"dedy mau apa kamu." tanyanya mulai pelan.
"bude, saya betul2 kepingin nih bude. Saya sudah nggak tahan bude, ayolah mumpung sepi bude." kataku
"ded nanti kalau ada yang masuk gimana dan sebentar lagi suami serta anak2ku pasti pulang karena sudah sore." katanya.
Kemudian saya berjalan mendekatinya dan tongkol saya tepat di depan muka bude narti. Saya sempat melihat mata bude narti tertegun melihat ukuran tongkol saya yang lumayan besar, saya dengan tenang berkata ke bude narti.
"tenang saja bude, pintu depan sudah saya kunci. Ayo bude kocok tongkol saya jangan cuma di liatin kaya gitu." kata ku
Tangan bude narti pun akhirnya dengan agak ragu memegang tongkol saya.
"ahhhh..." desahku ketika tanganya mulai meremas dan mengocok pelan tongkol saya.
"bude, isepin dong tongkolku ini." kata saya
"ihh jijik ahh,, udah kaya gini aja." katanya
Lalu saya tarik belitan handuknya dan dia pun bugil di hadapan ku, tangannya yang kanan asik mengocok tongkolku sementara tangan yang kiri berusaha menutup payudaranya yang besar.
"ayo bude kita selesaikan, nanti keburu keluarga bude pada pulang." kataku
Dan saya pun mengangkat kaki bude narti lalu saya lebarkan kaki bude narti dan saya lihat memiaw bude narti sangat banyak di tumbuhi jembut, lubang memiawnya pun juga sudah lebar. Tapi bude narti dengan melawan atas apa yang saya lakukkan kepadanya.
"dedy, jangan di masukkan ded. Nanti bisa kacau kalau ada tetangga lihat, dedy hentikan sayang." katanya
Saya pun tidak perdulikan kata2nya lagi, dengan agak memaksa maka saya arahkan tongkol saya ke memiaw bude narti.
slooppp(kepala tongkol saya sudah masuk),slebbb,blleeesss...masuklah semua tongkol saya ke memiaw bude narti.
"aduh sudah ded jangan di teruskan de,,ahh,ahh,,uhh.." perlawanan nya berubah menjadi desahan.
Lalu saya mulai menggoyang tongkol saya maju mundur.
"ohh..ohhh dedyyy...ahhhh,,mmmphhh.."desah bude narti sambil menggit bibir bawahnya.
"arggghh...arghhh,,bude sangat nikmat,,ahh,ahh.."desahku
Bude narti perlahan mulai menggoyangkan pantatnya untuk mengimbangi permainan ku, saya pun makin bersemangat menyetubuhi bude narti.
"ohh,,bude,,terrrusss,,goyyangg bude..ahh.." desah saya.
"ohhh,,ohh tongkolmu enak banged ded..ahhh.."racau bude narti.
Wah ternyata bude narti kalau sedang bersetubuh suka mengeluarkan kata2 kotor, saya pun semakin bersemangat mendengar jeritan vulgar bude narti. Keringat sudah mulai terlihat dari wajah bude narti, lalu bude narti meminta berganti posisi.
"ahh,,ahhh,,berhenti dulu ded,,ahh,ahhh.." perintahnya
Sayapun segera menghentikan goyangan saya.
"kenapa sayang." tanyaku dengan memanggil dia sayang..hehehe
"kita ganti gaya ah jangan kaya gini terus, aku bosen ded." katanya
Wow sekarang dia yang kelihatannya agressif ,memang wanita awalnya menolak akan tetapi kalau sudah masuk maka merekalah yang lebih agressif. Kamipun berguling ke samping tanpa mencabut tongkol saya, dan bude narti pun mulai bergoyang dengan maju mundur.
"ahhh,,ahh,,ah,, enak tenan dedy tongkol mu nusuk tempik ku,,ohhh.."kata bude narti
"terus budee...ahh" sahutku.
Lama-lamagoyangan bude narti menjadi semakin liar, dia bukan hanya melakukkan goyangan maju mundur tapi dia juga melakukkan goyangan atas bawah dan yang paling nikmat adalah goyangan memutarnya. Sayapun bangkit dan memeluk bude narti sambil mulut ku menyedot payudaranya, maka dia semakin tak karuan saja goyangannya.
"ohh,ohhhhh,,,,aku mauu keeluuar ded.."katanya yang sudah mau orgasme
"tahan sayang,,ohhh.." kataku.
"akuu,,akuu,nggak,kkuu,kkuuattt,,arggghhhh...." desahnya ketika orgasmenya datang.
serrr..srrrrrrrr........keluarlah cairan hangat dari dalam kemaluannya.
Dia memeluk saya dengan sangat erat, saya yang belum mau ejakulasi memberikan dia kesempatan untuk menikmati orgasmenya.
"duuhhh....nikmat tempikku ded..tongkolmu gede banged sih, sampe mentok aku rasanya." kata bude narti.
"emang punya pakde yatno(suaminya yang sudah berumur 54th)nggak gede bude." tanyaku.
"alah boro2 gede, kalo main sama ku paling baru 5 menit tak goyang wis metu."kata bude narti dengan nada ketus.
oh ternyata selama ini pakde yatno tidak bisa memuaskan bude narti, tenang pakde yatno saya akan membantu tugas anda dalam memuaskan istri anda.kataku dalam hati
"terus kalo bude kurang puas, melampiaskan nya kemana bude." tanyaku.
"jangan panggil aku bude dong ded klo lagi berdua kaya gini, panggil nama saja ya." kata bude narti.
"iya, mulai sekarang aku akan manggil kamu sayang kalo lagi berdua kaya gini, oya pertanyaan aku belum kamu jawab sayang. Kamu melampiaskan kemana kalo kurang puas." tanyaku lagi
"yah aku paling pake tangan pas dia tidur." katanya
"tenang sayang, mulai sekarang kalo kamu kurang puas dengan suami kamu yang tolol itu kamu panggil aku saja yah." kataku.
"iyah,pasti sayang, oya kamu belum keluar ya. Ayo cepat selesaikan karena acara arisan di rumah kamu sudah mau mulai dan anak2ku juga sudah mau pulang." kata bude narti
"kita nungging ya sayang."kata ku
"ya sudah, ayo cepat sayang."
laul saya mencabut tongkol saya yang dari tadi belum saya keluarkan dari memiawnya.
"ayo sayang aku wis siap nih." kata bude narti yang sudah mengambil posisi nungging.
"iyah." kataku sambil mendekat ke arahnya.
blessssss......begitu lancar tongkolku masuk ke memiaw bude narti.
"ohhhhhhhhhhhh...." desah kami bersamaan
Saya pun dengan gerakan cepat langsung mengocok memiaw bude narti ini. PLAKKK,,PLAKKK,,PLOKKKK,, begitu keras terdengar bunyi itu karena saya dengan gerakan yang cepat menyetubuhinya. Bunyi derit ranjang pun sangat kencang..KRITTT,KRITTT,KRITTTT.
"aduhh,aduuuhh,aduuhhh,,pelan2 sayang,,ahh,ahh...." jerit bude narti.
"nanti keburu suami dan anakmu pulang ,sudah tahan saja sayang." kataku
bude narti hanya menggengam kain sprei dan menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit bercampur nikmat yang ia rasakan sekarang. Setelah 15 menit bergoyang dengan kasar, maka saya merasakan akan ejakulasi.
"ohhh,ohh aku mau keluar sayang,,ahhh,,di dalam apa di luar." tanyaku.
"ahhh,ahhh,ahhh,terseraaahhhhh..."kata bude narti
Dan akhirnya, crottttt,crottttt,crootttt, sekitar 7x semprottan peju saya yang saya keluarkan di dalam.
"argggghhhhhhhhhhh...."desahku dan saya tekan kuat2 tongkol saya ke dalam memiawnya
Setelah mengatur nafas maka saya pun cepat2 mencabut tongkol saya dari dalam dan membersihkan dengan kain sprei bude narti, dan bude narti pun mencabut kain sprei itu dan langsung merendamnya agar tak terlihat oleh suaminya.
"ayo cepat kita harus keluar sekarang, nanti tetangga curiga kamu lama2 di dalam rumah ku." kata bude narti sambil memakai baju serta celana untuk arisan di rumah ku.
Saturday, November 27, 2010
Hari senin seperti biasa aku kuliah, tapi karena pagi itu aku hanya ada 1 mata kuliah maka aku pun sudah bisa pulang jam 10 pagi. Nah pada saat tiba di rumah aku melihat pintu depan dan korden pun tertutup, aku pikir ibu pasti sedang keluar maka akupun mencari kunci di bawah pot tanaman yang biasa ibu taruh jika dia sedang pergi. Tapi setelah aku mencari kunci rumah aku tidak menemukan kunci rumahku di bawah pot, pada saat aku melirik ke bawah maka aku agak sedikit bingung kok ada sendal laki-laki yang jelas2 aku ketahui bahwa itu bukanlah sendal ayah karena ketiga anak ibuku semua perempuan dan aku anak pertama. Lalu aku berjalan menuju pintu belakang, loh kok pintu belakang tidak di kunci oleh ibu kalo memang benar dia pergi. Begitu aku masuk ke dapur, aku mendengar suara ibuku sedang ngobrol dengan laki-laki di dalam kamarnya. Lalu aku pun mengambil kursi untuk mengintip dari lobang ventilasi kamar, aku sangat kaget ternyata yang aku lihat adalah arman pemuda karang taruna yang berusia 28th. Kemudian saya putuskan untuk melihat terus apa yang akan mereka lakukkan selanjutnya.
"ihh aku tuh semalem puas banged lho dik pas maen di sumur belakang sama kamu semalam."kata ibuku
"aku juga bu, punya ibu masih legit,,hiks,hiks,hiks..ihh gemes deh."kata arman sambil mencubit payudara ibu
"aow geli tahu, kapan mainnya kalo ngomong terus kaya gini."tanya ibu
"ibu udah nggak sabar yah, ya sudah ayo bu kita telanjang dulu supaya leluasa."kata arman
"la iya tho telanjang masa pake pakaian, nanti masukkin dari mana."kata ibuku sambil tertawa genit
Kemudian mereka membuka pakaian mereka satu per satu, dan akhirnya bugil lah ibuku dan arman di dalam kamar. Kasihan betul bapak andaikan dia tahu apa yang selama ini ibu lakukkan dengan arman yang juga kenal dengan bapak, lalu mereka berpelukan dan berciuman di atas ranjang, saya melihat ibu begitu menikmati permainan yang di berikan oleh arman kepadanya.
"mmphh,mmmphhmm,,cupp,sluppp.."bunyi peraduan mulut mereka
Lalu arman mulai menjilati leher ibu dan tangannya mulai meremas-remas payudara ibu yang besar, ibu seolah tak mau kalah dengannya ,maka tangan ibu mengocok2 penis arman yang lumayan besar. Akupun terangsang melihat ukuran penis arman, oh andaikan penis itu masuk ke dalam vaginaku pasti sangat nikmat, semakin lama serangan2 yang di berikan oleh arman terhadap ibu makin meningkat.
"ohhh,,teruuss dik arman sayangg,,ohhhh."desah ibu
Arman semakin beringas mendengar rintihan ibu seperti itu, akhirnya dia berlutut di ranjang menghadap ke ibu dan penisnya tepat berada di depan wajah ibu. Ibupun langung meraih penis arman dan mengocoknya, lalu yang membuat saya kaget adalah ibu melakukkan oral kepada arman dan aku lihat ibu sangat lihai melakukkan oral. Arman menjambak rambut ibu sehingga rambut ibu berantakkan tak karuan, tanpa sadar tanganku pun masuk ke dalam celana dalam dan mulai memainkan vaginaku sendiri. Sambil masturbasi akupun tetap melihat adegan2 panas yang di lakukkan ibu dan arman.
"dik arman ayo masukkan dik, aku sudah nggak tahan nih."ajak ibuku
"iya."jawab arman
Ibu mengambil posisi telentang dan kedua kaki ibu mengangkang dengan lebar, kemudian arman mengarahkan penisnya ke vagina ibu yang di tumbuhi jembut yang lebat.
"ohhh.,,,masukkin yang dalem dik arman..ahhhhh,,ssstt,,aahhh.."desis ibuku saat penis arman mulai masuk setengahnya kedalam vaginanya
"ohhh..."desah arman ketika dengan perlahan memasukkan penisnya ke lubang vagina ibu
bleess......aku melihat penis arman telah amblas ke dalam vagina ibu, badan ibu bergetar merasakan tusukkan penis arman. Aku pun semakin mempercepat tempo masturbasiku.
"sssttt,,mmmpphh,,ahhh.."desah ibu sambil menggigit bibirnya untuk menahan rasa nikmat yang di rasakannya.
"ohh,,memiaw ibu enak banged."kata arman
"iyah,,ohh,ohh,ssttssttt,,tongkolmu juga uenakk tenan kok dik arman."balas ibuku
Arman mulai menggoyangkan penisnya keluar masuk, dan ibu mengimbanginya dengan menggoyangkan pinggulnya.
"ahhh,,,tongkolku kaya di sodot bu..ohh..."desah arman
"ahh,ahh,,ahh,.,aduuh,ahh,,"desah ibuku saat arman makin mempercepat goyangannya
"plokkk,plokkk,clekkk,clekk,clekk,slebbb,sleebbb,,plokkk,,plokkk.."kencang sekali suara kemaluan mereka dan suara desahan mereka yang terdengar sampai ke luar kamar.
bahkan ranjang pun sampai berderit sangat keras.
"kriittt,krittt,kriittt.."suara deritan ranjang begitu jelas pagi itu
Tak terasa mereka telah bermain selama 10 menit, wow hebat juga ibuku bisa bertahan sampai 10menit.
"ohhh,,ohhh,,ahh,,aku mau keluar dik."desah ibuku
"iya aku juga,,ohh,,ohh,ohh.."desah arman yang semakin cepat menggoyang penisnya
Dan akhirnya mereka orgasme bersama, akupun juga mencapai orgasme yang begitu nikmat.
"arrrgghhhh.."desah mereka bersama
Kemudian aku lansug turun dari kursi dan pergi keluar rumah, sejak saat itu aku sering melihat ibu keluar malam menuju sumur belakang dan menuntaskan birahi bersama arman.
"ihh aku tuh semalem puas banged lho dik pas maen di sumur belakang sama kamu semalam."kata ibuku
"aku juga bu, punya ibu masih legit,,hiks,hiks,hiks..ihh gemes deh."kata arman sambil mencubit payudara ibu
"aow geli tahu, kapan mainnya kalo ngomong terus kaya gini."tanya ibu
"ibu udah nggak sabar yah, ya sudah ayo bu kita telanjang dulu supaya leluasa."kata arman
"la iya tho telanjang masa pake pakaian, nanti masukkin dari mana."kata ibuku sambil tertawa genit
Kemudian mereka membuka pakaian mereka satu per satu, dan akhirnya bugil lah ibuku dan arman di dalam kamar. Kasihan betul bapak andaikan dia tahu apa yang selama ini ibu lakukkan dengan arman yang juga kenal dengan bapak, lalu mereka berpelukan dan berciuman di atas ranjang, saya melihat ibu begitu menikmati permainan yang di berikan oleh arman kepadanya.
"mmphh,mmmphhmm,,cupp,sluppp.."bunyi peraduan mulut mereka
Lalu arman mulai menjilati leher ibu dan tangannya mulai meremas-remas payudara ibu yang besar, ibu seolah tak mau kalah dengannya ,maka tangan ibu mengocok2 penis arman yang lumayan besar. Akupun terangsang melihat ukuran penis arman, oh andaikan penis itu masuk ke dalam vaginaku pasti sangat nikmat, semakin lama serangan2 yang di berikan oleh arman terhadap ibu makin meningkat.
"ohhh,,teruuss dik arman sayangg,,ohhhh."desah ibu
Arman semakin beringas mendengar rintihan ibu seperti itu, akhirnya dia berlutut di ranjang menghadap ke ibu dan penisnya tepat berada di depan wajah ibu. Ibupun langung meraih penis arman dan mengocoknya, lalu yang membuat saya kaget adalah ibu melakukkan oral kepada arman dan aku lihat ibu sangat lihai melakukkan oral. Arman menjambak rambut ibu sehingga rambut ibu berantakkan tak karuan, tanpa sadar tanganku pun masuk ke dalam celana dalam dan mulai memainkan vaginaku sendiri. Sambil masturbasi akupun tetap melihat adegan2 panas yang di lakukkan ibu dan arman.
"dik arman ayo masukkan dik, aku sudah nggak tahan nih."ajak ibuku
"iya."jawab arman
Ibu mengambil posisi telentang dan kedua kaki ibu mengangkang dengan lebar, kemudian arman mengarahkan penisnya ke vagina ibu yang di tumbuhi jembut yang lebat.
"ohhh.,,,masukkin yang dalem dik arman..ahhhhh,,ssstt,,aahhh.."desis ibuku saat penis arman mulai masuk setengahnya kedalam vaginanya
"ohhh..."desah arman ketika dengan perlahan memasukkan penisnya ke lubang vagina ibu
bleess......aku melihat penis arman telah amblas ke dalam vagina ibu, badan ibu bergetar merasakan tusukkan penis arman. Aku pun semakin mempercepat tempo masturbasiku.
"sssttt,,mmmpphh,,ahhh.."desah ibu sambil menggigit bibirnya untuk menahan rasa nikmat yang di rasakannya.
"ohh,,memiaw ibu enak banged."kata arman
"iyah,,ohh,ohh,ssttssttt,,tongkolmu juga uenakk tenan kok dik arman."balas ibuku
Arman mulai menggoyangkan penisnya keluar masuk, dan ibu mengimbanginya dengan menggoyangkan pinggulnya.
"ahhh,,,tongkolku kaya di sodot bu..ohh..."desah arman
"ahh,ahh,,ahh,.,aduuh,ahh,,"desah ibuku saat arman makin mempercepat goyangannya
"plokkk,plokkk,clekkk,clekk,clekk,slebbb,sleebbb,,plokkk,,plokkk.."kencang sekali suara kemaluan mereka dan suara desahan mereka yang terdengar sampai ke luar kamar.
bahkan ranjang pun sampai berderit sangat keras.
"kriittt,krittt,kriittt.."suara deritan ranjang begitu jelas pagi itu
Tak terasa mereka telah bermain selama 10 menit, wow hebat juga ibuku bisa bertahan sampai 10menit.
"ohhh,,ohhh,,ahh,,aku mau keluar dik."desah ibuku
"iya aku juga,,ohh,,ohh,ohh.."desah arman yang semakin cepat menggoyang penisnya
Dan akhirnya mereka orgasme bersama, akupun juga mencapai orgasme yang begitu nikmat.
"arrrgghhhh.."desah mereka bersama
Kemudian aku lansug turun dari kursi dan pergi keluar rumah, sejak saat itu aku sering melihat ibu keluar malam menuju sumur belakang dan menuntaskan birahi bersama arman.
Sejenak kami berpandangan, masing-masing tangan memegang payudara dan penis. Tanpa dikomando, Mas Putra perlahan mendekat, aku diam saja. Kepalanya dicondongkan ke arah payudaraku. Tangannya memegang bahuku pelan. Kemudian dia mengecup payudaraku pelan, mengulum. Aku menggelinjang pelan. Tanganku meremas kepalanya. Tangan dan bibirnya makin binal, mengecup dan mengulum payudaraku, meremas sebelahnya. Mendadak aku sadar kalau ini di sekretariat, banyak orang bisa berdatangan kapan saja. Aku melepaskan cumbuannya, dia memandangku.
“Jangan disini..!” bisikku. Dia mengerti.
“Kamu naik ke lantai 5 perpustakaan, nanti aku menyusul..” perintahnya.
Aku membenahi baju dan beranjak menuju perpustakaan yang tidak jauh dari situ. Di atas aku menunggu 5 menit sampai Mas Putra menyusul dengan membawa sleeping bag 3 buah. Hmm, mungkin biar empuk, pikirku. Dia langsung menggelar sleeping bag jadi tumpuk 3. Aku tetap berdiri sampai dia mendekat. Kami berangkulan pelan. Saling mengulum bibir. Tangan saling menggerayangi. Kutatap matanya tajam sambil tanganku membuka kancing kemejanya satu persatu.
Kuelus dadanya yang bidang sambil membuka kemeja lepas dari tubuhnya. Kuciumi dadanya, putingnya kukulum pelan, dia menggelinjang, mendesah. Kuciumi leher dan beralih ke bibirnya. Kemudian gantian dia yang menarik tank top-ku lepas dari tubuhku, dielusnya payudaraku yang dibalut bra sebelum meraih pengaitnya di belakang. Begitu terlepas, dia langsung mencumbu payudaraku, tangannya yang satu meremas payudaraku yang sebelah, yang satu lagi merogoh celana jeans yang kupakai, membuka kancing dan reslueting, kemudian mengelus-elus vaginaku yang dibalut CD. Aku mendesah pelan.
Cumbuannya makin turun, tangannya kemudian membuka jeans-ku, aku membantu dengan menaikkan kaki. Sambil berdiri, dia mencoba membuka celananya sendiri, aku langsung beranjak mundur dan memandang Mas Putra membuka jeans-nya. Mata kami saling bertatapan. Aku melihat dia membuka jeans-nya, menunduk, dan waktu berdiri aku benar-benar kagum dengan kejantanan tubuhnya yang macho.
Kami saling berangkulan lagi. Kali ini dia mengangkat tubuhku sambil menciumi bibirku. Aku memeluk bahunya. Direbahkannya tubuhku di sleeping bag yang digelar. Kemudian dia merangkulku pelan, saling berpagutan. Dia mencumbu leherku, terus turun ke payudara, meninggalkan cupangan disana. Tangannya aktif di vaginaku, kali ini tidak lagi di luar CD tapi sudah berada di dalam. Aku benar-benar menikmati elusannya. Klirotisku dimainkan dengan lembut, payudaraku dikulum pelan. Akhirnya dia menarik CD-ku, aku membantu dengan mengangkat pantat.
Pelan dia memainkan lidahnya di vaginaku, menjilat, mengulum, aku mendesah tidak karuan. Dia memelukku dan menarik tubuhku. Kami duduk berhadapan, kaki saling menyilang, saling memeluk, mengulum bibir, meremas payudara. Aku meraih penisnya dan mengelus-elus pelan, sambil dia mencumbu leher dan bibirku. Kutidurkan badannya, dan aku di atas. Kubuka CD-nya sedikit hingga penisnya kelihatan, aku mengarahkan vaginaku dan menggesek-gesekkannya disana, tanpa penetrasi, payudaraku diraihnya dan diremas-remas.
Aku duduk di atas pahanya, mengarahkan vaginaku di penisnya, kuraih penisnya dan menggosok-gosokkan kepalanya di vaginaku, memainkan klirotisku dengan penisnya. Aku takut untuk penetrasi karena masih perawan. Dengan begini saja aku sudah menikmati. Kupeluk tubuhnya dan terus menggesekkan vaginaku di penisnya. Kuciumi leher terus turun ke dada, pantatku terus bergoyang, sampai aku merasa tubuhku menegang dan akan mencapai klimaks. Mas Putra meraih payudaraku dan mendekapku sambil membalas goyanganku, aku menjerit tertahan waktu klimaks. Kupeluk Mas Putra dengan tubuh berkeringat dan lemas.
Dia bangun dan mendekapku sambil merebahkan tubuhku lagi. Pelan dia membuka CD-nya, kulihat penisya coklat menegang hebat. Dia memelukku pelan sambil mencumbu dan meremas. Tapi aku mencoba bangun dan menolak cumbuan MAs Putra. Dia mengalah, aku segera memunguti pakaianku dan memakainya segera. Aku memang egois. Tanpa basa basi aku langsung turun dan pulang ke kost.
Besoknya dia mengajakku jalan, kami pergi naik motor. Tanpa tujuan yang jelas, habis makan di KFC, Mas Putra mengarahkan motornya keluar kota, ke arah jalan Kaliurang, masuk ke daerah pakem yang lumayan jauh dari Yogya, aku baru kali ini ke daerah ini. Daerah ini lumayan dingin karena daerah dataran tinggi lereng merapi. Aku tidak membawa jaket. Karena kedinginan, aku memeluk Mas Putra agar mendapatkan kehangatan. Kurasakan payudaraku menempel di punggungnya.
