dengan tawa puas usai memperkosa diriku. Tinggallah aku sendiri didalam ruangan dengan tubuh yang tak bisa kugerakkan. Dasar lelaki bajingan !!!
follow kita di @kilas17plus
yang mau berbagi cerita email kita ke baesembarang@gmail.com
Subscribe to:
Posts (Atom)