Magrib kami sampai di kawasan wisata Mbebeng. Indah sekali dapat melihat siluet merapi dari sini, walaupun dingin menggigit. Sepi.., hanya ada kami berdua di bibir jurang. Tanpa segan aku memeluk Mas Putra untuk mencari kehangatan. Dia membalas merangkulku. Kemudian kami naik agak ke atas, tempat panggung yang sudah rusak karena tidak terawat sambil berangkulan. Pelan-pelan Mas Putra mulai mencium ubun-ubunku. Aku mendongak, dia langsung menyambar bibirku.
Hari sudah gelap, sehingga aman melakukannya di alam terbuka begini. Kami berciuman dengan panas, tangannya berkeliaran di payudaraku. Tanganku memeluk punggungnya. Begitu tiba di belakang panggung, Mas Putra memepetkan tubuhku di dinding dan mencumbuku habis-habisan, sepertinya dia ingin membalas perlakuanku kemarin. Baju kaosku direnggut dari kepala, begitu juga dengan bra. Pelan dicumbunya leher, turun ke payudara dan menaikkan rok yang kupakai. Tangannya meraba-raba vaginaku yang mulai basah. Tanpa komando, dia membuka sendiri kemejanya di depanku pelan-pelan, seolah mau merangsangku.
Dengan menatap mataku, dia melepas satu persatu kancing kemejanya sambil mengelus sendiri puting susunya. Perlahan tangannya turun ke pusar, terus membuka reslueting jeans pelan, merogoh ke dalam CD tanpa mengeluarkan penis. Jujur, aku benar-benar terangsang. Tapi aku masih ingin menikmati permainannya. Pelan dia menurunkan jeans-nya, tinggal CD yang menempel dengan siluet penis menyamping. Perlahan dia mendekat dan mencumbuku lagi, kali ini santai tidak menggebu-gebu lagi seperti tadi.
Aku menikmati setiap sentuhan, dan aku mengerang tanpa malu-malu. CD-ku dilepaskannya dengan mulut tanpa membuka rok yang hanya dinaikkan. Dia membuka CD-nya juga, penisnya tegak menjulang merangsang. Kembali kami saling berangkulan. Terasa denyutan penisnya di perutku. Perlahan dia menaikkan tubuhku ke atas batu, dan membuat tubuh kami sejajar. Terasa penisnya kini menempel di vaginaku sekarang. Hangat. Kali ini aku pasrah kalau dia mau penetrasi. Penisnya hanya digesek-gesekkan di vaginaku sambil mengulum bibirku.
Kemudian dia meraba vaginaku yang sudah basah. Ditatapnya mataku sambil memegang bahu. Kami saling bertatapan lama. Perlahan tangannya mengarahkan penis ke vagianku. Aku memeluk punggungnya sambil terus bertatapan. Kubantu penisnya mencari lubang vaginaku, dia memeluk bahuku, mencium pelan bibirku, dan begitu merasa sudah pas, dia menekan pelan penisnya ke vaginaku. Pelan kepala penisnya terasa menyeruak masuk, aku meremas punggungnya. Terasa nyeri.
Dia menghentikan gerakannya sejenak. Mencumbu bibirku lagi, mengelus punggung dan mencium kupingku. Aku agak tenang, kemudian pelan dia kembali menekan penisnya lebih dalam, aku menggigit bibir, dia menatapku waktu memasukkan lagi penisnya pelan-pelan. Aku mendongak dan menjerit tertahan. Dia berhenti setelah semua penisnya masuk dan mencumbu leherku yang mendongak, aku masih merasa nyeri. Mas Putra mendiamkan penisnya di vaginaku, sementara kami mulai bercumbu lagi.
Setelah aku tenang lagi, pelan dia mulai menggoyangkan pantatnya. Pelan-pelan penisnya keluar masuk di vaginaku. Aku mulai menerima rasa sensasi yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Gerakan pelan mulai berubah menjadi gerakan liar, kocokan penisnya di vaginaku semakin kencang, aku semakin bergairah, mengerang, menggigit. Kakiku yang kanan mengait di pinggang Mas Putra dibantu tangannya, sementara tanganku memeluk punggungya.
Waktu aku mau klimaks, aku menghentikan goyangan, dan Mas Putra mengerti dan menghentikan kocokannya juga. Kami bercumbu sebentar, menenangkan diri dengan penis tetap menancap di vagina. Aku menawarkan untuk ganti posisi dan Mas Putra menyetujui. Kami sepakat mencoba doggie style. Aku langsung menungging di atas rumput, dan Mas Putra berlutut segera memasukkan penisnya dan mulai mengocok, terasa sensai yang lain lagi. Aku mengerang bebas dan Mas Putra merangkulku dari belakang meremas payudara sambil terus mengocok.
Agak lama aku klimaks, malah gantian Mas Putra yang mau klimaks, tubuhnya menegang dan meracau. Aktifitas langsung berhenti. Kali ini aku aktif mencumbunya, kami duduk berhadapan, kakinya menjulur lurus, aku duduk di atasnya memasukkan vagina ke penis, mengoyang-goyang pelan, akhirnya di merebahkan dirinya di atas rumput. Aku makin leluasa mengocok penisnya di vaginaku. Terasa penetrasi lebih dalam dan dinding vaginaku terasa geli dan nikmat.
Sebelum klimaks, lagi-lagi kami ganti posisi, Mas Putra gantian menindihku dengan gaya konvensional. Kocokannya benar-benar bernafsu dan cepat, aku menggelinjang geli dan membalas setiap gerakan Mas Putra. Kami saling mengerang, menjerit tertahan dengan nafas mendengus sampai tubuhku menegang akan mencapai klimaks. Mas Putra tidak perduli, terus mengocok penisnya, aku menjerit pelan begitu klimaks, memeluk Mas Putra lemas yang terus menggenjot sampai dia pun klimaks. Kami saling berangkulan di atas rumput, tersenyum dengan peluh membanjiri tubuh. Setelah berpakaian kami segera pulan.
“Jangan disini..!” bisikku. Dia mengerti.
“Kamu naik ke lantai 5 perpustakaan, nanti aku menyusul..” perintahnya.
Aku membenahi baju dan beranjak menuju perpustakaan yang tidak jauh dari situ. Di atas aku menunggu 5 menit sampai Mas Putra menyusul dengan membawa sleeping bag 3 buah. Hmm, mungkin biar empuk, pikirku. Dia langsung menggelar sleeping bag jadi tumpuk 3. Aku tetap berdiri sampai dia mendekat. Kami berangkulan pelan. Saling mengulum bibir. Tangan saling menggerayangi. Kutatap matanya tajam sambil tanganku membuka kancing kemejanya satu persatu.
Kuelus dadanya yang bidang sambil membuka kemeja lepas dari tubuhnya. Kuciumi dadanya, putingnya kukulum pelan, dia menggelinjang, mendesah. Kuciumi leher dan beralih ke bibirnya. Kemudian gantian dia yang menarik tank top-ku lepas dari tubuhku, dielusnya payudaraku yang dibalut bra sebelum meraih pengaitnya di belakang. Begitu terlepas, dia langsung mencumbu payudaraku, tangannya yang satu meremas payudaraku yang sebelah, yang satu lagi merogoh celana jeans yang kupakai, membuka kancing dan reslueting, kemudian mengelus-elus vaginaku yang dibalut CD. Aku mendesah pelan.
Cumbuannya makin turun, tangannya kemudian membuka jeans-ku, aku membantu dengan menaikkan kaki. Sambil berdiri, dia mencoba membuka celananya sendiri, aku langsung beranjak mundur dan memandang Mas Putra membuka jeans-nya. Mata kami saling bertatapan. Aku melihat dia membuka jeans-nya, menunduk, dan waktu berdiri aku benar-benar kagum dengan kejantanan tubuhnya yang macho.
Kami saling berangkulan lagi. Kali ini dia mengangkat tubuhku sambil menciumi bibirku. Aku memeluk bahunya. Direbahkannya tubuhku di sleeping bag yang digelar. Kemudian dia merangkulku pelan, saling berpagutan. Dia mencumbu leherku, terus turun ke payudara, meninggalkan cupangan disana. Tangannya aktif di vaginaku, kali ini tidak lagi di luar CD tapi sudah berada di dalam. Aku benar-benar menikmati elusannya. Klirotisku dimainkan dengan lembut, payudaraku dikulum pelan. Akhirnya dia menarik CD-ku, aku membantu dengan mengangkat pantat.
Pelan dia memainkan lidahnya di vaginaku, menjilat, mengulum, aku mendesah tidak karuan. Dia memelukku dan menarik tubuhku. Kami duduk berhadapan, kaki saling menyilang, saling memeluk, mengulum bibir, meremas payudara. Aku meraih penisnya dan mengelus-elus pelan, sambil dia mencumbu leher dan bibirku. Kutidurkan badannya, dan aku di atas. Kubuka CD-nya sedikit hingga penisnya kelihatan, aku mengarahkan vaginaku dan menggesek-gesekkannya disana, tanpa penetrasi, payudaraku diraihnya dan diremas-remas.
Aku duduk di atas pahanya, mengarahkan vaginaku di penisnya, kuraih penisnya dan menggosok-gosokkan kepalanya di vaginaku, memainkan klirotisku dengan penisnya. Aku takut untuk penetrasi karena masih perawan. Dengan begini saja aku sudah menikmati. Kupeluk tubuhnya dan terus menggesekkan vaginaku di penisnya. Kuciumi leher terus turun ke dada, pantatku terus bergoyang, sampai aku merasa tubuhku menegang dan akan mencapai klimaks. Mas Putra meraih payudaraku dan mendekapku sambil membalas goyanganku, aku menjerit tertahan waktu klimaks. Kupeluk Mas Putra dengan tubuh berkeringat dan lemas.
Dia bangun dan mendekapku sambil merebahkan tubuhku lagi. Pelan dia membuka CD-nya, kulihat penisya coklat menegang hebat. Dia memelukku pelan sambil mencumbu dan meremas. Tapi aku mencoba bangun dan menolak cumbuan MAs Putra. Dia mengalah, aku segera memunguti pakaianku dan memakainya segera. Aku memang egois. Tanpa basa basi aku langsung turun dan pulang ke kost.
Besoknya dia mengajakku jalan, kami pergi naik motor. Tanpa tujuan yang jelas, habis makan di KFC, Mas Putra mengarahkan motornya keluar kota, ke arah jalan Kaliurang, masuk ke daerah pakem yang lumayan jauh dari Yogya, aku baru kali ini ke daerah ini. Daerah ini lumayan dingin karena daerah dataran tinggi lereng merapi. Aku tidak membawa jaket. Karena kedinginan, aku memeluk Mas Putra agar mendapatkan kehangatan. Kurasakan payudaraku menempel di punggungnya.
Magrib kami sampai di kawasan wisata Mbebeng. Indah sekali dapat melihat siluet merapi dari sini, walaupun dingin menggigit. Sepi.., hanya ada kami berdua di bibir jurang. Tanpa segan aku memeluk Mas Putra untuk mencari kehangatan. Dia membalas merangkulku. Kemudian kami naik agak ke atas, tempat panggung yang sudah rusak karena tidak terawat sambil berangkulan. Pelan-pelan Mas Putra mulai mencium ubun-ubunku. Aku mendongak, dia langsung menyambar bibirku.
Hari sudah gelap, sehingga aman melakukannya di alam terbuka begini. Kami berciuman dengan panas, tangannya berkeliaran di payudaraku. Tanganku memeluk punggungnya. Begitu tiba di belakang panggung, Mas Putra memepetkan tubuhku di dinding dan mencumbuku habis-habisan, sepertinya dia ingin membalas perlakuanku kemarin. Baju kaosku direnggut dari kepala, begitu juga dengan bra. Pelan dicumbunya leher, turun ke payudara dan menaikkan rok yang kupakai. Tangannya meraba-raba vaginaku yang mulai basah. Tanpa komando, dia membuka sendiri kemejanya di depanku pelan-pelan, seolah mau merangsangku.
Dengan menatap mataku, dia melepas satu persatu kancing kemejanya sambil mengelus sendiri puting susunya. Perlahan tangannya turun ke pusar, terus membuka reslueting jeans pelan, merogoh ke dalam CD tanpa mengeluarkan penis. Jujur, aku benar-benar terangsang. Tapi aku masih ingin menikmati permainannya. Pelan dia menurunkan jeans-nya, tinggal CD yang menempel dengan siluet penis menyamping. Perlahan dia mendekat dan mencumbuku lagi, kali ini santai tidak menggebu-gebu lagi seperti tadi.
Aku menikmati setiap sentuhan, dan aku mengerang tanpa malu-malu. CD-ku dilepaskannya dengan mulut tanpa membuka rok yang hanya dinaikkan. Dia membuka CD-nya juga, penisnya tegak menjulang merangsang. Kembali kami saling berangkulan. Terasa denyutan penisnya di perutku. Perlahan dia menaikkan tubuhku ke atas batu, dan membuat tubuh kami sejajar. Terasa penisnya kini menempel di vaginaku sekarang. Hangat. Kali ini aku pasrah kalau dia mau penetrasi. Penisnya hanya digesek-gesekkan di vaginaku sambil mengulum bibirku.
Kemudian dia meraba vaginaku yang sudah basah. Ditatapnya mataku sambil memegang bahu. Kami saling bertatapan lama. Perlahan tangannya mengarahkan penis ke vagianku. Aku memeluk punggungnya sambil terus bertatapan. Kubantu penisnya mencari lubang vaginaku, dia memeluk bahuku, mencium pelan bibirku, dan begitu merasa sudah pas, dia menekan pelan penisnya ke vaginaku. Pelan kepala penisnya terasa menyeruak masuk, aku meremas punggungnya. Terasa nyeri.
Dia menghentikan gerakannya sejenak. Mencumbu bibirku lagi, mengelus punggung dan mencium kupingku. Aku agak tenang, kemudian pelan dia kembali menekan penisnya lebih dalam, aku menggigit bibir, dia menatapku waktu memasukkan lagi penisnya pelan-pelan. Aku mendongak dan menjerit tertahan. Dia berhenti setelah semua penisnya masuk dan mencumbu leherku yang mendongak, aku masih merasa nyeri. Mas Putra mendiamkan penisnya di vaginaku, sementara kami mulai bercumbu lagi.
Setelah aku tenang lagi, pelan dia mulai menggoyangkan pantatnya. Pelan-pelan penisnya keluar masuk di vaginaku. Aku mulai menerima rasa sensasi yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Gerakan pelan mulai berubah menjadi gerakan liar, kocokan penisnya di vaginaku semakin kencang, aku semakin bergairah, mengerang, menggigit. Kakiku yang kanan mengait di pinggang Mas Putra dibantu tangannya, sementara tanganku memeluk punggungya.
Waktu aku mau klimaks, aku menghentikan goyangan, dan Mas Putra mengerti dan menghentikan kocokannya juga. Kami bercumbu sebentar, menenangkan diri dengan penis tetap menancap di vagina. Aku menawarkan untuk ganti posisi dan Mas Putra menyetujui. Kami sepakat mencoba doggie style. Aku langsung menungging di atas rumput, dan Mas Putra berlutut segera memasukkan penisnya dan mulai mengocok, terasa sensai yang lain lagi. Aku mengerang bebas dan Mas Putra merangkulku dari belakang meremas payudara sambil terus mengocok.
Agak lama aku klimaks, malah gantian Mas Putra yang mau klimaks, tubuhnya menegang dan meracau. Aktifitas langsung berhenti. Kali ini aku aktif mencumbunya, kami duduk berhadapan, kakinya menjulur lurus, aku duduk di atasnya memasukkan vagina ke penis, mengoyang-goyang pelan, akhirnya di merebahkan dirinya di atas rumput. Aku makin leluasa mengocok penisnya di vaginaku. Terasa penetrasi lebih dalam dan dinding vaginaku terasa geli dan nikmat.
Sebelum klimaks, lagi-lagi kami ganti posisi, Mas Putra gantian menindihku dengan gaya konvensional. Kocokannya benar-benar bernafsu dan cepat, aku menggelinjang geli dan membalas setiap gerakan Mas Putra. Kami saling mengerang, menjerit tertahan dengan nafas mendengus sampai tubuhku menegang akan mencapai klimaks. Mas Putra tidak perduli, terus mengocok penisnya, aku menjerit pelan begitu klimaks, memeluk Mas Putra lemas yang terus menggenjot sampai dia pun klimaks. Kami saling berangkulan di atas rumput, tersenyum dengan peluh membanjiri tubuh. Setelah berpakaian kami segera pulan.
Setelah ngobrol beberapa saat aku tahu ternyata dia berasal dari Riau, umurnya sedikit di bawahku. Pada saat ini aku dapat mengamati dia dengan lebih teliti. Tingginya kutaksir 150 cm, kulitnya kuning kecoklatan, agak kurus. Rambutnya lurus sebahu, matanya kecil dan dadanya cukup besar untuk ukuran dia.
"Nggak usah mandi ya" kataku.
"Nggak usah, nanti aja. Nanti aja sekalian" katanya.
"Oh ya, katanya tadi mau pijitin saya," kataku menggodanya sambil kuubah posisi tubuhku tengkurap.
Yuni merapat padaku dan tangannya mulai memijit tubuhku. Keras juga pijitan tangannya. Ia mulai memijit dari kaki, kemudian paha, tangan, kepala dan punggungku.
"Udahan, sekarang mana lagi yang mau dipijit?" tanyanya menantang.
"Depan ini belum dipijit," kataku.
Aku membalikkan badan dan Yuni segera menerkamku dengan ciuman yang ganas. Aku membalas dengan tak kalah ganas. Kecil-kecil nafsunya besar juga nih anak. Bibirnya bergeser ke bawah dan ia mencium dan menjilat leherku. Aku menggelinjang nikmat.
Napas kami mulai memburu. Sambil menciumi dan mengecup dadaku, Yuni memelukku erat. Kulihat buah dadanya yang kenyal dan padat dihiasi dengan puting kecil yang berwarna merah muda menantangku untuk segera mengulumnya. Payudara sebelah kanan kusedot dan kukulum, sementara sebelah kirinya kuremas dengan tangan kananku. Tangan kiriku mengusap-usap ppipnya dengan lembut. Yuni mengerang dan merintih ketika putingnya kugigit kecil dan kujilat-jilat.
"Ououououhh.. Nghgghh, Mas.. Ouuhh.. Mas Anto"
Payudaranya kukulum habis sampai semuanya masuk ke mulutku. Yuni menjilati telingaku. Akupun terangsang hebat. Meriamku sudah mengeras siap untuk maju dalam pertempuran yang dahsyat.
Yuni melepaskan diri dari pelukanku dan kini ia menjilati dan menciumi tubuhku. Dari leherku bibirnya kemudian menyusuri dadaku, dan ".. Oukhh, Yuni.. Yachh.. " aku mengerang ketika mulutnya menjilati putingku. Kutolak tubuhnya karena tak tahan dengan rangsangan yang diberikan pada putingku dan kemudian kugulingkan ke samping.
Bibirku menyambar bibirnya. Kudorong lidahku menggelitik mulutnya. Lidahku kemudian disedotnya. Tangannya menjelajah ke selangkanganku dan kemudian mengocok meriamku. Meriamku semakin tegang dan besar.
"Puaskan aku, Mas. Bawa aku dalam lautan kenikmatan.. " ia memiawik.
Tidak lama kemudian tangannya memegang erat meriamku dan kurasakan pantat dan pinggul Yuni bergerak-gerak menggesek meriamku. Kepala meriamku kemudian masuk ke dalam lubang kenikmatannya. Terasa sempit dan basah.
"Akhh.. Oukkhh" Yuni mendongakkan kepalanya dan memberikan kesempatan kepadaku untuk menjilati lehernya yang tepat di depanku. Ia memutarkan pantatnya dan dengan tusukan keras akhirnya semua batang meriamku sudah terbenam dalam vaginanya.
Pinggulku bergerak maju mundur menimba kenikmatan. Kadang gerakanku kuubah menjadi ke kanan ke kiri atau berputar berlawanan dengan arah putaran pantatnya. Sesekali gerakanku agak pelan dan kugantung selangkanganku. Pantatnya naik agak tinggi sehingga kepala meriamku berada di bibir guanya dan kemudian dengan cepat kuturunkan pantatku hingga seluruh batang meriamku tenggelam ke dalam liang nikmatnya
Punggungnya naik dengan bertopang pada sikunya. Kuisap puting buah dadanya yang sudah mengeras. Gerakanku menjadi semakin liar dan berat. Tangannya kini memeluk punggungku dan dadanya merapat pada dadaku. Tangannya meremas dan menjambak rambutku, mulutnya merintih dan mengerang keras.
"Anto.. Ouhh Anto, aku mau nyampai, aku mau kelu.. Ar"
"Sshh.. Shh"
"Anto sekarang ouhh.. Sekarang" ia memiawik. Tubuhnya mengejang rapat diatasku dan kakinya membelit kakiku. Mulutnya mencari-cari mulutku dan kusambar agar ia tidak merintih terlalu keras lagi. Vaginanya berdenyut kuat sekali. Akupun merasakan akan menggapai kenikmatan dan kutekan pantatku ke bawah dengan keras hingga meriamku mentok.
"Akhkhkh Yuni.. Terimalah tembakanku," kumuntahkan cairan maniku ke dalam vaginanya. Terasa banyak sekali dan meleleh keluar menetes di sprei.
Tubuhku melemas di atas badan Yuni. Keringat kami bagaikan diperas, menitik di sekujur tubuh. Kemaluanku yang masih menegang kubiarkan tetap di dalam vaginanya sampai akhirnya mengecil dan terlepas sendiri.
Akhirnya kami bangun setelah napas kami menjadi teratur. Kami masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan diri. Kami pulang menuju rumah masing-masing. Karena sudah agak malam dan angkutan umum sudah jarang, maka kuberikan ongkos taksi untuk Yuni. Kami janjian untuk ketemu seminggu lagi.
Seminggu kemudian kami sudah ada di dalam kamar hotel. Kini aku sudah menyiapkan kondom sebelumnya. Begitu masuk ke dalam kamar, Yuni langsung memelukku dan menciumiku dengan ganasnya. Tangannya dengan cekatan mempreteli baju kemudian celana dan sekaligus celana dalamku. Setelah itu kemudian ia membuka pakaiannya sendiri dengan cepat. Tangannya sudah mengembara ke selangkanganku, meremas, mengurut dan mengocoknya. Perlahan namun pasti meriamku semakin membesar dan mengeras. Kami masih berciuman dan memagut leher.
Kami mulai terangsang dan tubuh kami mulai hangat. Detak jantung mulai cepat dan napas menjadi berat. Kududukan dia di atas meja di dalam kamar. Kini kami lebih leluasa mengeksplorasi tubuh kami. Tangannya masih juga bermain di bawah perutku. Tanganku meremas payudaranya, memilin putingnya. Kutarik pantatnya sedikit ke depan sehingga posisinya berada di bibir meja. Dengan bantuan tangannya kucoba memasukkan penisku ke vaginanya dalam posisi aku berdiri. Ia menggerak-gerakkan pantatnya untuk membantu usahaku. Digesekkan kepala penisku pada bibir vaginanya.
Setelah cukup pelumasan ia berbisik, "Dorong Mas.. Dorong".
Kudorong pantatku dengan pelan dan akhirnya batang meriamku bisa masuk dengan lancar ke dalam guanya. Dalam beberapa saat kami masih bertahan pada posisi berdiri. Kakiku sudah mulai gemetar menahan tubuhku. Kuangkat tubuhnya kemudian kugendong berjalan ke arah ranjang. Uuppss.. Sayang penisku terlepas. Kudorong dia sambil tetap berpelukan dan berciuman ke kamar mandi. Sampai kamar mandi kulepaskan pelukanku dan kami membersihkan milik kami masing-masing terlebih dahulu untuk melanjutkan permainan berikutnya yang lebih panas.
Kubopong tubuhnya yang mungil dan kuhempaskan ke ranjang. Sebentar kemudian kami kembali bergumul untuk saling memberi dan menerima kenikmatan. Yuni berada di atas tubuhku. Kepala Yuni ke bawah, ke perut dan terus ke bawah. Digigitnya meriamku dengan gigitan kecil di sepanjang batangnya.
Yuni memandangku dan aku menarik buah zakarku sehingga batang penisku juga tertarik dan berdiri tegak menantang. Aku memberi isyarat ketika kepalanya ada di atas selangkanganku. Kepalanya kemudian bergerak ke bawah. Ia mengisap-isap kepala penisku dan menjilatinya.
Tiba-tiba tubuhku seperti kena sengatan listrik ketika lidah Yuni menjilat lubang kencingku. Kulihat Yuni dengan asyiknya menjilat, menghisap dan mengulum kepala meriamku. Ia tidak memasukkan seluruh batang penisku ke dalam mulutnya, melainkan hanya kepala penisku saja yang menjadi areal kerjanya.
Kutarik tubuhnya dan kini kutindih. Yuni memelukku dan menciumi daun telingaku. Aku merinding. Dadanya yang kencang dan padat menekan dadaku. Kucium bibirnya dan kuremas buah dadanya.
"Ouhh ayo Mas.. Aku.. Masukkan Mass.. Ayo masukkan.. "
Aku menurunkan pantatku dan segera penisku sudah tengelam dalam lubangnya.
"Mass.. Enak sekali Mas Anto, aku.. Oukhh"
Ia memiawik kecil, lalu kutekan kemaluanku sampai amblas. Tangannya mencengkeram punggungku. Tidak terdengar suara apapun dalam kamar selain deritan ranjang dan lenguhan kami.
Kucabut kemaluanku, kutahan dan kukeraskan ototnya. Pelan-pelan kumasukkan kepalanya saja ke bibir gua yang lembab dan merah.
Yuni terpejam menikmati permainanku pada bibir kemaluannya.
".. Hggk.. ". Dia menjerit tertahan ketika tiba-tiba kusodokkan kemaluanku sampai mentok ke rahimnya.
Kumaju mundurkan dengan pelan setengah batang sampai tujuh kali kemudian kusodokkan dengan kuat sampai semua batangku amblas. Yuni menggerakkan pinggulnya memutar dan naik turun sehingga kenikmatan yang luar biasa sama-sama kami rasakan. Kejantananku seperti dipelintir rasanya. Kusedot payudaranya dan kumainkan putingnya dengan lidahku.
Yuni seperti orang yang mau berteriak menahan sesuatu menikmati hubungan ini. Ia memukul-mukul dadaku dengan histeris.
"Auuhkhh.. Terus.. Teruskan.. Mass Anto.. Enak sekali.. Ooh"
Kini kakiku menjepit kakinya. Ternyata vaginanya nikmatnya memang luar biasa, meskipun agak becek namun gerakan memutarnya seperti menyedot penisku.
Aku mulai menggenjot lagi. Yuni seperti seekor singa liaryang tidak terkendali. Keringat membanjiri tubuh kami. Kupacu Yuni mendaki lereng terjal penuh kenikmatan. Kami saling meremas, memagut, dan mencium.
Kubuka lagi kedua kakinya, kini betisnya melilit di betisku. Matanya merem melek. Aku siap untuk memuntahkan peluruku.
"Yuni, aku mau keluar.. Sebentar lagi Yun.. Aku mau.. ".
"Kita sama-sama Mas, Ouououhh.. ". Yuni melenguh panjang.
Sesaat kemudian.., "Sekarang Yun. Ayo sekarang.. Ouuhh", aku mengerang ketika peluruku muntah dari ujung rudalku.
"Mas Anto.. Agghh" kakinya menjepit kakiku dan menarik kakiku sehingga kejantananku tertarik mau keluar.
Aku menahan agar posisi kemaluanku tetap dalam vaginanya. Matanya terbuka lebar, tangannya mencakar punggungku, mulutnya menggigit dadaku sampai merah. Kemaluan kami saling membalas berdenyut sampai beberapa detik. Setelah beberapa saat kemudian keadaan menjadi sunyi dan tenang. Kami membersihkan diri dan check out dari hotel.
"Nggak usah mandi ya" kataku.
"Nggak usah, nanti aja. Nanti aja sekalian" katanya.
"Oh ya, katanya tadi mau pijitin saya," kataku menggodanya sambil kuubah posisi tubuhku tengkurap.
Yuni merapat padaku dan tangannya mulai memijit tubuhku. Keras juga pijitan tangannya. Ia mulai memijit dari kaki, kemudian paha, tangan, kepala dan punggungku.
"Udahan, sekarang mana lagi yang mau dipijit?" tanyanya menantang.
"Depan ini belum dipijit," kataku.
Aku membalikkan badan dan Yuni segera menerkamku dengan ciuman yang ganas. Aku membalas dengan tak kalah ganas. Kecil-kecil nafsunya besar juga nih anak. Bibirnya bergeser ke bawah dan ia mencium dan menjilat leherku. Aku menggelinjang nikmat.
Napas kami mulai memburu. Sambil menciumi dan mengecup dadaku, Yuni memelukku erat. Kulihat buah dadanya yang kenyal dan padat dihiasi dengan puting kecil yang berwarna merah muda menantangku untuk segera mengulumnya. Payudara sebelah kanan kusedot dan kukulum, sementara sebelah kirinya kuremas dengan tangan kananku. Tangan kiriku mengusap-usap ppipnya dengan lembut. Yuni mengerang dan merintih ketika putingnya kugigit kecil dan kujilat-jilat.
"Ououououhh.. Nghgghh, Mas.. Ouuhh.. Mas Anto"
Payudaranya kukulum habis sampai semuanya masuk ke mulutku. Yuni menjilati telingaku. Akupun terangsang hebat. Meriamku sudah mengeras siap untuk maju dalam pertempuran yang dahsyat.
Yuni melepaskan diri dari pelukanku dan kini ia menjilati dan menciumi tubuhku. Dari leherku bibirnya kemudian menyusuri dadaku, dan ".. Oukhh, Yuni.. Yachh.. " aku mengerang ketika mulutnya menjilati putingku. Kutolak tubuhnya karena tak tahan dengan rangsangan yang diberikan pada putingku dan kemudian kugulingkan ke samping.
Bibirku menyambar bibirnya. Kudorong lidahku menggelitik mulutnya. Lidahku kemudian disedotnya. Tangannya menjelajah ke selangkanganku dan kemudian mengocok meriamku. Meriamku semakin tegang dan besar.
"Puaskan aku, Mas. Bawa aku dalam lautan kenikmatan.. " ia memiawik.
Tidak lama kemudian tangannya memegang erat meriamku dan kurasakan pantat dan pinggul Yuni bergerak-gerak menggesek meriamku. Kepala meriamku kemudian masuk ke dalam lubang kenikmatannya. Terasa sempit dan basah.
"Akhh.. Oukkhh" Yuni mendongakkan kepalanya dan memberikan kesempatan kepadaku untuk menjilati lehernya yang tepat di depanku. Ia memutarkan pantatnya dan dengan tusukan keras akhirnya semua batang meriamku sudah terbenam dalam vaginanya.
Pinggulku bergerak maju mundur menimba kenikmatan. Kadang gerakanku kuubah menjadi ke kanan ke kiri atau berputar berlawanan dengan arah putaran pantatnya. Sesekali gerakanku agak pelan dan kugantung selangkanganku. Pantatnya naik agak tinggi sehingga kepala meriamku berada di bibir guanya dan kemudian dengan cepat kuturunkan pantatku hingga seluruh batang meriamku tenggelam ke dalam liang nikmatnya
Punggungnya naik dengan bertopang pada sikunya. Kuisap puting buah dadanya yang sudah mengeras. Gerakanku menjadi semakin liar dan berat. Tangannya kini memeluk punggungku dan dadanya merapat pada dadaku. Tangannya meremas dan menjambak rambutku, mulutnya merintih dan mengerang keras.
"Anto.. Ouhh Anto, aku mau nyampai, aku mau kelu.. Ar"
"Sshh.. Shh"
"Anto sekarang ouhh.. Sekarang" ia memiawik. Tubuhnya mengejang rapat diatasku dan kakinya membelit kakiku. Mulutnya mencari-cari mulutku dan kusambar agar ia tidak merintih terlalu keras lagi. Vaginanya berdenyut kuat sekali. Akupun merasakan akan menggapai kenikmatan dan kutekan pantatku ke bawah dengan keras hingga meriamku mentok.
"Akhkhkh Yuni.. Terimalah tembakanku," kumuntahkan cairan maniku ke dalam vaginanya. Terasa banyak sekali dan meleleh keluar menetes di sprei.
Tubuhku melemas di atas badan Yuni. Keringat kami bagaikan diperas, menitik di sekujur tubuh. Kemaluanku yang masih menegang kubiarkan tetap di dalam vaginanya sampai akhirnya mengecil dan terlepas sendiri.
Akhirnya kami bangun setelah napas kami menjadi teratur. Kami masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan diri. Kami pulang menuju rumah masing-masing. Karena sudah agak malam dan angkutan umum sudah jarang, maka kuberikan ongkos taksi untuk Yuni. Kami janjian untuk ketemu seminggu lagi.
Seminggu kemudian kami sudah ada di dalam kamar hotel. Kini aku sudah menyiapkan kondom sebelumnya. Begitu masuk ke dalam kamar, Yuni langsung memelukku dan menciumiku dengan ganasnya. Tangannya dengan cekatan mempreteli baju kemudian celana dan sekaligus celana dalamku. Setelah itu kemudian ia membuka pakaiannya sendiri dengan cepat. Tangannya sudah mengembara ke selangkanganku, meremas, mengurut dan mengocoknya. Perlahan namun pasti meriamku semakin membesar dan mengeras. Kami masih berciuman dan memagut leher.
Kami mulai terangsang dan tubuh kami mulai hangat. Detak jantung mulai cepat dan napas menjadi berat. Kududukan dia di atas meja di dalam kamar. Kini kami lebih leluasa mengeksplorasi tubuh kami. Tangannya masih juga bermain di bawah perutku. Tanganku meremas payudaranya, memilin putingnya. Kutarik pantatnya sedikit ke depan sehingga posisinya berada di bibir meja. Dengan bantuan tangannya kucoba memasukkan penisku ke vaginanya dalam posisi aku berdiri. Ia menggerak-gerakkan pantatnya untuk membantu usahaku. Digesekkan kepala penisku pada bibir vaginanya.
Setelah cukup pelumasan ia berbisik, "Dorong Mas.. Dorong".
Kudorong pantatku dengan pelan dan akhirnya batang meriamku bisa masuk dengan lancar ke dalam guanya. Dalam beberapa saat kami masih bertahan pada posisi berdiri. Kakiku sudah mulai gemetar menahan tubuhku. Kuangkat tubuhnya kemudian kugendong berjalan ke arah ranjang. Uuppss.. Sayang penisku terlepas. Kudorong dia sambil tetap berpelukan dan berciuman ke kamar mandi. Sampai kamar mandi kulepaskan pelukanku dan kami membersihkan milik kami masing-masing terlebih dahulu untuk melanjutkan permainan berikutnya yang lebih panas.
Kubopong tubuhnya yang mungil dan kuhempaskan ke ranjang. Sebentar kemudian kami kembali bergumul untuk saling memberi dan menerima kenikmatan. Yuni berada di atas tubuhku. Kepala Yuni ke bawah, ke perut dan terus ke bawah. Digigitnya meriamku dengan gigitan kecil di sepanjang batangnya.
Yuni memandangku dan aku menarik buah zakarku sehingga batang penisku juga tertarik dan berdiri tegak menantang. Aku memberi isyarat ketika kepalanya ada di atas selangkanganku. Kepalanya kemudian bergerak ke bawah. Ia mengisap-isap kepala penisku dan menjilatinya.
Tiba-tiba tubuhku seperti kena sengatan listrik ketika lidah Yuni menjilat lubang kencingku. Kulihat Yuni dengan asyiknya menjilat, menghisap dan mengulum kepala meriamku. Ia tidak memasukkan seluruh batang penisku ke dalam mulutnya, melainkan hanya kepala penisku saja yang menjadi areal kerjanya.
Kutarik tubuhnya dan kini kutindih. Yuni memelukku dan menciumi daun telingaku. Aku merinding. Dadanya yang kencang dan padat menekan dadaku. Kucium bibirnya dan kuremas buah dadanya.
"Ouhh ayo Mas.. Aku.. Masukkan Mass.. Ayo masukkan.. "
Aku menurunkan pantatku dan segera penisku sudah tengelam dalam lubangnya.
"Mass.. Enak sekali Mas Anto, aku.. Oukhh"
Ia memiawik kecil, lalu kutekan kemaluanku sampai amblas. Tangannya mencengkeram punggungku. Tidak terdengar suara apapun dalam kamar selain deritan ranjang dan lenguhan kami.
Kucabut kemaluanku, kutahan dan kukeraskan ototnya. Pelan-pelan kumasukkan kepalanya saja ke bibir gua yang lembab dan merah.
Yuni terpejam menikmati permainanku pada bibir kemaluannya.
".. Hggk.. ". Dia menjerit tertahan ketika tiba-tiba kusodokkan kemaluanku sampai mentok ke rahimnya.
Kumaju mundurkan dengan pelan setengah batang sampai tujuh kali kemudian kusodokkan dengan kuat sampai semua batangku amblas. Yuni menggerakkan pinggulnya memutar dan naik turun sehingga kenikmatan yang luar biasa sama-sama kami rasakan. Kejantananku seperti dipelintir rasanya. Kusedot payudaranya dan kumainkan putingnya dengan lidahku.
Yuni seperti orang yang mau berteriak menahan sesuatu menikmati hubungan ini. Ia memukul-mukul dadaku dengan histeris.
"Auuhkhh.. Terus.. Teruskan.. Mass Anto.. Enak sekali.. Ooh"
Kini kakiku menjepit kakinya. Ternyata vaginanya nikmatnya memang luar biasa, meskipun agak becek namun gerakan memutarnya seperti menyedot penisku.
Aku mulai menggenjot lagi. Yuni seperti seekor singa liaryang tidak terkendali. Keringat membanjiri tubuh kami. Kupacu Yuni mendaki lereng terjal penuh kenikmatan. Kami saling meremas, memagut, dan mencium.
Kubuka lagi kedua kakinya, kini betisnya melilit di betisku. Matanya merem melek. Aku siap untuk memuntahkan peluruku.
"Yuni, aku mau keluar.. Sebentar lagi Yun.. Aku mau.. ".
"Kita sama-sama Mas, Ouououhh.. ". Yuni melenguh panjang.
Sesaat kemudian.., "Sekarang Yun. Ayo sekarang.. Ouuhh", aku mengerang ketika peluruku muntah dari ujung rudalku.
"Mas Anto.. Agghh" kakinya menjepit kakiku dan menarik kakiku sehingga kejantananku tertarik mau keluar.
Aku menahan agar posisi kemaluanku tetap dalam vaginanya. Matanya terbuka lebar, tangannya mencakar punggungku, mulutnya menggigit dadaku sampai merah. Kemaluan kami saling membalas berdenyut sampai beberapa detik. Setelah beberapa saat kemudian keadaan menjadi sunyi dan tenang. Kami membersihkan diri dan check out dari hotel.
Singkat cerita, kami telah berada di dalam kamar hotel. Tak menunggu lama lagi, langsung kuraih wajah cantik Rena dan kulumat bibirnya. Leher dan pundaknya yang putih mulus segera kucium dan kujilati. Setelah itu, wajah manis Elis menjadi sasaranku. Saat kuciumi bibirnya yang tipis, kuremas buah dadanya dari balik kaosnya yang ketat.
"Buka dulu aja mas.." bisik Rena saat aku masih sibuk menikmati menciumi dan meremasi tubuh temannya.
"Bukain ya" kataku.
Aku menghentikan ciumanku pada wajah manis Elis, dan mereka berdua kemudian melucuti pakaianku.
Tak lama aku telah berdiri hanya dengan mengenakan celana dalam saja. Keadaan itu tidak berlangsung lama, karena jemari lentik Rena segera menarik celana dalamku. Kemaluanku yang telah menegang segera berdiri dengan gagahnya di depan kedua ABG ini. Mata mereka agak sedikit kaget melihat ukuran kejantananku.
"Besar sekali mas. Rena suka.." kata si ABG cantik sambil tangannya mulai mengocok-ngocok penisku perlahan. Sementara Elis tidak berkomentar, hanya bibirnya yang tipis sedikit terbuka. Matanya memandang kemaluanku dengan gemas. Mereka berdua telah berjongkok di depanku.
Rasa hangat segera menjalari kemaluanku saat Rena mulai memasukkan batang kejantananku ini ke dalam mulutnya yang mungil. Kepalanya mulai dimaju mundurkan menikmati kelelakianku. Kupandang ke bawah tampak wajah cantik gadis ini dengan pipi yang sedikit menonjol disesaki alat vitalku. Sementara Elis menciumi dan menjilati pahaku menunggu giliran.
Sesaat kemudian, Rena mengeluarkan penisku dari mulutnya, dan Elis langsung meraihnya dengan bernafsu. Dijilatinya terlebih dahulu mulai dari kepala sampai ke pangkal batangnya, dan perlahan dia mulai menghisap kemaluanku. Terkadang gadis seksi ini bergumam gemas saat menikmati kejantananku.
Aku tarik tubuh Rena sehingga dia berdiri di sebelahku. Kemudian kembali dengan gemas kuciumi wajah cantiknya. Rena dengan bergairah membalas pagutanku. Ciuman dan jilatannya kemudian beralih ke puting dadaku. Sementara kemaluanku masih menjejali mulut Elis, temannya yang seksi.
Wajah cantik Rena yang sedang menjilati puting dadaku membuatku semakin gemas ingin menyetubuhinya.
"Ayo buka pakaiannya dong sayang.." kataku.
Rena menurut. Dibukanya tanktop dan BH yang dikenakannya. Tak ketinggalan juga celana jeans ketatnya. Dia tampak semakin cantik dengan hanya memakai celana dalam hitam berenda.
"Biarin aja Ren., kamu lebih seksi pakai itu" kataku saat dia ingin membuka celana dalamnya.
Segera kutarik kembali Rena kedalam pelukanku. Kujilati puting buah dadanya. Memang buah dadanya tidak terlalu besar, tetapi bentuknya yang mencuat dengan puting merah mudanya sangat merangsang sekali.
"Ahh...ssstt..." erangan nikmat keluar dari mulut Rena. Erangan ini semakin keras terdengar saat jemariku mengusap-usap liang nikmatnya. Desahan Rena diselingi dengan gumaman nafsu Elis yang masih berjongkok menikmati kemaluanku.
Jemariku merasakan vagina Rena telah lembab oleh cairan nafsu. Wajahnya yang sangat cantik tampak menggairahkan saat dia mengerang-erang nikmat disetubuhi jemariku. Puting payudaranya juga telah mengeras karena jilatan lidahku. Ingin segera kusetubuhi ABG cantik ini.
"Sebentar ya Lis.."kataku sambil mencabut penisku dari jepitan bibir tipis Elis. Setelah itu, kutarik Rena menuju tempat tidur. Kusibakkan celana dalamnya, dan kuarahkan penisku ke dalam liang nikmatnya.
"Pelan-pelan ya mas.." desahnya perlahan.
Kemaluanku mulai menerobos alat vital ABG cantik ini. Erangannya semakin menjadi. Tangannya tampak meremas sprei ranjang. Mulutnya setengah terbuka, dan matanya terpenjam.
"Ahhhh...ahhhh" desah gadis cantik ini saat aku mulai menggenjot kelaminku di dalam alat vitalnya. Karena sempitnya kelamin gadis cantik ini, baru setelah beberapa kali genjotan penisku berhasil menerobos lebih dalam, walau mungkin hanya dua pertiga batang kemaluanku yang berhasil masuk. Ranjang mulai mengeluarkan deritan-deritan seirama dengan goyangan tubuhku menikmati sempitnya liang vagina Rena. Tubuh mulus Rena mengelinjang-gelinjang merasakan hujaman penisku yang menyesaki liang vagina gadis belia ini. Sementara Elis, temannya yang seksi dengan bergairah menonton adegan kami.
"Kamu buka juga dong Lis" kataku. Elis kemudian membuka kaos ketatnya dan celana jeansnya.
"Biarin aja pakaian dalamnya Lis.." ujarku lagi saat dia ingin membuka BHnya. Elis kemudian kuminta mendekat.
Kuhentikan hujaman penisku di kelamin Rena sejenak, dan kuminta dia merubah posisi. Aku segera berbaring di tempat tidur sementara si cantik Rena menaiki tubuhku. Diarahkannya kembali kelaminku ke dalam vaginanya.
"Ahhhh...." erangnya kembali saat penisku menerobos liang nikmatnya. Dia kemudian menggoyang-goyangkan tubuhnya menikmati kejantananku. Kuraih wajah manis Elis yang ada di sebelahku, dan kami langsung berciuman dengan bergairah. Kuremas buah dadanya yang besar, dan kuangkat daging kenyal ranum ini sehingga keluar dari cup BHnya. Tampak luar biasa seksi Elis saat itu, dengan wajahnya yang manis dan kedua payudaranya yang mencuat keluar. Puting susunya yang kecoklatan segera menjadi santapanku.
"Sstttthhhh....sstttt" erangnya saat kujilati dan dengan gemas kuhisapi buah dadanya yang kenyal itu.
Sementara Rena, temannya yang cantik, masih menggoyang-goyangkan tubuhnya yang mulus di atas selangkanganku. Matanya terpejam dengan wajah yang memerah menambah ayu wajah cantiknya. Tanganku memilin-milin puting buah dadanya. Sementara Elis mulai menjilati puting dadaku.
"Ahhhhh......" erang Rena panjang saat dia mengalami orgasmenya. Tubuhnya mengejang beberapa saat, kemudian lunglai di atas tubuhku. Kuciumi pundaknya yang putih halus beberapa saat, sebelum kugulingkan tubuhnya kesebelahku.
"Giliranmu Lis.." kataku. Elis langsung menghentikan hisapannya pada puting dadaku, dan dengan bergairah dia menggantikan posisi Rena. Disibakkannya celana dalamnya, dan diarahkannya kelaminku ke liang surganya.
"Ihhh..gede banget...iihhhh" desahnya saat penisku menerobos vaginanya. Ranjang kembali berderit keras saat dengan bernafsu Elis menggoyang-goyangkan tubuhnya menikmatiku. Buah dadanya yang kenyal berguncang-guncang menggemaskan saat ia menyetubuhiku. Terkadang karena gemas, kutarik tubuhnya agar aku bisa menghisapi puting payudaranya.
Bosan dengan posisi ini, kuminta Elis menungging sambil memegang tepian bagian kepala ranjang. Kusodokkan penisku kembali ke dalam bagian tubuhnya yang paling vital, dan erangan Elis kembali terdengar ditimpali dengan suara derit ranjang.
"Ihh..ihh.." desahnya saat kusetubuhi dia dari belakang. Pantatnya yang montok terlihat sangat merangsang. Sementara kulihat Rena tak berkedip melihat temannya sedang disetubuhi secara "doggy-style".
"Sini Ren" panggilku. Saat dia menghampiriku, langsung kembali kuciumi wajahnya yang sangat cantik itu. Sementara itu tanganku memegang pinggang Elis, temannya, sambil sesekali menepuk-nepuk pantatnya yang padat.
"Ihh..ihh.. Elis sampai mas...ihhhh.." erang Elis saat mencapai orgasmenya. Kulepaskan penisku dari dalam vaginanya. Sementara itu, aku masih sibuk melayani ciuman Rena. Penisku yang masih tegang sehabis menikmati vagina temannya, langsung diraih dan dikocok-kocoknya perlahan.
Sesaat kemudian kubalikkan tubuh Elis, dan kunaiki tubuhnya. Kujepitkan kemaluanku di antara gunung kembarnya yang besar. Kugoyangkan tubuhku menikmati kekenyalan buah dada Elis. Sementara Rena menyodorkan payudaranya ke mulutku untuk kunikmati.
Rasa nikmat yang luar biasa menjalari syaraf kemaluanku. Aku merasa sudah tak tahan lagi membendung orgasmeku. Kulepaskan pagutanku dari buah dada Rena, dan semakin cepat kugoyangkan tubuhku menikmati jepitan buah dada Elis. Tak lama kemudian, aku menjerit nikmat saat berejakulasi di buah dada ranumnya.
"Buka dulu aja mas.." bisik Rena saat aku masih sibuk menikmati menciumi dan meremasi tubuh temannya.
"Bukain ya" kataku.
Aku menghentikan ciumanku pada wajah manis Elis, dan mereka berdua kemudian melucuti pakaianku.
Tak lama aku telah berdiri hanya dengan mengenakan celana dalam saja. Keadaan itu tidak berlangsung lama, karena jemari lentik Rena segera menarik celana dalamku. Kemaluanku yang telah menegang segera berdiri dengan gagahnya di depan kedua ABG ini. Mata mereka agak sedikit kaget melihat ukuran kejantananku.
"Besar sekali mas. Rena suka.." kata si ABG cantik sambil tangannya mulai mengocok-ngocok penisku perlahan. Sementara Elis tidak berkomentar, hanya bibirnya yang tipis sedikit terbuka. Matanya memandang kemaluanku dengan gemas. Mereka berdua telah berjongkok di depanku.
Rasa hangat segera menjalari kemaluanku saat Rena mulai memasukkan batang kejantananku ini ke dalam mulutnya yang mungil. Kepalanya mulai dimaju mundurkan menikmati kelelakianku. Kupandang ke bawah tampak wajah cantik gadis ini dengan pipi yang sedikit menonjol disesaki alat vitalku. Sementara Elis menciumi dan menjilati pahaku menunggu giliran.
Sesaat kemudian, Rena mengeluarkan penisku dari mulutnya, dan Elis langsung meraihnya dengan bernafsu. Dijilatinya terlebih dahulu mulai dari kepala sampai ke pangkal batangnya, dan perlahan dia mulai menghisap kemaluanku. Terkadang gadis seksi ini bergumam gemas saat menikmati kejantananku.
Aku tarik tubuh Rena sehingga dia berdiri di sebelahku. Kemudian kembali dengan gemas kuciumi wajah cantiknya. Rena dengan bergairah membalas pagutanku. Ciuman dan jilatannya kemudian beralih ke puting dadaku. Sementara kemaluanku masih menjejali mulut Elis, temannya yang seksi.
Wajah cantik Rena yang sedang menjilati puting dadaku membuatku semakin gemas ingin menyetubuhinya.
"Ayo buka pakaiannya dong sayang.." kataku.
Rena menurut. Dibukanya tanktop dan BH yang dikenakannya. Tak ketinggalan juga celana jeans ketatnya. Dia tampak semakin cantik dengan hanya memakai celana dalam hitam berenda.
"Biarin aja Ren., kamu lebih seksi pakai itu" kataku saat dia ingin membuka celana dalamnya.
Segera kutarik kembali Rena kedalam pelukanku. Kujilati puting buah dadanya. Memang buah dadanya tidak terlalu besar, tetapi bentuknya yang mencuat dengan puting merah mudanya sangat merangsang sekali.
"Ahh...ssstt..." erangan nikmat keluar dari mulut Rena. Erangan ini semakin keras terdengar saat jemariku mengusap-usap liang nikmatnya. Desahan Rena diselingi dengan gumaman nafsu Elis yang masih berjongkok menikmati kemaluanku.
Jemariku merasakan vagina Rena telah lembab oleh cairan nafsu. Wajahnya yang sangat cantik tampak menggairahkan saat dia mengerang-erang nikmat disetubuhi jemariku. Puting payudaranya juga telah mengeras karena jilatan lidahku. Ingin segera kusetubuhi ABG cantik ini.
"Sebentar ya Lis.."kataku sambil mencabut penisku dari jepitan bibir tipis Elis. Setelah itu, kutarik Rena menuju tempat tidur. Kusibakkan celana dalamnya, dan kuarahkan penisku ke dalam liang nikmatnya.
"Pelan-pelan ya mas.." desahnya perlahan.
Kemaluanku mulai menerobos alat vital ABG cantik ini. Erangannya semakin menjadi. Tangannya tampak meremas sprei ranjang. Mulutnya setengah terbuka, dan matanya terpenjam.
"Ahhhh...ahhhh" desah gadis cantik ini saat aku mulai menggenjot kelaminku di dalam alat vitalnya. Karena sempitnya kelamin gadis cantik ini, baru setelah beberapa kali genjotan penisku berhasil menerobos lebih dalam, walau mungkin hanya dua pertiga batang kemaluanku yang berhasil masuk. Ranjang mulai mengeluarkan deritan-deritan seirama dengan goyangan tubuhku menikmati sempitnya liang vagina Rena. Tubuh mulus Rena mengelinjang-gelinjang merasakan hujaman penisku yang menyesaki liang vagina gadis belia ini. Sementara Elis, temannya yang seksi dengan bergairah menonton adegan kami.
"Kamu buka juga dong Lis" kataku. Elis kemudian membuka kaos ketatnya dan celana jeansnya.
"Biarin aja pakaian dalamnya Lis.." ujarku lagi saat dia ingin membuka BHnya. Elis kemudian kuminta mendekat.
Kuhentikan hujaman penisku di kelamin Rena sejenak, dan kuminta dia merubah posisi. Aku segera berbaring di tempat tidur sementara si cantik Rena menaiki tubuhku. Diarahkannya kembali kelaminku ke dalam vaginanya.
"Ahhhh...." erangnya kembali saat penisku menerobos liang nikmatnya. Dia kemudian menggoyang-goyangkan tubuhnya menikmati kejantananku. Kuraih wajah manis Elis yang ada di sebelahku, dan kami langsung berciuman dengan bergairah. Kuremas buah dadanya yang besar, dan kuangkat daging kenyal ranum ini sehingga keluar dari cup BHnya. Tampak luar biasa seksi Elis saat itu, dengan wajahnya yang manis dan kedua payudaranya yang mencuat keluar. Puting susunya yang kecoklatan segera menjadi santapanku.
"Sstttthhhh....sstttt" erangnya saat kujilati dan dengan gemas kuhisapi buah dadanya yang kenyal itu.
Sementara Rena, temannya yang cantik, masih menggoyang-goyangkan tubuhnya yang mulus di atas selangkanganku. Matanya terpejam dengan wajah yang memerah menambah ayu wajah cantiknya. Tanganku memilin-milin puting buah dadanya. Sementara Elis mulai menjilati puting dadaku.
"Ahhhhh......" erang Rena panjang saat dia mengalami orgasmenya. Tubuhnya mengejang beberapa saat, kemudian lunglai di atas tubuhku. Kuciumi pundaknya yang putih halus beberapa saat, sebelum kugulingkan tubuhnya kesebelahku.
"Giliranmu Lis.." kataku. Elis langsung menghentikan hisapannya pada puting dadaku, dan dengan bergairah dia menggantikan posisi Rena. Disibakkannya celana dalamnya, dan diarahkannya kelaminku ke liang surganya.
"Ihhh..gede banget...iihhhh" desahnya saat penisku menerobos vaginanya. Ranjang kembali berderit keras saat dengan bernafsu Elis menggoyang-goyangkan tubuhnya menikmatiku. Buah dadanya yang kenyal berguncang-guncang menggemaskan saat ia menyetubuhiku. Terkadang karena gemas, kutarik tubuhnya agar aku bisa menghisapi puting payudaranya.
Bosan dengan posisi ini, kuminta Elis menungging sambil memegang tepian bagian kepala ranjang. Kusodokkan penisku kembali ke dalam bagian tubuhnya yang paling vital, dan erangan Elis kembali terdengar ditimpali dengan suara derit ranjang.
"Ihh..ihh.." desahnya saat kusetubuhi dia dari belakang. Pantatnya yang montok terlihat sangat merangsang. Sementara kulihat Rena tak berkedip melihat temannya sedang disetubuhi secara "doggy-style".
"Sini Ren" panggilku. Saat dia menghampiriku, langsung kembali kuciumi wajahnya yang sangat cantik itu. Sementara itu tanganku memegang pinggang Elis, temannya, sambil sesekali menepuk-nepuk pantatnya yang padat.
"Ihh..ihh.. Elis sampai mas...ihhhh.." erang Elis saat mencapai orgasmenya. Kulepaskan penisku dari dalam vaginanya. Sementara itu, aku masih sibuk melayani ciuman Rena. Penisku yang masih tegang sehabis menikmati vagina temannya, langsung diraih dan dikocok-kocoknya perlahan.
Sesaat kemudian kubalikkan tubuh Elis, dan kunaiki tubuhnya. Kujepitkan kemaluanku di antara gunung kembarnya yang besar. Kugoyangkan tubuhku menikmati kekenyalan buah dada Elis. Sementara Rena menyodorkan payudaranya ke mulutku untuk kunikmati.
Rasa nikmat yang luar biasa menjalari syaraf kemaluanku. Aku merasa sudah tak tahan lagi membendung orgasmeku. Kulepaskan pagutanku dari buah dada Rena, dan semakin cepat kugoyangkan tubuhku menikmati jepitan buah dada Elis. Tak lama kemudian, aku menjerit nikmat saat berejakulasi di buah dada ranumnya.
Setelah membersihkan diri, kami bertiga tiduran sambil istirahat di atas ranjang. Elis di sebelah kiriku dan Rena di sebelah kanan. Aku masih telanjang, sementara mereka hanya mengenakan celana dalam saja. Elis telah melepas BHnya yang basah karena ejakulasiku.
"Mas mainnya hebat banget ..." kata Rena sambil tersenyum manis.
"Iya..kita berdua aja dibuat kewalahan..."sahut Elis sambil mengusap-usap dadaku.
"Habis kalian cantik-cantik sih. Jadi nafsu nih" jawabku asal.
"Pasti ceweknya si mas puas banget ya Lis.." kata Rena pada temannya.
"Yang gemesin ini lho..gede banget ukurannya. Coba cowokku segede ini.." kata Elis sambil mulai mengusap-usap kemaluanku.
"Iya.Rahasianya apa sih mas ? Biar nanti Rena kasih tahu cowok Rena, supaya bisa bikin Rena puas.." Tangannya yang halus juga mulai merabai kemaluanku yang mulai menegang kembali.
"Mas, buat kenang-kenangan Rena video ya.." ujar Rena tiba-tiba, sambil bangkit mengambil HPnya.
"Jangan ah. Udah nggak usah" tolakku.
"Ah..nggak apa mas. Habis mr.happy-nya gemesin banget deh..Rena nggak ambil mukanya kok.." sahutnya.
"Awas, bener ya. Jangan kelihatan mukanya lho" kataku.
"Mas berdiri di sini aja biar lebih jelas. Terus elo isepin Lis.. Ntar gantian" katanya bak sutradara kawakan.
Kuturuti kemauannya. Aku bangkit dan berdiri di samping ranjang. Elis kemudian berjongkok di depanku, dan mulai menjilati kemaluanku.
"Rambut lo Lis..jangan nutupin" kata Rena sambil mulai merekam adegan itu.
Kubantu Elis menyibakkan rambutnya, dan dia mulai mengulum kemaluanku. Kunikmati jepitan bibir tipis Elis di batang kemaluanku. Tangannya yang halus mengelus-elus buah zakarku.
Rena merekam adegan kami dengan antusias. Aku mengerang nikmat, sambil tanganku membantu menyibakkan rambut Elis yang sedang sibuk menikmati kemaluanku. Cukup lama gadis ABG seksi ini menyalurkan nafsunya.
Sementara tampak Rena sangat terangsang melihat temannya menikmati penisku.
"Lis..gantian gue dong.." katanya beberapa saat kemudian.
Hpnya diserahkan ke Elis, dan gantian Rena sekarang yang berjongkok di depanku. Disibakkannya rambutnya kesamping agar temannya dapat merekam adegan dengan jelas. Dijilatinya perlahan seluruh batang kemaluanku. Lubang kencingku digelitik dengan lidahnya, kemudian mulutnya mulai mengulum perlahan batang kemaluanku.
"Jangan pakai tangan Ren.." kata Elis yang sedang merekam adegan kami.
Rena kemudian melepas tangannya yang memegang batang kemaluanku, dan ia memaju mundurkan kepalanya menikmati jejalan penisku di mulutnya. Sesaat kemudian dia mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya dan, tetap dengan tanpa memegang penisku, menjilatinya sambil bergumam gemas. Kemudian dihisapnya kembali kemaluanku dengan bernafsu.
Mendapat perlakuan seperti ini bergantian dari kedua gadis belia, aku merasa tak lama lagi akan mencapai kepuasan.
"Arrghh.. hampir sampai nih.." erangku.
"Mas yang ambil ya.." kata Elis sambil menyerahkan hp padaku. Dia kemudian berjongkok bersama dengan Rena. Diambilnya penisku dari mulut temannya dan dikocok-kocoknya.
Aku tak tahan lagi. Sambil merekam adegan, aku berejakulasi membasahi wajah manis kedua gadis ABG ini.
"Mas mainnya hebat banget ..." kata Rena sambil tersenyum manis.
"Iya..kita berdua aja dibuat kewalahan..."sahut Elis sambil mengusap-usap dadaku.
"Habis kalian cantik-cantik sih. Jadi nafsu nih" jawabku asal.
"Pasti ceweknya si mas puas banget ya Lis.." kata Rena pada temannya.
"Yang gemesin ini lho..gede banget ukurannya. Coba cowokku segede ini.." kata Elis sambil mulai mengusap-usap kemaluanku.
"Iya.Rahasianya apa sih mas ? Biar nanti Rena kasih tahu cowok Rena, supaya bisa bikin Rena puas.." Tangannya yang halus juga mulai merabai kemaluanku yang mulai menegang kembali.
"Mas, buat kenang-kenangan Rena video ya.." ujar Rena tiba-tiba, sambil bangkit mengambil HPnya.
"Jangan ah. Udah nggak usah" tolakku.
"Ah..nggak apa mas. Habis mr.happy-nya gemesin banget deh..Rena nggak ambil mukanya kok.." sahutnya.
"Awas, bener ya. Jangan kelihatan mukanya lho" kataku.
"Mas berdiri di sini aja biar lebih jelas. Terus elo isepin Lis.. Ntar gantian" katanya bak sutradara kawakan.
Kuturuti kemauannya. Aku bangkit dan berdiri di samping ranjang. Elis kemudian berjongkok di depanku, dan mulai menjilati kemaluanku.
"Rambut lo Lis..jangan nutupin" kata Rena sambil mulai merekam adegan itu.
Kubantu Elis menyibakkan rambutnya, dan dia mulai mengulum kemaluanku. Kunikmati jepitan bibir tipis Elis di batang kemaluanku. Tangannya yang halus mengelus-elus buah zakarku.
Rena merekam adegan kami dengan antusias. Aku mengerang nikmat, sambil tanganku membantu menyibakkan rambut Elis yang sedang sibuk menikmati kemaluanku. Cukup lama gadis ABG seksi ini menyalurkan nafsunya.
Sementara tampak Rena sangat terangsang melihat temannya menikmati penisku.
"Lis..gantian gue dong.." katanya beberapa saat kemudian.
Hpnya diserahkan ke Elis, dan gantian Rena sekarang yang berjongkok di depanku. Disibakkannya rambutnya kesamping agar temannya dapat merekam adegan dengan jelas. Dijilatinya perlahan seluruh batang kemaluanku. Lubang kencingku digelitik dengan lidahnya, kemudian mulutnya mulai mengulum perlahan batang kemaluanku.
"Jangan pakai tangan Ren.." kata Elis yang sedang merekam adegan kami.
Rena kemudian melepas tangannya yang memegang batang kemaluanku, dan ia memaju mundurkan kepalanya menikmati jejalan penisku di mulutnya. Sesaat kemudian dia mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya dan, tetap dengan tanpa memegang penisku, menjilatinya sambil bergumam gemas. Kemudian dihisapnya kembali kemaluanku dengan bernafsu.
Mendapat perlakuan seperti ini bergantian dari kedua gadis belia, aku merasa tak lama lagi akan mencapai kepuasan.
"Arrghh.. hampir sampai nih.." erangku.
"Mas yang ambil ya.." kata Elis sambil menyerahkan hp padaku. Dia kemudian berjongkok bersama dengan Rena. Diambilnya penisku dari mulut temannya dan dikocok-kocoknya.
Aku tak tahan lagi. Sambil merekam adegan, aku berejakulasi membasahi wajah manis kedua gadis ABG ini.
ania masuk ke kamarnya mengganti baju. Tampaknya di rumahnya tidak ada orang lain selain kita berdua. Betapa terkejutnya aku... tiba2 Tania keluar kamarnya dengan menggunakan tank top tipis tanpa menggunakan bra sebab terlihat kedua putingnya menggumpal seakan2 ingin keluar dari tank top tersebut. Dia pun mengenakan hot pants yang amat pendek dan ketat seperti yang digunakan pada saat senam. Belahan memiawnya terlihat jelas karena celana nya amat ketat. Tanpa sadar, celana ku tiba2 terasa sempit...
Dengan muka polos Tania bertanya “loh, koq keliatan tegang sih? Jangan2 adek nya ikutan tegang juga nih...” perlahan-lahan Tania berjalan je arahku dan memegang tanganku. Dapat kurasakan lembutnya kulit tangan Tania. Dia pun mengarahkan tanganku dan menyentuhkannya ke belahan memiawnya yang terbalut celana ketat. “basahhh....” kataku.”ini hadiah gw buat lu” katanya. Tanpa berlama-lama kugosok-gosokkan tanganku ke belahan memiawnya sambil meremas2 pantatnya.
“Aaaaahhh... Uhhh...”desahan2 kecil terdengar dari mulutnya yang mungil. Pantatnya sangat kencang, namun terasa empuk. Aku sangat terangsang melihat badannya yang mungil namun berisi terbalut oleh pakaian yang ketat tersebut. Kubuka sleting celanaku lalu kukeluarkan senjataku.
“Don... gede banget...” sahut Tania. Aku berdiri dan menyuruhnya dalam posisi duduk. Aku menggosok2kannya ke belahan memiawnya, rasanya sangat nikmat.. dapat kurasakan licinnya celana senam Tania, apalagi setelah memiawnya basah. “Don... ahhh... terus.. ahhh terusssinn...” desah Tania. Matanya merem melek karena nikmatnya gesekan penisku. Tak lama kemudian Tania mengeluarkan desahan panjang sambil mengeluarkan cairan yang sangat banyak dari kemaluannya. Cairan itu membasahi celananya dan mengalir turun lewat pahanya yang mulus. Saat Tania masih bergetar nikmat karena squirtingnya, aku memegang kepalanya, lalu memasukkan penisku dalam mulut kecilnya.
“mmmmmhhh.... Donnn..”desahnya sambil mengulum penisku. Kusodokkan dalam-dalam penisku hingga menyentuh ujung mulutnya. Tentu saja Tania tersedak, namun aku tetap tak membiarkan mulutnya melepaskan penisku. Terasa air liurnya semakin banyak membasahi penisku. Kulepaskan penisku dari mulutnya, kuberikan waktu Tania untuk bernapas. Dengan mulut yang belepotan air liur, dia mulai menjilati penisku.. tepat di lobang kencingku. “ahhhh Tan... jangan disitu terus... ntar aku cepet keluar....” kataku pelan. Tampaknya Tania mengerti, dia berpindah menjilati bolaku. Dihisapnya naik turun lalu dia berpindah lagi menghisap penisku. Perpaduan jilatan dan hisapannya sangat hebat, Tania seperti seorang artis bokep yang sudah berpengalaman. Lalu dia mengocoknya dengan tangan di campur dengan sedotan2 kecil yang membuatku mengerang keenakan. “Tannn, aku mau keluar niiih....” Dijilati nya ujung penisku ke atas dan ke bawah. dengan sigap mulutnya melepaskan penisku tepat sesaat sebelum maniku muncrat... “Aaaaaaahhhhh... crooot, croot croot” 10 kali lebih aku memuntahkan maniku mengotori wajah dan bibirnya yang merah merona. “iiih Doni jorok... mukaku kok dikotorin gini siiih” sahutnya manja.. tapi sebelum aku sempat berkata2, mulutnya sudah beraksi lagi, menjilati sisa2 sperma di penisku. Penisku benar2 basah oleh air liurnya, setelah penisku bersih, dia menelan habis semua mani ku.
“Tan... kamu hebat banget... kamu sering ya ngelakuin ML?” tanyaku sambil terduduk lemas.
“mmm, kalo menurut kamu Don?
“yaa habis kamu udah kaya pemain2 bokep yg biasa ada di film2. Tau apa yang aku mau... dan lagi... aku denger gosip di sekolah kita...”
Dengan muka polos Tania bertanya “loh, koq keliatan tegang sih? Jangan2 adek nya ikutan tegang juga nih...” perlahan-lahan Tania berjalan je arahku dan memegang tanganku. Dapat kurasakan lembutnya kulit tangan Tania. Dia pun mengarahkan tanganku dan menyentuhkannya ke belahan memiawnya yang terbalut celana ketat. “basahhh....” kataku.”ini hadiah gw buat lu” katanya. Tanpa berlama-lama kugosok-gosokkan tanganku ke belahan memiawnya sambil meremas2 pantatnya.
“Aaaaahhh... Uhhh...”desahan2 kecil terdengar dari mulutnya yang mungil. Pantatnya sangat kencang, namun terasa empuk. Aku sangat terangsang melihat badannya yang mungil namun berisi terbalut oleh pakaian yang ketat tersebut. Kubuka sleting celanaku lalu kukeluarkan senjataku.
“Don... gede banget...” sahut Tania. Aku berdiri dan menyuruhnya dalam posisi duduk. Aku menggosok2kannya ke belahan memiawnya, rasanya sangat nikmat.. dapat kurasakan licinnya celana senam Tania, apalagi setelah memiawnya basah. “Don... ahhh... terus.. ahhh terusssinn...” desah Tania. Matanya merem melek karena nikmatnya gesekan penisku. Tak lama kemudian Tania mengeluarkan desahan panjang sambil mengeluarkan cairan yang sangat banyak dari kemaluannya. Cairan itu membasahi celananya dan mengalir turun lewat pahanya yang mulus. Saat Tania masih bergetar nikmat karena squirtingnya, aku memegang kepalanya, lalu memasukkan penisku dalam mulut kecilnya.
“mmmmmhhh.... Donnn..”desahnya sambil mengulum penisku. Kusodokkan dalam-dalam penisku hingga menyentuh ujung mulutnya. Tentu saja Tania tersedak, namun aku tetap tak membiarkan mulutnya melepaskan penisku. Terasa air liurnya semakin banyak membasahi penisku. Kulepaskan penisku dari mulutnya, kuberikan waktu Tania untuk bernapas. Dengan mulut yang belepotan air liur, dia mulai menjilati penisku.. tepat di lobang kencingku. “ahhhh Tan... jangan disitu terus... ntar aku cepet keluar....” kataku pelan. Tampaknya Tania mengerti, dia berpindah menjilati bolaku. Dihisapnya naik turun lalu dia berpindah lagi menghisap penisku. Perpaduan jilatan dan hisapannya sangat hebat, Tania seperti seorang artis bokep yang sudah berpengalaman. Lalu dia mengocoknya dengan tangan di campur dengan sedotan2 kecil yang membuatku mengerang keenakan. “Tannn, aku mau keluar niiih....” Dijilati nya ujung penisku ke atas dan ke bawah. dengan sigap mulutnya melepaskan penisku tepat sesaat sebelum maniku muncrat... “Aaaaaaahhhhh... crooot, croot croot” 10 kali lebih aku memuntahkan maniku mengotori wajah dan bibirnya yang merah merona. “iiih Doni jorok... mukaku kok dikotorin gini siiih” sahutnya manja.. tapi sebelum aku sempat berkata2, mulutnya sudah beraksi lagi, menjilati sisa2 sperma di penisku. Penisku benar2 basah oleh air liurnya, setelah penisku bersih, dia menelan habis semua mani ku.
“Tan... kamu hebat banget... kamu sering ya ngelakuin ML?” tanyaku sambil terduduk lemas.
“mmm, kalo menurut kamu Don?
“yaa habis kamu udah kaya pemain2 bokep yg biasa ada di film2. Tau apa yang aku mau... dan lagi... aku denger gosip di sekolah kita...”
Tri memakai celana yang sangat pendek, dengan kaos ketat. Kulitnya cukup mulus walaupun tidak terlalu putih, namun dibandingkan dengan Enny, masih lebih putih Tri. Aku tidak mau membuang waktu, langsung kudekap dia dan kuserbu bibirnya yang memang sudah lama sekali aku incar. Bibir kami berpagutan, lidah kami saling membelit, dipadu dengan nafas kami yang memburu.
Tiba-tiba Tri melepaskan ciuman kami, dan dia memegang kedua pipiku sambil menatapku, lalu berkata manja.
"Pak Irwan, kalau Pak Irwan mau ngewe sama Tri, ada syaratnya Pak."
Aku bingung juga, "Apa syaratnya Tri?" tanyaku.
"Pak Irwan harus panggil aku Mbak, terus aku panggil Pak Irwan Yayang. Gimana? Mau nggak?" tanya Tri sambil tangannya turun ke dadaku dan dia meremas dadaku dengan gemas.
Pembaca, ini yang mengherankan, aku seorang yang sudah berusia di atas 40 tahun, punya isteri dan anak, jabatanku cukup tinggi di kantor, dan seorang pembantu rumah tangga yang berumur baru 22 tahun mencoba untuk menguasaiku, dan aku merasa senang.
Aku mengangguk sambil menjawab, "Iya Mbak, aku mau."
Sementara itu, penisku sudah ereksi dengan maksimal.
"Sekarang, Yayang harus nurut apa yang Mbak bilang ya." perintah Tri, maksudku Mbak Tri.
"Iya Mbak." jawabku pasrah.
Lalu Mbak Tri menuntunku ke kamarnya di bagian belakang rumah. Kami masuk ke kamar itu, Mbak Tri menutup pintu dan sekarng dia yang memeluk dan menyerbu bibirku. Kembali kami berpagutan sambil berdiri, lidah saling belit dalam gelora nafsu kami.
Mbak Tri kembali melepaskan ciuman kami, dan berkata," Yaang, kamu jongkok dong."
Aku menurut, aku berjongkok di depan Mbak Tri.
"Lepasin celana Mbak Yang, pelan-pelan ya Yaang."
"Iya Mbak." cuma itu kata yang bisa aku keluarkan.
Lalu akupun mulai menurunkan celana pendeknya yang tinggal ditarik saja kebawah karena dia memakai celana olahraga. Perlahan mulai tampak pemandangan indah di depan mataku persis. Pembaca, memiawnya gundul tanpa bulu sedikitpun, dan montok sekali bentuknya. Warnanya kemerahan dan diatasnya terlihat clitnya yang juga montok. Mbak Tri melibarkan pahanya sedikit, sehingga memiawnya agak terkuak. Mbak Tri mendongakkan wajahku dengan tangannya.
Dan dia bertanya, "Gimana Yang? Bagus nggak memiaw Mbak?"
"Iya Mbak. Bagus banget. Tembem." jawabku tersendat, karena menahan nafsu dalam diriku.
"Yayang mau cium memiaw Mbak?" tanyanya.
"Mau Mbak."
Aku tidak menunggu diperintah dua kali. Langsung kuserbu memiaw yang sangat indah itu. Mbak Tri menaikkan sebelah kakinya ke atas tempat tidur, sehingga lebih terbuka ruang bagiku untuk mencium keharuman memiawnya.
Mula-mula hidungku menyentuh kelembaban memiawnya, dan aku menghirup keharuman yang memabokkan dari memiaw Mbak Tri. Kususupkan hidungku dalam jepitan daging kenikmatan memiaw Mbak Tri.
Mbak Tri mengerang, "Aahh, Yayaanngg. Terusin Yang."
Lalu kukecup memiawnya dengan penuh kelembutan. Dan perlahan mulai keluarkan lidahku untuk menjelajahi bibir memiawnya. Kugerakkan lidahku perlahan-lahan kesekeliling memiawnya. Tanganku meremas-remas pantatnya. Sesekali lidahku menyapu klitnya, dan kujepit klitnya dengan kedua bibirku.
Tubuh Mbak Tri mengejang sambil mendesah, "Aarrgghh.. Yayaanngg.. Ennaakk Yaanngg.."
Kedua tangan Mbak Tri meremas rambutku sambil menekan kepalaku ke belahan pahanya. Wajahku terbenam di memiaw Mbak Tri, aku hampir tidak bisa bernafas.
"Yaanngg.. Tunggu Yaang. Mbak nggak kuat berdiri Yang."
Lalu Mbak Tri merebahkan tubuhnya di kasur sambil melepaskan kaos dan branya. Dia terlentang di kasur. Aku berdiri dan ingin mulai melepas baju dan celanaku.
"Jangan Yang, kamu jangan buka baju dulu. Jilatin memiaw Mbak dulu Yang." perintah Mbak Tri. Lagi-lagi aku nurut.
Lalu Mbak Tri kembali menekan kepalaku ke selangkangannya. Kuteruskan kegiatan mulut dan lidahku di pesona kewanitaan Mbak Tri yang sangat indah kurasa. Kumasukkan lidahku ke dalam memiawnya, dan kuputar-putar di dalam memiawnya. Dia menggelinjang kenikmatan. Rambutku sudah berantakan karena diremas terus oleh Mbak Tri. Sekitar sepuluh menit kujilati memiaw Mbak Tri dan memberinya kenikmatan sorgawi. Akhirnya dia menjerit tertahan, tubuhnya mengejang dan tangannya menekan kepalaku dengan kuatnya.
"Aauugghh.. Yaanngg. Mbakk.. Kkeeluaarr Yaanngg" rintihnya.
Pantat dan pingulnya bergerak memutar dengan liar dan tiba-tiba berhenti.
"Sshh.. Oogghh.. Yaanngg.. Ennaakk banggeett Yaangg."
Kusedot seluruh cairan yang membanjir dari memiaw Mbak Tri. Rasanya gurih dan wanginya harum sekali. Kurasakan becek sekali memiaw Mbak Tri saat itu. Setelah berisitirahat kurang lebih sepuluh menit, Mbak Tri bangun dan mulai membuka pakaianku.
"Sekarang giliran kamu Yang. Mbak mau gigitin kamu" perintahnya.
Setelah semua pakaianku lepas, Mbak Tri memandang ke penisku yang sudah pusing dari tadi. Dia menggenggam penisku dengan gemas dan mulai mengocoknya dengan lembut. Kemudian aku disuruhnya telentang, lalu dia mendekatkan kepalanya ke penisku. Dikecupinya kepala penisku, dan lidahnya mulai menjelajahi bagian atas penisku.
Astaga, permainan lidah Mbak Tri luar biasa sekali. Dalam sekejap aku dibuatnya melayang ke angkasa. Kenikmatan yang diberikan melalui lidah dan mulutnya, membuatku mendesah dan menggelepar tidak karuan. Dari bagian kepala, lalu ke batang penisku dan bijiku semua dijilatinya dengan penuh nafsu. Sesekali bijiku dimasukkan ke dalam mulutnya. Sampai terbalik mataku merasakan nikmatnya. Ujung lidahnya juga menyapu bahkan menusuk anusku. Kurasakan listrik yang menyengat ke sekujur tubuhku saat lidah Mbak Tri bermain di anusku. Sepuluh menit lamanya Mbak Tri menjilati dan mengemut penis dan anusku.
Kemudian dia merayap naik ke badanku, mengangkangiku, dan mengarahkan penisku ke memiawnya. Perlahan dia menurunkan pantatnya. Kurasakan penisku mulai melakukan penetrasi ke dalam belahan memiawnya yang sangat montok itu. Agak susah pada awalnya karena memang tembem sekali memiaw Mbak Tri. Setelah masuk semua, Mbak Tri mulai menaik turunkan pantatnya.
"Aauugghh, Mbak. Enak Mbak." rintihku.
"Iya Yang, Mbak juga ngerasain enak. Adduuhh. tongkol kamu enak banget Yang."
Dan Mbak Tri mulai melakukan putaran pinggulnya. Pantatnya tidak lagi turun naik, melainkan pinggulnya yang berputar. Ini benar-benar membuat sensasi yang luar biasa nikmatnya. Mbak Tri sangat pintar memutar pinggulnya. Aku mengimbangi gerakan Mbak Tri dengan menusuk-nusukan penisku.
Tapi, "Yaanngg. Kamu diem aja ya Yaangg. Biar Mbak aja yang muter."
Akupun diam dan Mbak Tri semakin liar memutar pinggulnya. Tidak lama kemudian, Mbak Tri menghentikan putaran pinggulnya, dan kurasakan memiawnya menyedot penisku. Serasa dipilin oleh gumpalan daging yang hangat, kenyal dan kesat.
Lalu Mbak Tri mengerang keras, "Yaanngg.. Aarrgghh. Mbak keluar laggii Yaanngg.."
Mbak Tri rebah di atas tubuhku, sementara memiawnya terus menyedot penisku. Luar biasa sekali rasanya memiaw Mbak Tri ini. Kemudian Mbak Tri memberi perintah agar aku bergantian di atas. Aku menurut, dan tanpa melepaskan penisku dari dalam memiawnya kami berubah posisi.
Sekarang aku berada di atas. Mbak Tri melingkarkan kakinya ke kakiku, sehingga aku tidak leluasa bergerak. Rupanya ini yang diinginkan oleh Mbak Tri, agar aku diam saja. Mbak Tri juga tidak menggerakkan pinggulnya, hanya kurasakan daging di dalam memiawnya yang melakukan gerakan menyedot, memijit, memutar dan entah gerakan apa namanya. Yang pasti aku merasakan jepitan memiaw yang sangat kuat namun enak sekali. Aku tidak dapat menggerakkan penisku di dalam memiawnya. Juga tidak dapat menarik penisku dari dalam memiaw itu. Tidak lama kurasakan memiaw Mbak Tri menyedot penisku. Lalu perlahan Mbak Tri mulai memutar pinggulnya.
Aku merasa sperti perahu yang berada di dalam lautan yang bergelora karena ada badai yang dahsyat. Dan semakin lama gelombang itu semakin kuat menggoncang perahu. Nafas kami sudah memburu, keringat sudah mengucur membasahi tubuh kami. Dan kurasakan memiaw Mbak Tri mulai berdenyut keras lagi, bersamaan dengan aku mulai merasakan desakan lahar dalam diriku yang menuntut untuk keluar dari tubuhku. Putaran pinggul Mbak Tri semakin menggila, dan akupun membantu dengan menekan-nekankan pinggulku walaupun tidak terlalu bebas.
"Oogghh.. Yaanngg.. Mbaakk nnggaakk kkuatt laaggi Yaanngg.." erang Mbak Tri.
Aku juga sudah tidak bisa menahan lagi desakan dari dalam itu, "Iyaa mbaakk.. Aakkuu juggaa.. Aarrgghh."
Aku tidak dapat meneruskan kata-kataku, karena saat itu muncratlah sudah cairan kenikmatanku di dalam memiaw Mbak Tri. Bersamaan dengan itu, Mbak Tri juga sudah mengejang sambil memelukku dengan kuatnya.
"Sshh.. Oouugghh.. Enaak baannggett Yaangg."
Kami merasakan nikmat yang tiada duanya saat air mani kami bercampur menjadi satu di dalam memiaw Mbak Tri. Mbak Tri mencium bibirku, akupun membalasnya dengan penuh gairah. Dan.. Kamipun terkulai tak berdaya. Aku terhempas di atas tubuh Mbak Tri. Nafas kami tinggal satu-satu. Seprai dan kasur Mbak Tri sudah basah sama sekali karena keringat dan air mani kami yang meluap keluar dari memiaw Mbak Tri saking banyaknya.
"Yayaanngg.." Mbak Tri memanggilku dengan mesranya.
"Iya mbaakk." aku menjawab dengan tidak kalah mesranya.
"Kamu hebat deh Yaang." kata Mbak Tri sambil mengecup bibirku dengan lembut.
"Mbak juga hebat. memiaw Mbak enak banget deh Mbak." kataku.
Mbak Tri tersenyum, "Yayang suka sama memiaw Mbak?" tanyanya.
"Suka banget Mbak. memiaw Mbak bisa nyedot gitu. Nanti boleh lagi ya Mbak?" aku merayunya.
"Pasti boleh Yang. memiaw ini emang untuk Yayang kok." Kata Mbak Tri.
Tiba-tiba Tri melepaskan ciuman kami, dan dia memegang kedua pipiku sambil menatapku, lalu berkata manja.
"Pak Irwan, kalau Pak Irwan mau ngewe sama Tri, ada syaratnya Pak."
Aku bingung juga, "Apa syaratnya Tri?" tanyaku.
"Pak Irwan harus panggil aku Mbak, terus aku panggil Pak Irwan Yayang. Gimana? Mau nggak?" tanya Tri sambil tangannya turun ke dadaku dan dia meremas dadaku dengan gemas.
Pembaca, ini yang mengherankan, aku seorang yang sudah berusia di atas 40 tahun, punya isteri dan anak, jabatanku cukup tinggi di kantor, dan seorang pembantu rumah tangga yang berumur baru 22 tahun mencoba untuk menguasaiku, dan aku merasa senang.
Aku mengangguk sambil menjawab, "Iya Mbak, aku mau."
Sementara itu, penisku sudah ereksi dengan maksimal.
"Sekarang, Yayang harus nurut apa yang Mbak bilang ya." perintah Tri, maksudku Mbak Tri.
"Iya Mbak." jawabku pasrah.
Lalu Mbak Tri menuntunku ke kamarnya di bagian belakang rumah. Kami masuk ke kamar itu, Mbak Tri menutup pintu dan sekarng dia yang memeluk dan menyerbu bibirku. Kembali kami berpagutan sambil berdiri, lidah saling belit dalam gelora nafsu kami.
Mbak Tri kembali melepaskan ciuman kami, dan berkata," Yaang, kamu jongkok dong."
Aku menurut, aku berjongkok di depan Mbak Tri.
"Lepasin celana Mbak Yang, pelan-pelan ya Yaang."
"Iya Mbak." cuma itu kata yang bisa aku keluarkan.
Lalu akupun mulai menurunkan celana pendeknya yang tinggal ditarik saja kebawah karena dia memakai celana olahraga. Perlahan mulai tampak pemandangan indah di depan mataku persis. Pembaca, memiawnya gundul tanpa bulu sedikitpun, dan montok sekali bentuknya. Warnanya kemerahan dan diatasnya terlihat clitnya yang juga montok. Mbak Tri melibarkan pahanya sedikit, sehingga memiawnya agak terkuak. Mbak Tri mendongakkan wajahku dengan tangannya.
Dan dia bertanya, "Gimana Yang? Bagus nggak memiaw Mbak?"
"Iya Mbak. Bagus banget. Tembem." jawabku tersendat, karena menahan nafsu dalam diriku.
"Yayang mau cium memiaw Mbak?" tanyanya.
"Mau Mbak."
Aku tidak menunggu diperintah dua kali. Langsung kuserbu memiaw yang sangat indah itu. Mbak Tri menaikkan sebelah kakinya ke atas tempat tidur, sehingga lebih terbuka ruang bagiku untuk mencium keharuman memiawnya.
Mula-mula hidungku menyentuh kelembaban memiawnya, dan aku menghirup keharuman yang memabokkan dari memiaw Mbak Tri. Kususupkan hidungku dalam jepitan daging kenikmatan memiaw Mbak Tri.
Mbak Tri mengerang, "Aahh, Yayaanngg. Terusin Yang."
Lalu kukecup memiawnya dengan penuh kelembutan. Dan perlahan mulai keluarkan lidahku untuk menjelajahi bibir memiawnya. Kugerakkan lidahku perlahan-lahan kesekeliling memiawnya. Tanganku meremas-remas pantatnya. Sesekali lidahku menyapu klitnya, dan kujepit klitnya dengan kedua bibirku.
Tubuh Mbak Tri mengejang sambil mendesah, "Aarrgghh.. Yayaanngg.. Ennaakk Yaanngg.."
Kedua tangan Mbak Tri meremas rambutku sambil menekan kepalaku ke belahan pahanya. Wajahku terbenam di memiaw Mbak Tri, aku hampir tidak bisa bernafas.
"Yaanngg.. Tunggu Yaang. Mbak nggak kuat berdiri Yang."
Lalu Mbak Tri merebahkan tubuhnya di kasur sambil melepaskan kaos dan branya. Dia terlentang di kasur. Aku berdiri dan ingin mulai melepas baju dan celanaku.
"Jangan Yang, kamu jangan buka baju dulu. Jilatin memiaw Mbak dulu Yang." perintah Mbak Tri. Lagi-lagi aku nurut.
Lalu Mbak Tri kembali menekan kepalaku ke selangkangannya. Kuteruskan kegiatan mulut dan lidahku di pesona kewanitaan Mbak Tri yang sangat indah kurasa. Kumasukkan lidahku ke dalam memiawnya, dan kuputar-putar di dalam memiawnya. Dia menggelinjang kenikmatan. Rambutku sudah berantakan karena diremas terus oleh Mbak Tri. Sekitar sepuluh menit kujilati memiaw Mbak Tri dan memberinya kenikmatan sorgawi. Akhirnya dia menjerit tertahan, tubuhnya mengejang dan tangannya menekan kepalaku dengan kuatnya.
"Aauugghh.. Yaanngg. Mbakk.. Kkeeluaarr Yaanngg" rintihnya.
Pantat dan pingulnya bergerak memutar dengan liar dan tiba-tiba berhenti.
"Sshh.. Oogghh.. Yaanngg.. Ennaakk banggeett Yaangg."
Kusedot seluruh cairan yang membanjir dari memiaw Mbak Tri. Rasanya gurih dan wanginya harum sekali. Kurasakan becek sekali memiaw Mbak Tri saat itu. Setelah berisitirahat kurang lebih sepuluh menit, Mbak Tri bangun dan mulai membuka pakaianku.
"Sekarang giliran kamu Yang. Mbak mau gigitin kamu" perintahnya.
Setelah semua pakaianku lepas, Mbak Tri memandang ke penisku yang sudah pusing dari tadi. Dia menggenggam penisku dengan gemas dan mulai mengocoknya dengan lembut. Kemudian aku disuruhnya telentang, lalu dia mendekatkan kepalanya ke penisku. Dikecupinya kepala penisku, dan lidahnya mulai menjelajahi bagian atas penisku.
Astaga, permainan lidah Mbak Tri luar biasa sekali. Dalam sekejap aku dibuatnya melayang ke angkasa. Kenikmatan yang diberikan melalui lidah dan mulutnya, membuatku mendesah dan menggelepar tidak karuan. Dari bagian kepala, lalu ke batang penisku dan bijiku semua dijilatinya dengan penuh nafsu. Sesekali bijiku dimasukkan ke dalam mulutnya. Sampai terbalik mataku merasakan nikmatnya. Ujung lidahnya juga menyapu bahkan menusuk anusku. Kurasakan listrik yang menyengat ke sekujur tubuhku saat lidah Mbak Tri bermain di anusku. Sepuluh menit lamanya Mbak Tri menjilati dan mengemut penis dan anusku.
Kemudian dia merayap naik ke badanku, mengangkangiku, dan mengarahkan penisku ke memiawnya. Perlahan dia menurunkan pantatnya. Kurasakan penisku mulai melakukan penetrasi ke dalam belahan memiawnya yang sangat montok itu. Agak susah pada awalnya karena memang tembem sekali memiaw Mbak Tri. Setelah masuk semua, Mbak Tri mulai menaik turunkan pantatnya.
"Aauugghh, Mbak. Enak Mbak." rintihku.
"Iya Yang, Mbak juga ngerasain enak. Adduuhh. tongkol kamu enak banget Yang."
Dan Mbak Tri mulai melakukan putaran pinggulnya. Pantatnya tidak lagi turun naik, melainkan pinggulnya yang berputar. Ini benar-benar membuat sensasi yang luar biasa nikmatnya. Mbak Tri sangat pintar memutar pinggulnya. Aku mengimbangi gerakan Mbak Tri dengan menusuk-nusukan penisku.
Tapi, "Yaanngg. Kamu diem aja ya Yaangg. Biar Mbak aja yang muter."
Akupun diam dan Mbak Tri semakin liar memutar pinggulnya. Tidak lama kemudian, Mbak Tri menghentikan putaran pinggulnya, dan kurasakan memiawnya menyedot penisku. Serasa dipilin oleh gumpalan daging yang hangat, kenyal dan kesat.
Lalu Mbak Tri mengerang keras, "Yaanngg.. Aarrgghh. Mbak keluar laggii Yaanngg.."
Mbak Tri rebah di atas tubuhku, sementara memiawnya terus menyedot penisku. Luar biasa sekali rasanya memiaw Mbak Tri ini. Kemudian Mbak Tri memberi perintah agar aku bergantian di atas. Aku menurut, dan tanpa melepaskan penisku dari dalam memiawnya kami berubah posisi.
Sekarang aku berada di atas. Mbak Tri melingkarkan kakinya ke kakiku, sehingga aku tidak leluasa bergerak. Rupanya ini yang diinginkan oleh Mbak Tri, agar aku diam saja. Mbak Tri juga tidak menggerakkan pinggulnya, hanya kurasakan daging di dalam memiawnya yang melakukan gerakan menyedot, memijit, memutar dan entah gerakan apa namanya. Yang pasti aku merasakan jepitan memiaw yang sangat kuat namun enak sekali. Aku tidak dapat menggerakkan penisku di dalam memiawnya. Juga tidak dapat menarik penisku dari dalam memiaw itu. Tidak lama kurasakan memiaw Mbak Tri menyedot penisku. Lalu perlahan Mbak Tri mulai memutar pinggulnya.
Aku merasa sperti perahu yang berada di dalam lautan yang bergelora karena ada badai yang dahsyat. Dan semakin lama gelombang itu semakin kuat menggoncang perahu. Nafas kami sudah memburu, keringat sudah mengucur membasahi tubuh kami. Dan kurasakan memiaw Mbak Tri mulai berdenyut keras lagi, bersamaan dengan aku mulai merasakan desakan lahar dalam diriku yang menuntut untuk keluar dari tubuhku. Putaran pinggul Mbak Tri semakin menggila, dan akupun membantu dengan menekan-nekankan pinggulku walaupun tidak terlalu bebas.
"Oogghh.. Yaanngg.. Mbaakk nnggaakk kkuatt laaggi Yaanngg.." erang Mbak Tri.
Aku juga sudah tidak bisa menahan lagi desakan dari dalam itu, "Iyaa mbaakk.. Aakkuu juggaa.. Aarrgghh."
Aku tidak dapat meneruskan kata-kataku, karena saat itu muncratlah sudah cairan kenikmatanku di dalam memiaw Mbak Tri. Bersamaan dengan itu, Mbak Tri juga sudah mengejang sambil memelukku dengan kuatnya.
"Sshh.. Oouugghh.. Enaak baannggett Yaangg."
Kami merasakan nikmat yang tiada duanya saat air mani kami bercampur menjadi satu di dalam memiaw Mbak Tri. Mbak Tri mencium bibirku, akupun membalasnya dengan penuh gairah. Dan.. Kamipun terkulai tak berdaya. Aku terhempas di atas tubuh Mbak Tri. Nafas kami tinggal satu-satu. Seprai dan kasur Mbak Tri sudah basah sama sekali karena keringat dan air mani kami yang meluap keluar dari memiaw Mbak Tri saking banyaknya.
"Yayaanngg.." Mbak Tri memanggilku dengan mesranya.
"Iya mbaakk." aku menjawab dengan tidak kalah mesranya.
"Kamu hebat deh Yaang." kata Mbak Tri sambil mengecup bibirku dengan lembut.
"Mbak juga hebat. memiaw Mbak enak banget deh Mbak." kataku.
Mbak Tri tersenyum, "Yayang suka sama memiaw Mbak?" tanyanya.
"Suka banget Mbak. memiaw Mbak bisa nyedot gitu. Nanti boleh lagi ya Mbak?" aku merayunya.
"Pasti boleh Yang. memiaw ini emang untuk Yayang kok." Kata Mbak Tri.
Aku memakai sarung dan kaos… dan sengaja aku tidak memakai BH dan celana dalam.
Begitu aku keluar, sorotan mata Pak Jono menatap payudaraku, aku tersenyum. Aku duduk di kursi sebentar. Aku bayangkan bahwa Pak jono duda selama 4 bulan, berarti ia tidak berhubungan selama 4 bulan. Aku yakin ia tidak jajan sembarangan. Aku begitu yakin malam ini aku akan digenjot berkali-kali dan berjam-jam. Memang aku ingin sekali berhubungan badan sepuas-puasnya.
Sekarang aku memilih kamar untuk urut di bagian belakang, agar jeritanku yang keras nanti tidak terdengar oleh siapapun. Aku mengajak Pak Jono ke kamar belakang, dan hujan turun cukup deras sehingga cuaca dingin mengantarkan impianku, dan tidak akan terdengar suara apa pun kecuali jeritanku, bunyi cipokan yang mengganas, dan bunyi lobang vaginaku yang digenjot oleh kepala rudal besar dan tenaga yang super keras.
Kini aku beduaan yang sama mengharapkan kepuasan seksual dengan sepuas-puasnya. Pak Jono membuka kain sarungku dan tinggal kaos yang menutupi payudaraku. Ia meremas-remas pahaku. Aku mengelinjang-gelinjang. Kemudian Pak Jono membuka celananya. Rudalnya tegang, membesar dan memanjang. Uratnya mengeras dan kepala rudalnya membesar sekali. Ia menciumi pahaku terus ke bibir vaginaku. Aku sudah tidak tahan karena mulai tadi sudah merangsang karena membayangkan kenikmatan yang sebentar lagi akan aku rasakan.
Ia membuka bajunya dan kaosku. Kini kami berdua telanjang bulat. Hujan turun makin lebat, jam menunjukkan 23.00. Ia meremas-remas tetekku sambil mengocokkan jarinya ke lobang vaginaku.
“Pak, masukkan… aku sudah tidak tahan.”
“Aku juga tidak tahan, aku sudah 4 bulan tidak pernah berhubungan badan, aku ingin malam ini benar-benar puas, mungkin aku main sampai pagi,” timpal Pak Jono.
“Aku juga pak… Aku serahkan semua tubuhku pada Pak Jono. Tapi, oleskan minyak pelumas yang kusiapkan ini ke lobang vaginaku dan ke rudal Bapak agar aku tidak merasakan sakit.”
Aku siapkan parfum dan minyak pelumas yang harum.
“Bu… lobang Ibu kecil sekali,” katanya begitu ia mengoleskan minyak pelumas dicampur dengan ludahnya.
Kini Pak Jono mengangkangkan pahaku lebar-lebar. Pelan-pelan ia menindihiku. Aduh rasanya berat sekali. Ia arahkan rudal besar dan panjang itu lobang vaginaku. Ia menekan, tapi tak berhasil masuk. Kedua kalinya ia menekan lagi dan tidak juga berhasil masuk, aku menjerit kesakitan.
“Pertama rasanya agak sakit, karena lobang ibu kecil sekali, dan barang saya besar sekali, jauh tidak ngimbang,” katanya merayuku.
Ketiga kalinya ia mengolesi lobangku dengan minyak pelumas banyak sekali sampai meleleh ke lobang anusku, ia campur air ludahnya. Ia mengolesi juga rudalnya dicampur dengan ludahnya, kemudian ia menekan rudal besar, panjang, hitam dan keras sekali. Ia menekannya dengan tenaga yang super keras, akhir masuklah kepala rudal besar itu, dan aku pun menjerit kesakitan.
Ia terdiam, menahan sejenak, sambil menindihiku dan menciumiku, merayu dan berbisik ke telingaku.
“Ditahan sakit dahulu ya, nanti Ibu akan merasakan kenikmatan yang luar biasa.”
Aku mengangguk.
“Tahan ya, Bu, aku akan tekan lagi agar masuk semua,” bisiknya lagi.
Ia menekannya dengan tenaga yang keras, aku tidak tahan.
“Aduh.. sakit, Pak,” Jeritku tertahan sambil menggigit bibir.
Akhirnya barang itu trot… bleees… masuk semua. Rasanya rudal itu masuk menembus ke lobang rahimku. Kini beralih dari rasa sakit ke rasa nikmat yang luar biasa.
“Pak .. rasanya nikmat sekali.”
Semakin ganaslah Pak Jono menggenjotnya. Nyaring sekali bunyi lobang vaginaku akibat genjotan yang luar biasa. Nikmatnya luar biasa terasa sampai ke ubun-ubun, aku menggigil, meraung-raung kenikmatan.
“Aah… uuuh… uuh… aku… aku… mau mencapai puncak, Pak…”
Pak Jono menekan keras-keras. Aku pun mencapai puncak kenikmatan yang luar biasa yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Pak Jono sangat kuat dan bertahan lama, ia belum mencapai orgasme. Aku sudah lemas, tapi karena Pak Jono meremas-remas kembali tetekku dan menjelati vaginaku, aku mulai merangsang lagi.
Pak Jono menyuruhku nungging. Ia menusukkan kembali rudalnya dan mengocoknya dan menggenjot dari belakang, bunyinya semakin keras, ceprok… ceprok.. ceprok… sambil ia mengelus-ngelus lobang anusku. Ia ngambil minyak pelumas dan dioleskan ke lobang anusku, jarinya ditusukkan ke lobang anusku.
“Aduh… Pak!” jeritku.
Tapi ia pintar sekali menciptakan rangsangan baru. Ia kocok lobang anusku pelan-pelang dengan jarinya, lama-lama aku merasakan nikmat.
“Enak.. Pak… Nikmat… Pak.”
Akhirnya Pak Jono menambahi minyak pelumas ke lobang anusku, dan mencabut rudalnya dari vaginaku, ia oles-oleskan kepala rudalnya ke pintu anusku.
“Hangat rasanya, nikmat Pak, nikmat Pak.”
Kemudian menusukkan tepat ke lobang anusku dan menekannya. Akhirnya barang besar itu masuk juga. Cepret… prot… ia tekan pelan-pelan hingga separuh penis itu. Ia mendorongku agar aku tengkurep. Begitu tengkurep ia menindihku, menekankan lagi sisa separuhnya. Aduh nikmat sekali rasanya di anus. Sampai terasa ada cairan muncrat dari dalam lobang anusku. Ia terus mengocok dan menggejot semakin cepat, aku merasakan nikmat sambil menahan genjotan. Prot… prot… druuuuut. Semakin ganas ia menggenjot sampai aku terkentut-kentut dibuatnya. Akhirnya Pak Jono mencapai puncaknya dan muncratlah pejunya memenuhi lobang anusku.
Malam itu aku benar-benar merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aku disetubuhi oleh Pak Jono sampai 4 kali hingga pagi.
Pak Jono guru olah raga yang humoris. Setelah kejadian yang pertama itu aku masih sering ke sekolahan tapi aku sering menghindar untuk ketemu Pak Jono karena malu dengan kejadian yang kualami itu, kecuali banyak teman-teman.
Pada suatu ketika aku duduk berjauhan dari tempat olah raga, tapi aku melihat Pak Jono memperhatikan aku dari kejauhan, dan waktu itu kebetulan sepi tidak ada ibu-ibu yang lain. Pak Jono memandangi aku, aduh .. aku rasanya malu, kemudian ia duduk di sebelahku dan bertanya.
“Bagaimana, Bu… Masih terasa sakit dan nyelunya. Maafin aku ya, Bu..”
“Enggak kok udah enggak… Memang sehabis berhubungan badan dengan Pak Jono itu terasa lobang vaginaku terganjal oleh sesuatu sampai dua hari,” jawabku sambil tersenyum malu.
Pernah suatu malam aku diajak nonton film BF oleh suami, aku pura-pura menolaknya, tapi suamiku memaksa dengan merayuku.
“Bagus kok filmnya dan agar kita nanti lebih hangat lagi. Kebetulan film itu antara orang hitam dan wanita Jepang.”
Ketika melihat kemaluan orang hitam aku terbayang barang Pak Jono.
“Pa.. besar dan panjang sekali anunya… sampai perempuannya menggeliat-geliat, menggigit bibir, dan ngerinti-rintih, sakit kali ya, Pa ..” bisikku pada suamiku.
“Tidak justeru itu ia merasakan puncak kenikmatan.”
“Kalau punya Papa… seperti itu asyik ya, Ma ..” bisik suamiku.
“Ah, mana mungkin. Papa kan orangnya kecil dan pendek, sedangkan dia tinggi besar.”
Suamiku berbisik lagi sambil meraba barangku: “Mungkin punya Pak Jono seperti itu ya, Ma..”
“Enggak tahu ya, Pa.. Kok Papa bilang begitu?” jawabku dengan perasaan terangsang.
“Ya soalnya dia pernah cerita pada saya.”
“Apa ceritanya, Pa ..?”
“Dia kalau berhubungan badan dengan isterinya, sebelum ia cerai, isterinya sampai sambat-sambat. Padahal isterinya juga tinggi besar, bagaimana kalau isterinya kecil seperti kamu?”
“Papa… kok isterinya Pak Jono dibandingin ke Mama..” sambil kuremas barangnya dengan gemes.
“Orang hitam itu kuat dan ganas mainnya, lihat tu Ma..”
“Papa…” aku jadi merangsang suamiku.
Kemudian filmnya dihentikan kami main dengan sangat hot sekali, tapi tidak se-hot waktu main dengan Pak Jono.
Besok harinya aku semakin ingin dipijet lagi oleh Pak jono. Aku terbayang terus, setelah nonton adegan orang hitam dengan perempuan Jepang di film itu. Malam minggu kurang tiga hari. Pikiranku membayangkan apa yang akan terjadi pada malam minggu nanti setelah aku dipijet oleh Pak Jono.
Aku masih terbayang ketika barang Pak Jono yang besar, panjang dan keras itu mulai memasuki pintu kemaluanku. Aku rasanya mau menjerit karena bercampur antara sangat nyilu dan nikmat dan hangat. Aku masih terbayang waktu ia mengecup bibirku dengan gemes sambil mengayunkan barangnya ke lobang kenikmatanku dengan diiringi bunyi ceplak.. ceplok.. srook… Belum hilang dari bayanganku barang yang kepala lebih dari batang bagian tengah dan pangkalnya itu ketika dicabut dari lobang vaginaku berbunyi trooot.. ceplok… Apalagi waktu barangnya dimasukkan lobang anusku yang awalnya terasa sakit lalu dengan pandainya permainan Pak Jono rasa sakit itu rasa nikmat yang sulit kubayangkan.
Begitu aku keluar, sorotan mata Pak Jono menatap payudaraku, aku tersenyum. Aku duduk di kursi sebentar. Aku bayangkan bahwa Pak jono duda selama 4 bulan, berarti ia tidak berhubungan selama 4 bulan. Aku yakin ia tidak jajan sembarangan. Aku begitu yakin malam ini aku akan digenjot berkali-kali dan berjam-jam. Memang aku ingin sekali berhubungan badan sepuas-puasnya.
Sekarang aku memilih kamar untuk urut di bagian belakang, agar jeritanku yang keras nanti tidak terdengar oleh siapapun. Aku mengajak Pak Jono ke kamar belakang, dan hujan turun cukup deras sehingga cuaca dingin mengantarkan impianku, dan tidak akan terdengar suara apa pun kecuali jeritanku, bunyi cipokan yang mengganas, dan bunyi lobang vaginaku yang digenjot oleh kepala rudal besar dan tenaga yang super keras.
Kini aku beduaan yang sama mengharapkan kepuasan seksual dengan sepuas-puasnya. Pak Jono membuka kain sarungku dan tinggal kaos yang menutupi payudaraku. Ia meremas-remas pahaku. Aku mengelinjang-gelinjang. Kemudian Pak Jono membuka celananya. Rudalnya tegang, membesar dan memanjang. Uratnya mengeras dan kepala rudalnya membesar sekali. Ia menciumi pahaku terus ke bibir vaginaku. Aku sudah tidak tahan karena mulai tadi sudah merangsang karena membayangkan kenikmatan yang sebentar lagi akan aku rasakan.
Ia membuka bajunya dan kaosku. Kini kami berdua telanjang bulat. Hujan turun makin lebat, jam menunjukkan 23.00. Ia meremas-remas tetekku sambil mengocokkan jarinya ke lobang vaginaku.
“Pak, masukkan… aku sudah tidak tahan.”
“Aku juga tidak tahan, aku sudah 4 bulan tidak pernah berhubungan badan, aku ingin malam ini benar-benar puas, mungkin aku main sampai pagi,” timpal Pak Jono.
“Aku juga pak… Aku serahkan semua tubuhku pada Pak Jono. Tapi, oleskan minyak pelumas yang kusiapkan ini ke lobang vaginaku dan ke rudal Bapak agar aku tidak merasakan sakit.”
Aku siapkan parfum dan minyak pelumas yang harum.
“Bu… lobang Ibu kecil sekali,” katanya begitu ia mengoleskan minyak pelumas dicampur dengan ludahnya.
Kini Pak Jono mengangkangkan pahaku lebar-lebar. Pelan-pelan ia menindihiku. Aduh rasanya berat sekali. Ia arahkan rudal besar dan panjang itu lobang vaginaku. Ia menekan, tapi tak berhasil masuk. Kedua kalinya ia menekan lagi dan tidak juga berhasil masuk, aku menjerit kesakitan.
“Pertama rasanya agak sakit, karena lobang ibu kecil sekali, dan barang saya besar sekali, jauh tidak ngimbang,” katanya merayuku.
Ketiga kalinya ia mengolesi lobangku dengan minyak pelumas banyak sekali sampai meleleh ke lobang anusku, ia campur air ludahnya. Ia mengolesi juga rudalnya dicampur dengan ludahnya, kemudian ia menekan rudal besar, panjang, hitam dan keras sekali. Ia menekannya dengan tenaga yang super keras, akhir masuklah kepala rudal besar itu, dan aku pun menjerit kesakitan.
Ia terdiam, menahan sejenak, sambil menindihiku dan menciumiku, merayu dan berbisik ke telingaku.
“Ditahan sakit dahulu ya, nanti Ibu akan merasakan kenikmatan yang luar biasa.”
Aku mengangguk.
“Tahan ya, Bu, aku akan tekan lagi agar masuk semua,” bisiknya lagi.
Ia menekannya dengan tenaga yang keras, aku tidak tahan.
“Aduh.. sakit, Pak,” Jeritku tertahan sambil menggigit bibir.
Akhirnya barang itu trot… bleees… masuk semua. Rasanya rudal itu masuk menembus ke lobang rahimku. Kini beralih dari rasa sakit ke rasa nikmat yang luar biasa.
“Pak .. rasanya nikmat sekali.”
Semakin ganaslah Pak Jono menggenjotnya. Nyaring sekali bunyi lobang vaginaku akibat genjotan yang luar biasa. Nikmatnya luar biasa terasa sampai ke ubun-ubun, aku menggigil, meraung-raung kenikmatan.
“Aah… uuuh… uuh… aku… aku… mau mencapai puncak, Pak…”
Pak Jono menekan keras-keras. Aku pun mencapai puncak kenikmatan yang luar biasa yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Pak Jono sangat kuat dan bertahan lama, ia belum mencapai orgasme. Aku sudah lemas, tapi karena Pak Jono meremas-remas kembali tetekku dan menjelati vaginaku, aku mulai merangsang lagi.
Pak Jono menyuruhku nungging. Ia menusukkan kembali rudalnya dan mengocoknya dan menggenjot dari belakang, bunyinya semakin keras, ceprok… ceprok.. ceprok… sambil ia mengelus-ngelus lobang anusku. Ia ngambil minyak pelumas dan dioleskan ke lobang anusku, jarinya ditusukkan ke lobang anusku.
“Aduh… Pak!” jeritku.
Tapi ia pintar sekali menciptakan rangsangan baru. Ia kocok lobang anusku pelan-pelang dengan jarinya, lama-lama aku merasakan nikmat.
“Enak.. Pak… Nikmat… Pak.”
Akhirnya Pak Jono menambahi minyak pelumas ke lobang anusku, dan mencabut rudalnya dari vaginaku, ia oles-oleskan kepala rudalnya ke pintu anusku.
“Hangat rasanya, nikmat Pak, nikmat Pak.”
Kemudian menusukkan tepat ke lobang anusku dan menekannya. Akhirnya barang besar itu masuk juga. Cepret… prot… ia tekan pelan-pelan hingga separuh penis itu. Ia mendorongku agar aku tengkurep. Begitu tengkurep ia menindihku, menekankan lagi sisa separuhnya. Aduh nikmat sekali rasanya di anus. Sampai terasa ada cairan muncrat dari dalam lobang anusku. Ia terus mengocok dan menggejot semakin cepat, aku merasakan nikmat sambil menahan genjotan. Prot… prot… druuuuut. Semakin ganas ia menggenjot sampai aku terkentut-kentut dibuatnya. Akhirnya Pak Jono mencapai puncaknya dan muncratlah pejunya memenuhi lobang anusku.
Malam itu aku benar-benar merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aku disetubuhi oleh Pak Jono sampai 4 kali hingga pagi.
Pak Jono guru olah raga yang humoris. Setelah kejadian yang pertama itu aku masih sering ke sekolahan tapi aku sering menghindar untuk ketemu Pak Jono karena malu dengan kejadian yang kualami itu, kecuali banyak teman-teman.
Pada suatu ketika aku duduk berjauhan dari tempat olah raga, tapi aku melihat Pak Jono memperhatikan aku dari kejauhan, dan waktu itu kebetulan sepi tidak ada ibu-ibu yang lain. Pak Jono memandangi aku, aduh .. aku rasanya malu, kemudian ia duduk di sebelahku dan bertanya.
“Bagaimana, Bu… Masih terasa sakit dan nyelunya. Maafin aku ya, Bu..”
“Enggak kok udah enggak… Memang sehabis berhubungan badan dengan Pak Jono itu terasa lobang vaginaku terganjal oleh sesuatu sampai dua hari,” jawabku sambil tersenyum malu.
Pernah suatu malam aku diajak nonton film BF oleh suami, aku pura-pura menolaknya, tapi suamiku memaksa dengan merayuku.
“Bagus kok filmnya dan agar kita nanti lebih hangat lagi. Kebetulan film itu antara orang hitam dan wanita Jepang.”
Ketika melihat kemaluan orang hitam aku terbayang barang Pak Jono.
“Pa.. besar dan panjang sekali anunya… sampai perempuannya menggeliat-geliat, menggigit bibir, dan ngerinti-rintih, sakit kali ya, Pa ..” bisikku pada suamiku.
“Tidak justeru itu ia merasakan puncak kenikmatan.”
“Kalau punya Papa… seperti itu asyik ya, Ma ..” bisik suamiku.
“Ah, mana mungkin. Papa kan orangnya kecil dan pendek, sedangkan dia tinggi besar.”
Suamiku berbisik lagi sambil meraba barangku: “Mungkin punya Pak Jono seperti itu ya, Ma..”
“Enggak tahu ya, Pa.. Kok Papa bilang begitu?” jawabku dengan perasaan terangsang.
“Ya soalnya dia pernah cerita pada saya.”
“Apa ceritanya, Pa ..?”
“Dia kalau berhubungan badan dengan isterinya, sebelum ia cerai, isterinya sampai sambat-sambat. Padahal isterinya juga tinggi besar, bagaimana kalau isterinya kecil seperti kamu?”
“Papa… kok isterinya Pak Jono dibandingin ke Mama..” sambil kuremas barangnya dengan gemes.
“Orang hitam itu kuat dan ganas mainnya, lihat tu Ma..”
“Papa…” aku jadi merangsang suamiku.
Kemudian filmnya dihentikan kami main dengan sangat hot sekali, tapi tidak se-hot waktu main dengan Pak Jono.
Besok harinya aku semakin ingin dipijet lagi oleh Pak jono. Aku terbayang terus, setelah nonton adegan orang hitam dengan perempuan Jepang di film itu. Malam minggu kurang tiga hari. Pikiranku membayangkan apa yang akan terjadi pada malam minggu nanti setelah aku dipijet oleh Pak Jono.
Aku masih terbayang ketika barang Pak Jono yang besar, panjang dan keras itu mulai memasuki pintu kemaluanku. Aku rasanya mau menjerit karena bercampur antara sangat nyilu dan nikmat dan hangat. Aku masih terbayang waktu ia mengecup bibirku dengan gemes sambil mengayunkan barangnya ke lobang kenikmatanku dengan diiringi bunyi ceplak.. ceplok.. srook… Belum hilang dari bayanganku barang yang kepala lebih dari batang bagian tengah dan pangkalnya itu ketika dicabut dari lobang vaginaku berbunyi trooot.. ceplok… Apalagi waktu barangnya dimasukkan lobang anusku yang awalnya terasa sakit lalu dengan pandainya permainan Pak Jono rasa sakit itu rasa nikmat yang sulit kubayangkan.
Wah ini dia sumber penyakitnya” katanya riang kemudian memegang burungku. Kemudian dia duduk disebelahku. Mukaku semakin merah, apalagi burungku secara perlahan tapi pasti menegang membesar.Mba Meta malah tertawa “Nah aku bilang apa, ini dia masalahnya, tuh dia makin keras, makin besar !” sambil mengelus-ngelus lembut burungku.
Tubuhku tergetar karena nikmat yang menjalari tubuhku. Burungku makin tegang dan makin membesar.
“Mba…” kataku lemah karena keenakan.
“Tenang ya Putra, mba obatin dulu ya” katanya.Celanaku dibuka secara penuh kemudian dia menaruhnya di kursi dekat meja belajarnya.
Selangkanganku dilebarkan, kemudian dia berpindah posisi, dia duduk diantara kedua pahaku. Kemudian mba Meta mulai mengulum penisku. Aku semakin menerawang, inilah kenikmatan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.
Saat mba Meta mengulum dan menyedot-nyedot penisku, dia mengeluarkan suara-suara erotis diantara keluar masuknya penisku di mulutnya. Ternyata saat aku melihat, tangan kirinya meremas-remas payudaranya. Hmm tak heran badannya ikut bergetar saat mengulum penisku.
Tiba-tiba mba Meta berhenti mengulum penisku. “Sebentar ya” kata mba Meta yang kemudian berdiri. Aku hanya menatapnya dengan tatapan tidak rela karena tidak ingin kehilangan kenikmatan tadi. Ternyata mba Meta melorotkan celana dalamnya. Karena dia memakai rok, celana dalamnya langsung turun, kemudian dia membuangnya kelantai. Dia kembali duduk diantara selangkanganku, tapi kali ini dia agak melebarkan pahanya.
Mba Meta kembali mengulum penisku. Badanku kembali bergetar keenakan. Diantara sadar dan tidak, aku mulai mencium suatu bau khas, yang sekarang aku tau kalau bau itu adalah vagina.
Aku melihat mba Meta yang terus mengulum penisku. Tangan kirinya yang tadi meremas-remas payudaranya sekarang berada di selangkangannya, tapi aku tidak bisa melihat apa yang dilakukan tangan itu sebab tertutup kain rok yang masih dipakainya. Tapi aku menduga bau khas tadi pasti berasal dari selangkangannya itu.
Kenikmatan naik sampai ubun-ubunku, badanku bergetar hebat.
“Mba… aku mau pipis…” kataku sambil menahan dorongan hebat dipenisku. Tapi mba Meta tidak memperdulikan, bahkan mempercepat kulumannya. Aku merasa gila karena keenakan.. “Crotz… Crotz.. Crot..” akhirnya aku mengeluarkan pipisku di mulutnya, aku baru tau kemudian kalo itu adalah cairan sperma
Mba Meta menyedot semua cairan spermaku, kemudian dia tersenyum padaku. “Enak kan diobatin sama mba ?” tanyanya sambil mengelap sisa-sisa sperma dipenisku.
Aku cuma menganggu kecil. Aku sangat lelah ! Rasa kantuk menyerangku.
“He..he..he.. abis diobatin langsung ngantuk” tawa mba Meta.
Aku berusaha menahan kantukku, tapi rasanya berat sekali. “Ya udah tidur aja dulu gih” suruh mba Meta yang kemudian berbaring terlentang disebelahku.
Diantara terbuka dan tertutupnya mataku, aku melihat mba Meta menaikkan kaosnya sehingga terpampanglah payudaranya. Kemudian dia meremas-remas kedua payudaranya sendiri. Suara-suara lenguhan mulai terdengar dari mulutnya.
Sepertinya dia tidak puas hanya meremas payudaranya, dia menyibak roknya keatas. Dari samping aku melihat selangkangannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Aku tidak bisa melihat jelas, tapi aku melihat jari tengahnya keluar masuk dari lobang yang mengeluarkan bau harum tersebut.
Tangan kirinya meremas-remas payudaranya, jari tengah tangan kanannya keluar masuk nya. Badannya menegang, sesekali melengkung keatas, seperti selangkangannya mengejar sesuatu. Suara lenguhannya maikin keras dan makin cepat…. dan aku tertidur.
Entah berapa lama aku tertidur, tapi saat aku terbangun aku melihat mba Meta tidur terlentang disampingku. Tangan kirinya masih dipayudaranya dan tangan kanannya masih diselangkangan, sama persis dengan keadaanya sebelum aku tertidur. Bedanya badannya seperti terkulai lemas, tidak setegang tadi.
Lama aku memandangi tubuhnya. Tenggorokanku tercekat, sebab baru kali ini aku melihat langsung payudaranya yang bulat itu. Apalagi yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu. Aku menelan ludahku. Walau sering membicarakan dengan temanku tentang tubuh wanita, tapi melihat langsung memang jauh lebih nikmat.
Kemudian pandangannku tertumbuk pada nya. Aku jadi ingat bau khas yang aku cium tadi. Aku bergeser untuk duduk diantara selangkangannya yang masih terbuka lebar itu. Perlahan aku menggeser tangan kanan yang masih “hinggap” diselangkangan.
Dadaku berdebar, takut mba Meta terbangun, tapi usahaku berhasil, tangannya kini berada di samping tubuhnya.Perlahan aku elus itu dengan jari tengahku. Hmm.. agak berlendir. Kemudian aku mencium jari berlendirku. Aha.. ! benar kan dugaanku, bau itu dari nya.
Tapi aku kurang puas. Aku elus lagi nya dengan jari tengahku. Aku coba untuk menusuk lebih dalam agar mendapat lendir lebih banyak. Aku tusuk keluar masuk walau tidak terlalu dalam, tapi aku belum mendapat lendir sebanyak yang aku mau.
Seiring aku menusuk-nusuk nya, perlahan pinggul mba Meta bergoyang sedikit mengikuti jariku. Aku merasa mba Meta makin berlendir, aku tersenyum puas. Saat jariku terasa cukup berlendir, aku mengangkatnya dan menciumnya. Wah… baunya sangat kuat tapi aku sangat menyukainya.
Suka akan baunya, keingintahuanku timbul untuk mencoba rasanya. Aku menjilat jari berlendirku itu. Hmm.. rasanya aneh, agak hambar, sedikit asin. Tapi entah mengapa aku suka sekali.
Kemudian aku mengambil lagi lendir itu dari mba Meta dan menjilatnya lagi. Tapi aku kurang puas. Akhirnya aku dekatkan mukaku ke mba Meta. Aku buka lipatan luar nya, terlihatnya bibir vaginanya yang berwarna merah muda. tersebut basah dengan lendir.
Perlahan aku menjilat mba Meta. Nikmat sekali menikmati lendir dari sumbernya .
“Uh..uh..uh…” lenguh mba Meta setiap lidahku menyetuh dinding vaginanya. “Ahhhh…” lenguhnya panjang saat aku menjilat daging kecil di bagian atas lobang nya. Badannya semakin bergetar dan pinggulnya maju kedepan setiap lidahku lepas dari nya. Sepertinya nya mengejar lidahku, ingin dijilat lagi.
Tiba-tiba kepalaku terdorong masuk ke nya. “Aduh Putra enak banget !!” pekik mba Meta. Ternyata mba Meta sudah bangun dan tangannya menekan kepalaku ke nya.
Aku mengangkat kepalaku dan tersenyum padanya. “Ayo Putra lagi… mba gak tahan nih..”.
Aku kembali menjilati nya dengan lebih semangat. Tangannya tetap dikepalaku, menekan setiap aku mengangkat kepalaku.
“Ah..ah..ah.. aduh Putra enak banget..” ujarnya sambil mengangkat-angkat pinggulnya mengejar lidahku. “Shit… enak banget” sambil menggerak-gerakkan kepalanya kekiri dan kekanan.
“Akhhh…… ” pekik mba Meta yang kemudian menarik tubuhku keatas untuk menindihnya. Dia kemudian memegang kepalaku dan kemudian memagut bibirku. Dia nafsu sekali mencium bibirku yang penuh dengan lendir nya tersebut.
Akupun terangsang hebat. Aku membalas ciumannya. Tanganku meraba-raba payudaranya yang kenyal itu. Penisku tegang penuh karena ciuman itu.
Kami berciuman sangat hebat, “clop..clop…clop” bunyi diantara ciuman saling sedot kami. Tangan mba Meta memegang penisku dan mengocok perlahan. Nikmat sekali, tapi aku lebih bisa mengendalikan diri sekarang.
“Putra, masukin ya sekarang, mba udah gak tahan !” ujarnya sambil menatapku dengan pandangan sayu. Aku sebenarnya tidak mengerti apa yang dia maksud, tapi saat dia menarik penisku kearah nya, aku bergeser kebawah sedikit karena perbedaan tinggi kami.
Mba Meta mengarahkan penisku ke nya, kemudian menggesek-gesekkan kepala penisku di bibir vaginanya. Tak lama kemudian dia menarik penisku untuk masuk lebih dalam, secara reflek aku mendorong pinggulku. Perlahan penisku masuk kenya. Akh.. nikmat sekali memasukkan penis ke lobang licin yang menjepit itu.
Mba Meta menekan pantatku sampai penisku amblas masuk ke nya semua. Kemudian dia menahan pantatku. Aku melihat wajahnya. Matanya dipejamkan dengan kepala agak dimiringkan kekanan, aduh seksinya. Kemudian aku mulai merasa penisku seperti diurut-urut oleh jari-jari kecil didalam nya. tdak terbayang kenikmatan saat itu.
Mba kemudian menggerak-gerakkan pinggulnya sehingga penisku keluar masuk nya sedikit. Sensasi kenikmatannya lebih dahsyat dari urutan nya tadi. “Putra gerakin dong burungnya” pintanya memelas tapi tidak menghentikan goyangan pinggulnya.
Aku mulai menggoyangkan pinggulku mengikuti gerakkannya. Sekarang penisku keluar masuk nya lebih banyak. “Akh…akhh… akhh…” lenguhnya sambil menggoyangkan kepala kekiri kekanan.
Mukaku yang berada didepan lehernya menciumi dan menjilati leher mba Meta dengan sangat bernafsu.Aku lengkungkan badanku, kemudian aku penyedot pentil payudara kirinya. Badannya ikut melengkung dan bergetar hebat. Aku pindah ke payudara kanannya, dia melenguh hebat “Akkhhh…” kemudian menggigit bibir bawahnya.
Setelah beberapa menit kami dalam posisi tersebut, kemudian mba Meta bangkit “Putra gantian ya, kamu dibawah, supaya lebih enak”.
Aku setuju saja, kemudian aku tidur terlentang. Penisku berdiri menantang.
Kemudian mba Meta jongkok diselangkanganku. Dia memegang penisku, mengarahkan kenya yang dia turunkan. Bless… penisku masuk seluruhnya kenya. Mba Meta kemudian menjajarkan tubuhnya dengan tubuhku. Dia kemudian tersenyum padaku “Putra kamu hebat banget, kamu udah ngegagahin aku” katanya lirih menggoda. Kemudian dia memagut bibirku.
Perlahan dia menggoyangkan pinggulnya, dan aku juga berusaha menggarakkan pinggulku, tapi agak susah. Akhirnya aku cuma diam meremasi payudaranya.
Ciuman kami lepas saat goyangannya makin kencang. “Agh.. akh.. agh..”
pekiknya setengah berteriak. Goyangan mba Meta makin kencang, sesekali dia memutar kepalanya untuk meyibak rambutnya yang jatuh kebawah.
“Akh..akh… akh..AGGHHHHHH…” tiba-tiba tubuhnya menegang. Dia menekan nya ke penisku. Gerakkannya terhenti. Matanya terpejam. Setelah beberapa lama dia membuka matanya kemudian berkata “Ahh…. Putra enak bangetth..” dengan nafas terengal-engal. Kemudian tubuhnya amburk ketubuhku.
Aku yang belum puas coba menggerakkan pinggulku. nya terasa jauh lebih licin dari sebelumnya. Cairannya makin banyak.
“Kamu belum puas ya ??” tanyanya sambil memandangku dengan wajah puas.
“Iya mba, sedikit lagi” jawabku.Kemudian mba Meta bergeser, kemudian tidur terlentang. Kemudian dia membuka selangkangannya lebar. Aku mengerti maksudnya, kemudian aku memposisikan tubuhku diantara selangkangannya.
Aku mengarahkan penisku ke nya dan menekannya masuk. “Hgkh..” pekiknya saat penisku masuk.
“Putra yang cepet ya..” katanya lirih. “Udah gak enak lagi ya mba ?” tanyaku.
“Masih enak, tapi mba capek banget” jawabnya lirih.Aku menggoyangkan pinggulku dan memusatkan untuk mengejar kepuasanku. Tak lama kemudian aku merasa ada yang ingin keluar dari penisku, aku menekan penisku dalam-dalam kenya dan mengeluarkan spermaku banyak-banyak didalam nya.
Aku mencabut penisku, dia terseyum lebar. Kemudian kami tidur saling berpelukan. Semenjak itu setiap ada kesempatan aku dan mba Meta selalu melakukan hubungan sex.
Tubuhku tergetar karena nikmat yang menjalari tubuhku. Burungku makin tegang dan makin membesar.
“Mba…” kataku lemah karena keenakan.
“Tenang ya Putra, mba obatin dulu ya” katanya.Celanaku dibuka secara penuh kemudian dia menaruhnya di kursi dekat meja belajarnya.
Selangkanganku dilebarkan, kemudian dia berpindah posisi, dia duduk diantara kedua pahaku. Kemudian mba Meta mulai mengulum penisku. Aku semakin menerawang, inilah kenikmatan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.
Saat mba Meta mengulum dan menyedot-nyedot penisku, dia mengeluarkan suara-suara erotis diantara keluar masuknya penisku di mulutnya. Ternyata saat aku melihat, tangan kirinya meremas-remas payudaranya. Hmm tak heran badannya ikut bergetar saat mengulum penisku.
Tiba-tiba mba Meta berhenti mengulum penisku. “Sebentar ya” kata mba Meta yang kemudian berdiri. Aku hanya menatapnya dengan tatapan tidak rela karena tidak ingin kehilangan kenikmatan tadi. Ternyata mba Meta melorotkan celana dalamnya. Karena dia memakai rok, celana dalamnya langsung turun, kemudian dia membuangnya kelantai. Dia kembali duduk diantara selangkanganku, tapi kali ini dia agak melebarkan pahanya.
Mba Meta kembali mengulum penisku. Badanku kembali bergetar keenakan. Diantara sadar dan tidak, aku mulai mencium suatu bau khas, yang sekarang aku tau kalau bau itu adalah vagina.
Aku melihat mba Meta yang terus mengulum penisku. Tangan kirinya yang tadi meremas-remas payudaranya sekarang berada di selangkangannya, tapi aku tidak bisa melihat apa yang dilakukan tangan itu sebab tertutup kain rok yang masih dipakainya. Tapi aku menduga bau khas tadi pasti berasal dari selangkangannya itu.
Kenikmatan naik sampai ubun-ubunku, badanku bergetar hebat.
“Mba… aku mau pipis…” kataku sambil menahan dorongan hebat dipenisku. Tapi mba Meta tidak memperdulikan, bahkan mempercepat kulumannya. Aku merasa gila karena keenakan.. “Crotz… Crotz.. Crot..” akhirnya aku mengeluarkan pipisku di mulutnya, aku baru tau kemudian kalo itu adalah cairan sperma
Mba Meta menyedot semua cairan spermaku, kemudian dia tersenyum padaku. “Enak kan diobatin sama mba ?” tanyanya sambil mengelap sisa-sisa sperma dipenisku.
Aku cuma menganggu kecil. Aku sangat lelah ! Rasa kantuk menyerangku.
“He..he..he.. abis diobatin langsung ngantuk” tawa mba Meta.
Aku berusaha menahan kantukku, tapi rasanya berat sekali. “Ya udah tidur aja dulu gih” suruh mba Meta yang kemudian berbaring terlentang disebelahku.
Diantara terbuka dan tertutupnya mataku, aku melihat mba Meta menaikkan kaosnya sehingga terpampanglah payudaranya. Kemudian dia meremas-remas kedua payudaranya sendiri. Suara-suara lenguhan mulai terdengar dari mulutnya.
Sepertinya dia tidak puas hanya meremas payudaranya, dia menyibak roknya keatas. Dari samping aku melihat selangkangannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Aku tidak bisa melihat jelas, tapi aku melihat jari tengahnya keluar masuk dari lobang yang mengeluarkan bau harum tersebut.
Tangan kirinya meremas-remas payudaranya, jari tengah tangan kanannya keluar masuk nya. Badannya menegang, sesekali melengkung keatas, seperti selangkangannya mengejar sesuatu. Suara lenguhannya maikin keras dan makin cepat…. dan aku tertidur.
Entah berapa lama aku tertidur, tapi saat aku terbangun aku melihat mba Meta tidur terlentang disampingku. Tangan kirinya masih dipayudaranya dan tangan kanannya masih diselangkangan, sama persis dengan keadaanya sebelum aku tertidur. Bedanya badannya seperti terkulai lemas, tidak setegang tadi.
Lama aku memandangi tubuhnya. Tenggorokanku tercekat, sebab baru kali ini aku melihat langsung payudaranya yang bulat itu. Apalagi yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu. Aku menelan ludahku. Walau sering membicarakan dengan temanku tentang tubuh wanita, tapi melihat langsung memang jauh lebih nikmat.
Kemudian pandangannku tertumbuk pada nya. Aku jadi ingat bau khas yang aku cium tadi. Aku bergeser untuk duduk diantara selangkangannya yang masih terbuka lebar itu. Perlahan aku menggeser tangan kanan yang masih “hinggap” diselangkangan.
Dadaku berdebar, takut mba Meta terbangun, tapi usahaku berhasil, tangannya kini berada di samping tubuhnya.Perlahan aku elus itu dengan jari tengahku. Hmm.. agak berlendir. Kemudian aku mencium jari berlendirku. Aha.. ! benar kan dugaanku, bau itu dari nya.
Tapi aku kurang puas. Aku elus lagi nya dengan jari tengahku. Aku coba untuk menusuk lebih dalam agar mendapat lendir lebih banyak. Aku tusuk keluar masuk walau tidak terlalu dalam, tapi aku belum mendapat lendir sebanyak yang aku mau.
Seiring aku menusuk-nusuk nya, perlahan pinggul mba Meta bergoyang sedikit mengikuti jariku. Aku merasa mba Meta makin berlendir, aku tersenyum puas. Saat jariku terasa cukup berlendir, aku mengangkatnya dan menciumnya. Wah… baunya sangat kuat tapi aku sangat menyukainya.
Suka akan baunya, keingintahuanku timbul untuk mencoba rasanya. Aku menjilat jari berlendirku itu. Hmm.. rasanya aneh, agak hambar, sedikit asin. Tapi entah mengapa aku suka sekali.
Kemudian aku mengambil lagi lendir itu dari mba Meta dan menjilatnya lagi. Tapi aku kurang puas. Akhirnya aku dekatkan mukaku ke mba Meta. Aku buka lipatan luar nya, terlihatnya bibir vaginanya yang berwarna merah muda. tersebut basah dengan lendir.
Perlahan aku menjilat mba Meta. Nikmat sekali menikmati lendir dari sumbernya .
“Uh..uh..uh…” lenguh mba Meta setiap lidahku menyetuh dinding vaginanya. “Ahhhh…” lenguhnya panjang saat aku menjilat daging kecil di bagian atas lobang nya. Badannya semakin bergetar dan pinggulnya maju kedepan setiap lidahku lepas dari nya. Sepertinya nya mengejar lidahku, ingin dijilat lagi.
Tiba-tiba kepalaku terdorong masuk ke nya. “Aduh Putra enak banget !!” pekik mba Meta. Ternyata mba Meta sudah bangun dan tangannya menekan kepalaku ke nya.
Aku mengangkat kepalaku dan tersenyum padanya. “Ayo Putra lagi… mba gak tahan nih..”.
Aku kembali menjilati nya dengan lebih semangat. Tangannya tetap dikepalaku, menekan setiap aku mengangkat kepalaku.
“Ah..ah..ah.. aduh Putra enak banget..” ujarnya sambil mengangkat-angkat pinggulnya mengejar lidahku. “Shit… enak banget” sambil menggerak-gerakkan kepalanya kekiri dan kekanan.
“Akhhh…… ” pekik mba Meta yang kemudian menarik tubuhku keatas untuk menindihnya. Dia kemudian memegang kepalaku dan kemudian memagut bibirku. Dia nafsu sekali mencium bibirku yang penuh dengan lendir nya tersebut.
Akupun terangsang hebat. Aku membalas ciumannya. Tanganku meraba-raba payudaranya yang kenyal itu. Penisku tegang penuh karena ciuman itu.
Kami berciuman sangat hebat, “clop..clop…clop” bunyi diantara ciuman saling sedot kami. Tangan mba Meta memegang penisku dan mengocok perlahan. Nikmat sekali, tapi aku lebih bisa mengendalikan diri sekarang.
“Putra, masukin ya sekarang, mba udah gak tahan !” ujarnya sambil menatapku dengan pandangan sayu. Aku sebenarnya tidak mengerti apa yang dia maksud, tapi saat dia menarik penisku kearah nya, aku bergeser kebawah sedikit karena perbedaan tinggi kami.
Mba Meta mengarahkan penisku ke nya, kemudian menggesek-gesekkan kepala penisku di bibir vaginanya. Tak lama kemudian dia menarik penisku untuk masuk lebih dalam, secara reflek aku mendorong pinggulku. Perlahan penisku masuk kenya. Akh.. nikmat sekali memasukkan penis ke lobang licin yang menjepit itu.
Mba Meta menekan pantatku sampai penisku amblas masuk ke nya semua. Kemudian dia menahan pantatku. Aku melihat wajahnya. Matanya dipejamkan dengan kepala agak dimiringkan kekanan, aduh seksinya. Kemudian aku mulai merasa penisku seperti diurut-urut oleh jari-jari kecil didalam nya. tdak terbayang kenikmatan saat itu.
Mba kemudian menggerak-gerakkan pinggulnya sehingga penisku keluar masuk nya sedikit. Sensasi kenikmatannya lebih dahsyat dari urutan nya tadi. “Putra gerakin dong burungnya” pintanya memelas tapi tidak menghentikan goyangan pinggulnya.
Aku mulai menggoyangkan pinggulku mengikuti gerakkannya. Sekarang penisku keluar masuk nya lebih banyak. “Akh…akhh… akhh…” lenguhnya sambil menggoyangkan kepala kekiri kekanan.
Mukaku yang berada didepan lehernya menciumi dan menjilati leher mba Meta dengan sangat bernafsu.Aku lengkungkan badanku, kemudian aku penyedot pentil payudara kirinya. Badannya ikut melengkung dan bergetar hebat. Aku pindah ke payudara kanannya, dia melenguh hebat “Akkhhh…” kemudian menggigit bibir bawahnya.
Setelah beberapa menit kami dalam posisi tersebut, kemudian mba Meta bangkit “Putra gantian ya, kamu dibawah, supaya lebih enak”.
Aku setuju saja, kemudian aku tidur terlentang. Penisku berdiri menantang.
Kemudian mba Meta jongkok diselangkanganku. Dia memegang penisku, mengarahkan kenya yang dia turunkan. Bless… penisku masuk seluruhnya kenya. Mba Meta kemudian menjajarkan tubuhnya dengan tubuhku. Dia kemudian tersenyum padaku “Putra kamu hebat banget, kamu udah ngegagahin aku” katanya lirih menggoda. Kemudian dia memagut bibirku.
Perlahan dia menggoyangkan pinggulnya, dan aku juga berusaha menggarakkan pinggulku, tapi agak susah. Akhirnya aku cuma diam meremasi payudaranya.
Ciuman kami lepas saat goyangannya makin kencang. “Agh.. akh.. agh..”
pekiknya setengah berteriak. Goyangan mba Meta makin kencang, sesekali dia memutar kepalanya untuk meyibak rambutnya yang jatuh kebawah.
“Akh..akh… akh..AGGHHHHHH…” tiba-tiba tubuhnya menegang. Dia menekan nya ke penisku. Gerakkannya terhenti. Matanya terpejam. Setelah beberapa lama dia membuka matanya kemudian berkata “Ahh…. Putra enak bangetth..” dengan nafas terengal-engal. Kemudian tubuhnya amburk ketubuhku.
Aku yang belum puas coba menggerakkan pinggulku. nya terasa jauh lebih licin dari sebelumnya. Cairannya makin banyak.
“Kamu belum puas ya ??” tanyanya sambil memandangku dengan wajah puas.
“Iya mba, sedikit lagi” jawabku.Kemudian mba Meta bergeser, kemudian tidur terlentang. Kemudian dia membuka selangkangannya lebar. Aku mengerti maksudnya, kemudian aku memposisikan tubuhku diantara selangkangannya.
Aku mengarahkan penisku ke nya dan menekannya masuk. “Hgkh..” pekiknya saat penisku masuk.
“Putra yang cepet ya..” katanya lirih. “Udah gak enak lagi ya mba ?” tanyaku.
“Masih enak, tapi mba capek banget” jawabnya lirih.Aku menggoyangkan pinggulku dan memusatkan untuk mengejar kepuasanku. Tak lama kemudian aku merasa ada yang ingin keluar dari penisku, aku menekan penisku dalam-dalam kenya dan mengeluarkan spermaku banyak-banyak didalam nya.
Aku mencabut penisku, dia terseyum lebar. Kemudian kami tidur saling berpelukan. Semenjak itu setiap ada kesempatan aku dan mba Meta selalu melakukan hubungan sex.
Dari pintu tengah muncul perempuan muda, mirip dengan Dedeh. Wajahnya memerah dengan senyum
yang bergairah. Rupanya perempuan ini yang mengintip perbuatan keduanya dan tak dapat
menahan hasrat atas apa yang disaksikan, hingga menerobos masuk untuk nimbrung.
" Maaf ya De, Iis tidak tahan ngeliatnya " katanya sambil mendekati keduanya.
" Eh Iis, ada apa ?" tanya Dedeh gugup sambil terus merapikan pakaiannya.
" Ah kamu, jangan malu-malu. Iis sudah lihat dari tadi " katanya lagi
Adi bengong melihat semuanya. Seorang perempuan, sangat mirip Dedeh, berada dihadapannya.
" Eh De, punya pacar tidak bilang-bilang. Siapa ini ?" tanya perempuan yang dipanggil Iis
sambil melirik Adi dan tersenyum menggoda.
" Ini den Adi, keponakannya teteh Karta" jawab Dedeh " Jangan bilang kang Sudin ya"
" Oh, pantes ganteng, ngga heran Dede kepincut " kata Iis menggoda
" Maaf ya den, ini Iis saudara kembar saya saya" kata Dedeh menerangkan.
"Ya ya…" ucap Adi baru mengerti, pantas mirip.
" Maaf ya den, bikin kaget. Habis permainan
aden dan Dede seru sekali, saya jadi ngga tahan" kata Iis tanpa malu-malu.
" Eh…ngga apa-apa " jawab Adi gugup.
Dedeh segera menarik Iis ke kamar dan berbicara serius. Tak lama Dedeh keluar dengan wajah
memerah dan mendekati Adi.
" Maaf ya den, Iis kepingin juga main dengan
Aden" kata Dedeh sambil menunduk.
" Hah " Adi sedikit kaget " suaminya dimana ?"
" Iis janda " jawab Dedeh
" Oh begitu " kata Adi ragu.
Berarti dia harus melayani dua perempuan sekaligus, kembar lagi,pikirnya.
" Kamu sendiri bagaimana, keberatan tidak ?" tanya Adi
" Itu sih terserah Aden" kata Dedeh
" Boleh deh, tapi kamu ikut juga " kata Adi
" Maksud aden ?" tanya Dedeh tak mengerti
" Iya kita main bertiga" kata Adi lagi
" Bertiga, bagaimana caranya" tanya Dedeh lagi
" Gampang De, bisa diatur " celetuk Iis yang menguping pembicaraan mereka.
" Ayo den " ajak Iis tak sabar dan tanpa malu-malu segera membuka pakaiannya.
Tidak berbeda dengan Dedeh, Iis juga berkulit putih bersih. Hanya tubuhnya sedikit lebih
tinggi. Tapi wajahnya memang mirip Dedeh, bak pinang dibelah dua. Dan ketika Iis telah
telanjang bulat, maka sama seksinya dengan Dedeh. Buahdadanya padat berisi dengan puting
susu yang kecoklatan, pinggangnya ramping, pinggulnya montok dengan bulu jembut dipangkal
pahanya hitam lebat dan keriting.
Adi menelan ludah, tidak terbayangkan sebelumnya harus bercinta dengan dua perempuan kembar
sekaligus.
Iis ternyata lebih agresif dari Dedeh. Didekatinya Adi dan langsung mengulum bibir pemuda
itu dengan bernafsu membuat Adi sedikit gelagapan dan mencoba mengimbangi. Maka keduanya
terlibat dalam cumbuaan yang bergelora disaksikan Dedeh yang masih tertegun.
Pengalaman hari ini benar-benar luar biasa bagi Dedeh. Pertama kali ia tidur dengan lelaki
lain yang bukan suaminya dan mendapatkan kenikmatan yang menggetarkan. Sekarang ia
menyaksikan saudara kembarnya sedang bergelut mesra dengan Adi. Baru pertama itu dia
menyaksikan perempuan dan lelaki bercinta, didepan matanya pula.
Tanpa sadar ia menyimak semua perbuatan mereka dengan gairah yang perlahan bangkit. Iis
memang lebih punya pengalaman dengan lelaki. Ia telah kawin cerai dua kali. Sedangkan tidur
atau selingkuh dengan lelaki lain entah sudah berapa banyak. Karena itu Iis lebih aktif
dan tahu bagaimana mencumbui lelaki dan memberikan rangsangan bagi pasangannya dan dirinya.
Kini mulutnya mulai merambahi dada Adi yang telah terlentang pasrah, sementara tangannya
telah meremasi batang ****** besar yang telah tegang itu. Jilatan lidahnya didada Adi
memberikan rangsangan yang nikmat bagi pemuda itu. apalagi ketika mulutnya semakin turun
kebawah , keperutnya terus kepangkal pahanya.
Adi merem-melek keenakan ketika batang nya mulai dijilati mulut Iis dengan penuh
nafsu. Kuluman dan jilatan mulut Iis memang jauh lebih pintar dari Dedeh yang masih amatiran.
Apalagi ketika Iis mengajak Dedeh untuk ikut nimbrung menjilati batang ****** yang semakin
tegang mengeras itu.
Dengan patuh Dedeh, yang juga telah dilanda nafsu, mengikuti ajakan Iis. Maka batang ******
itu kini dikerubuti oleh jilatan dan kuluman mulut dua perempuan kembar. Iis seperti
mengajari Dedeh bagaimana caranya memperlakukan kemaluan lelaki. Karena sehabis ia
melakukan gerakan tertentu dengan mulutnya, disuruhnya Dedeh melakukan hal yang sama.
Sehingga batang ****** Adi secara bergantian dikulum, dijilat dan dihisap oleh mulut kedua
perempuan kembar itu. Adi benar-benar merasakan kenikmatan diperlakukan seperti itu,
tubuhnya bergetar menahan rangsangan yang sedang melandanya.
Sementara itu Adi juga tidak tinggal diam. Kedua tangannya juga mulai merambahi pinggul
kedua perempuan itu yang menungging. Tangannya merambahi belahan kemaluan si kembar yang
juga telah merekah. Dengan jemarinya dirabai bibir kemaluan diantara lembah berbulu lebat
itu. Jari tengahnya disusupkan kedalam lubang yang basah setelah sebelumnya
mengelitiki kelentit yang membuat kedua perempuan itu mengelinjang geli.
"Ayo den terus, enak ah!" desis Iis keenakan.
Ketiganya terus saling merangsangi pasangannya hingga akhirnya Iis menghentikan kulumannya
dan bangkit. Rupanya ia telah sangat bernafsu untuk menuntaskan birahinya. Langsung saja
diatur posisinya sambil berjongkok mengangkangi batang ****** yang tegang dan masih dipegang
Dedeh.
"Oyo De arahkan" pintanya
Diturunkan pinggulnya dan Dedeh dengan patuh mengarahkan batang ****** Adi yang dipegangnya
kelubang Iis yang merekah basah.
Iis segera menekan pinggulnya ketika kepala ****** itu telah tepat didepan lubang nya,
sehingga dengan lancar batang ****** itu terhujam masuk kedalam lubang kenikmatannya.
"Duh bapa !" desisnya merasakan nikmat ketika batang ****** yang besar dan keras itu
mengelorosor masuk kedalam lubang nya yang telah gatal-gatal nikmat.
Adi juga merasakan kenikmatan yang sama dan semakin nikmat ketika Iis mulai mengerakkan
pinggulnya turun naik dengan berirama. Adi mulai bisa merasakan bahwa goyangan Iis memang
lebih pintar tapi lubang Iis terasa lebih longgar dibandingkan punya Dedeh. Mungkin
karena Iis telah tidur dengan banyak lelaki sehingga lubangnya terasa lebih besar.
Tidak demikian dengan Iis hujaman batang ****** Adi dirasakan cukup besar dan keras sehingga
mendatangkan kenikmatan yang sangat.
Tubuh Iis menghentak-hentak bagaikan penunggang kuda liar. Ditariknya Dedeh yang bengong
agar menempatkan selangkangannya diatas mulut Adi untuk dijilati.
Maka kembali ketiganya terlibat dalam pertandingan yang seru dan nikmat. Adi sambil
celantang menikmati batang nya yang keluar masuk Iis sambil mulutnya mulai
menjilati lubang Dedeh yang setengah berjongkok dengan kedua paha yang mengangkang.
Sementara mulut Dedeh ikut pula melumati puting buah dada Iis yang montok.
Hujaman ****** Adi di lubang nya dirasakan sangat nikmat oleh Iis, entah karena sudah
cukup lama tidak melakukan senggama atau memang karena ****** itu panjang dan besar.
Sehingga makin lama gerakan dan goyangan pinggul Iis makin menggila karena dirasakan puncak
syahwatnya semakin dekat. Akhirnya dengan gerakan yang menghentak ditekannya pinggulnya
kebawah sehingga batang ****** itu menghujam sedalam-dalamnya kedalam lubang nya.
"Duhh…!….ahhhh! " pekiknya panjang ketika dirasakan sesuatu berdesir didalam lubang nya
dan mendatangkan kenikmatan yang luar biasa.
Tubuhnya terasa lunglai dan ambruk mendekap tubuh Dedeh yang masih menjilati buah dadanya.
"Aduh De enaknya.." desisnya.
"Sudah keluar Is?" tanya Dedeh yang dijawab Iis dengan anggukkan.
""Ayo atuh gantian, Dede juga sudah mau lagi" kata Dedeh tidak malu-malu lagi.
Iis sebenarnya masih mau melanjutkan gerakannya karena dirasakan batang ****** Adi yang
masih terhujam di lubang nya masih terasa mengacung.
"Silakan" kata Iis sambil bangkit dan terlepaslah pertautan kemaluan mereka.
Memang batang ****** Adi masih keras mengacung. Rupanya kondisi Adi masih fit biarpun telah
bertempur dengan dua perempuan. Kini ia ingin cari posisi lain, disuruhnya Dedeh menungging
dan disodok dari belakang.
Pinggul Dedeh yang putih mulus dan montok mendongak keatas dengan belahan jembutnya yang
berbulu lebat mengintip diantara pangkal pahanya. Adi menelan ludah melihat pemandangan itu.
Sambil mengelus-elus batang nya didekati pinggul perempuan itu yang sudah menunggu.
Diarahkan batang nya kebelahan yang terjepit diantara paha yang juga putih mulus.
Dengan dorongan lembut dimasukan batang nya kedalam lubang itu. terasa sempit
karena dengan posisi itu lubang itu terjepit kedua paha.
"Ah….!" Desis Dedeh ketika dirasakan batang ****** yang besar dan tegang menyelusup kedalam
lubang nya.
Dengan memegang pinggul gadis itu perlahan digerakkan pinggulnya sehingga batang nya
mundur maju dibalam lubang yang masih terasa sempit itu. Dedeh menggigit bibirnya
merasakan nikmat demikian juga dengan Adi, gesekan batang nya didalam lubang
itu mendatang sensasi yang luar biasa.
Adi mengerakkan pinggulnya semakin cepat dan berirama. Tubuh Dedeh ikut terguncang-guncang
mengikuti gerakan itu.
"Ah …Den, terussss Den" desis Dedeh semakin bernafsu.
Sementara itu Iis juga mulai bernafsu lagi menyaksikan adegan yang tengah berlangsung,
dengan perlahan ditempatkan tubuhnya dibawah tubuh Dedeh dengan kepalanya berada diantara
paha Dedeh sedangkan pangkal pahanya yang mengangkang dibawah muka Dedeh untuk dijilati.
Tangan Iis merabai selangkangan Adi dan mengusap-usap biji pelernya serta merabai bibir
kemaluan Dedeh yang sedang di hujami batang ****** Adi. Sementara Dedeh telah pula
menjilati selangkangan Iis terutama bibir nya yang ditutupi rimbunan bulu jembut.
Kembali ketiganya bertarung mancari kenikmatan. Adi berpikir berarti sehabis Dedeh, dia
harus melayani Iis yang sudah mulai birahi lagi. Gila, pikirnya. Tapi ia yakin sanggup
mengatasinya. Memang semangat mudanya membuatnya semakin penuh keyakinan untuk melakukannya.
Maka goyangannya semakin cepat saja.
Dan Dedeh juga merasakan semakin nikmat, apalagi kelentitnya yang dirabai Iis membuatnya
semakin naik birahi. Hingga akhirnya sesuatu mendesir didalam kemaluannya.
"Ah……uhh….ahhh!" pekiknya kesetanan merasakan orgasme yang kesekian kali di pagi ini. Adi
tahu Dedeh sudah klimaks tapi dirinya belum merasakan.
"Gantian De, ku sudah gatel lagi" pinta Iis. Dedeh faham dan Adi mencabut batang
nya.
"Ayo Den, tuntaskan " pinta Iis masih terbaring dengan kedua kaki mengangkang. Adi segera
mengatur posisi diatasnya dan langsung menghujamkan batang nya ke lubang Iis
yang telah menganga.
"Ahh ..!" desisinya sambil mendekap tubuh Adi erat.
Kembali keduanya berpacu penggapai nikmat masing-masing. Adi dengan hentakan-hentakan keras
mengerakkan pinggulnya maju mundur menghujamankan batang nya kedalam liang Iis.
"Ayo den, tancap terus." Desah Iis menikmati hujaman Adi yang secara perlahan merasakan
bahwa batang nya semakin keras dan sensitif.
Demikin juga dengan Iis, lubang nya semakin licin dan nikmat. Nampaknya keduanya akan
segera mencapai puncak. Mereka berpacu semakin binal dan liar. Keduanya ingin menuntaskan
permainan dengan kenikmatan yang setinggi-tingginya.
Hingga akhirnya Iis mendekap keras tubuh Adi sambil melenguh kenikmatan dan bersamaan
dengan itu Adi juga mengerang.
"….!…..!….!"
"Ahhhh….ahhh! " desis Adi
"Duh bapa, enak sekali" desis Iis hampir bersamaan.
Tubuh keduanya meregang tapi berdekapan erat. Keringat bercucuran dan bersatu. Tuntas sudah
pertempuran segi tiga di pagi itu.
yang bergairah. Rupanya perempuan ini yang mengintip perbuatan keduanya dan tak dapat
menahan hasrat atas apa yang disaksikan, hingga menerobos masuk untuk nimbrung.
" Maaf ya De, Iis tidak tahan ngeliatnya " katanya sambil mendekati keduanya.
" Eh Iis, ada apa ?" tanya Dedeh gugup sambil terus merapikan pakaiannya.
" Ah kamu, jangan malu-malu. Iis sudah lihat dari tadi " katanya lagi
Adi bengong melihat semuanya. Seorang perempuan, sangat mirip Dedeh, berada dihadapannya.
" Eh De, punya pacar tidak bilang-bilang. Siapa ini ?" tanya perempuan yang dipanggil Iis
sambil melirik Adi dan tersenyum menggoda.
" Ini den Adi, keponakannya teteh Karta" jawab Dedeh " Jangan bilang kang Sudin ya"
" Oh, pantes ganteng, ngga heran Dede kepincut " kata Iis menggoda
" Maaf ya den, ini Iis saudara kembar saya saya" kata Dedeh menerangkan.
"Ya ya…" ucap Adi baru mengerti, pantas mirip.
" Maaf ya den, bikin kaget. Habis permainan
aden dan Dede seru sekali, saya jadi ngga tahan" kata Iis tanpa malu-malu.
" Eh…ngga apa-apa " jawab Adi gugup.
Dedeh segera menarik Iis ke kamar dan berbicara serius. Tak lama Dedeh keluar dengan wajah
memerah dan mendekati Adi.
" Maaf ya den, Iis kepingin juga main dengan
Aden" kata Dedeh sambil menunduk.
" Hah " Adi sedikit kaget " suaminya dimana ?"
" Iis janda " jawab Dedeh
" Oh begitu " kata Adi ragu.
Berarti dia harus melayani dua perempuan sekaligus, kembar lagi,pikirnya.
" Kamu sendiri bagaimana, keberatan tidak ?" tanya Adi
" Itu sih terserah Aden" kata Dedeh
" Boleh deh, tapi kamu ikut juga " kata Adi
" Maksud aden ?" tanya Dedeh tak mengerti
" Iya kita main bertiga" kata Adi lagi
" Bertiga, bagaimana caranya" tanya Dedeh lagi
" Gampang De, bisa diatur " celetuk Iis yang menguping pembicaraan mereka.
" Ayo den " ajak Iis tak sabar dan tanpa malu-malu segera membuka pakaiannya.
Tidak berbeda dengan Dedeh, Iis juga berkulit putih bersih. Hanya tubuhnya sedikit lebih
tinggi. Tapi wajahnya memang mirip Dedeh, bak pinang dibelah dua. Dan ketika Iis telah
telanjang bulat, maka sama seksinya dengan Dedeh. Buahdadanya padat berisi dengan puting
susu yang kecoklatan, pinggangnya ramping, pinggulnya montok dengan bulu jembut dipangkal
pahanya hitam lebat dan keriting.
Adi menelan ludah, tidak terbayangkan sebelumnya harus bercinta dengan dua perempuan kembar
sekaligus.
Iis ternyata lebih agresif dari Dedeh. Didekatinya Adi dan langsung mengulum bibir pemuda
itu dengan bernafsu membuat Adi sedikit gelagapan dan mencoba mengimbangi. Maka keduanya
terlibat dalam cumbuaan yang bergelora disaksikan Dedeh yang masih tertegun.
Pengalaman hari ini benar-benar luar biasa bagi Dedeh. Pertama kali ia tidur dengan lelaki
lain yang bukan suaminya dan mendapatkan kenikmatan yang menggetarkan. Sekarang ia
menyaksikan saudara kembarnya sedang bergelut mesra dengan Adi. Baru pertama itu dia
menyaksikan perempuan dan lelaki bercinta, didepan matanya pula.
Tanpa sadar ia menyimak semua perbuatan mereka dengan gairah yang perlahan bangkit. Iis
memang lebih punya pengalaman dengan lelaki. Ia telah kawin cerai dua kali. Sedangkan tidur
atau selingkuh dengan lelaki lain entah sudah berapa banyak. Karena itu Iis lebih aktif
dan tahu bagaimana mencumbui lelaki dan memberikan rangsangan bagi pasangannya dan dirinya.
Kini mulutnya mulai merambahi dada Adi yang telah terlentang pasrah, sementara tangannya
telah meremasi batang ****** besar yang telah tegang itu. Jilatan lidahnya didada Adi
memberikan rangsangan yang nikmat bagi pemuda itu. apalagi ketika mulutnya semakin turun
kebawah , keperutnya terus kepangkal pahanya.
Adi merem-melek keenakan ketika batang nya mulai dijilati mulut Iis dengan penuh
nafsu. Kuluman dan jilatan mulut Iis memang jauh lebih pintar dari Dedeh yang masih amatiran.
Apalagi ketika Iis mengajak Dedeh untuk ikut nimbrung menjilati batang ****** yang semakin
tegang mengeras itu.
Dengan patuh Dedeh, yang juga telah dilanda nafsu, mengikuti ajakan Iis. Maka batang ******
itu kini dikerubuti oleh jilatan dan kuluman mulut dua perempuan kembar. Iis seperti
mengajari Dedeh bagaimana caranya memperlakukan kemaluan lelaki. Karena sehabis ia
melakukan gerakan tertentu dengan mulutnya, disuruhnya Dedeh melakukan hal yang sama.
Sehingga batang ****** Adi secara bergantian dikulum, dijilat dan dihisap oleh mulut kedua
perempuan kembar itu. Adi benar-benar merasakan kenikmatan diperlakukan seperti itu,
tubuhnya bergetar menahan rangsangan yang sedang melandanya.
Sementara itu Adi juga tidak tinggal diam. Kedua tangannya juga mulai merambahi pinggul
kedua perempuan itu yang menungging. Tangannya merambahi belahan kemaluan si kembar yang
juga telah merekah. Dengan jemarinya dirabai bibir kemaluan diantara lembah berbulu lebat
itu. Jari tengahnya disusupkan kedalam lubang yang basah setelah sebelumnya
mengelitiki kelentit yang membuat kedua perempuan itu mengelinjang geli.
"Ayo den terus, enak ah!" desis Iis keenakan.
Ketiganya terus saling merangsangi pasangannya hingga akhirnya Iis menghentikan kulumannya
dan bangkit. Rupanya ia telah sangat bernafsu untuk menuntaskan birahinya. Langsung saja
diatur posisinya sambil berjongkok mengangkangi batang ****** yang tegang dan masih dipegang
Dedeh.
"Oyo De arahkan" pintanya
Diturunkan pinggulnya dan Dedeh dengan patuh mengarahkan batang ****** Adi yang dipegangnya
kelubang Iis yang merekah basah.
Iis segera menekan pinggulnya ketika kepala ****** itu telah tepat didepan lubang nya,
sehingga dengan lancar batang ****** itu terhujam masuk kedalam lubang kenikmatannya.
"Duh bapa !" desisnya merasakan nikmat ketika batang ****** yang besar dan keras itu
mengelorosor masuk kedalam lubang nya yang telah gatal-gatal nikmat.
Adi juga merasakan kenikmatan yang sama dan semakin nikmat ketika Iis mulai mengerakkan
pinggulnya turun naik dengan berirama. Adi mulai bisa merasakan bahwa goyangan Iis memang
lebih pintar tapi lubang Iis terasa lebih longgar dibandingkan punya Dedeh. Mungkin
karena Iis telah tidur dengan banyak lelaki sehingga lubangnya terasa lebih besar.
Tidak demikian dengan Iis hujaman batang ****** Adi dirasakan cukup besar dan keras sehingga
mendatangkan kenikmatan yang sangat.
Tubuh Iis menghentak-hentak bagaikan penunggang kuda liar. Ditariknya Dedeh yang bengong
agar menempatkan selangkangannya diatas mulut Adi untuk dijilati.
Maka kembali ketiganya terlibat dalam pertandingan yang seru dan nikmat. Adi sambil
celantang menikmati batang nya yang keluar masuk Iis sambil mulutnya mulai
menjilati lubang Dedeh yang setengah berjongkok dengan kedua paha yang mengangkang.
Sementara mulut Dedeh ikut pula melumati puting buah dada Iis yang montok.
Hujaman ****** Adi di lubang nya dirasakan sangat nikmat oleh Iis, entah karena sudah
cukup lama tidak melakukan senggama atau memang karena ****** itu panjang dan besar.
Sehingga makin lama gerakan dan goyangan pinggul Iis makin menggila karena dirasakan puncak
syahwatnya semakin dekat. Akhirnya dengan gerakan yang menghentak ditekannya pinggulnya
kebawah sehingga batang ****** itu menghujam sedalam-dalamnya kedalam lubang nya.
"Duhh…!….ahhhh! " pekiknya panjang ketika dirasakan sesuatu berdesir didalam lubang nya
dan mendatangkan kenikmatan yang luar biasa.
Tubuhnya terasa lunglai dan ambruk mendekap tubuh Dedeh yang masih menjilati buah dadanya.
"Aduh De enaknya.." desisnya.
"Sudah keluar Is?" tanya Dedeh yang dijawab Iis dengan anggukkan.
""Ayo atuh gantian, Dede juga sudah mau lagi" kata Dedeh tidak malu-malu lagi.
Iis sebenarnya masih mau melanjutkan gerakannya karena dirasakan batang ****** Adi yang
masih terhujam di lubang nya masih terasa mengacung.
"Silakan" kata Iis sambil bangkit dan terlepaslah pertautan kemaluan mereka.
Memang batang ****** Adi masih keras mengacung. Rupanya kondisi Adi masih fit biarpun telah
bertempur dengan dua perempuan. Kini ia ingin cari posisi lain, disuruhnya Dedeh menungging
dan disodok dari belakang.
Pinggul Dedeh yang putih mulus dan montok mendongak keatas dengan belahan jembutnya yang
berbulu lebat mengintip diantara pangkal pahanya. Adi menelan ludah melihat pemandangan itu.
Sambil mengelus-elus batang nya didekati pinggul perempuan itu yang sudah menunggu.
Diarahkan batang nya kebelahan yang terjepit diantara paha yang juga putih mulus.
Dengan dorongan lembut dimasukan batang nya kedalam lubang itu. terasa sempit
karena dengan posisi itu lubang itu terjepit kedua paha.
"Ah….!" Desis Dedeh ketika dirasakan batang ****** yang besar dan tegang menyelusup kedalam
lubang nya.
Dengan memegang pinggul gadis itu perlahan digerakkan pinggulnya sehingga batang nya
mundur maju dibalam lubang yang masih terasa sempit itu. Dedeh menggigit bibirnya
merasakan nikmat demikian juga dengan Adi, gesekan batang nya didalam lubang
itu mendatang sensasi yang luar biasa.
Adi mengerakkan pinggulnya semakin cepat dan berirama. Tubuh Dedeh ikut terguncang-guncang
mengikuti gerakan itu.
"Ah …Den, terussss Den" desis Dedeh semakin bernafsu.
Sementara itu Iis juga mulai bernafsu lagi menyaksikan adegan yang tengah berlangsung,
dengan perlahan ditempatkan tubuhnya dibawah tubuh Dedeh dengan kepalanya berada diantara
paha Dedeh sedangkan pangkal pahanya yang mengangkang dibawah muka Dedeh untuk dijilati.
Tangan Iis merabai selangkangan Adi dan mengusap-usap biji pelernya serta merabai bibir
kemaluan Dedeh yang sedang di hujami batang ****** Adi. Sementara Dedeh telah pula
menjilati selangkangan Iis terutama bibir nya yang ditutupi rimbunan bulu jembut.
Kembali ketiganya bertarung mancari kenikmatan. Adi berpikir berarti sehabis Dedeh, dia
harus melayani Iis yang sudah mulai birahi lagi. Gila, pikirnya. Tapi ia yakin sanggup
mengatasinya. Memang semangat mudanya membuatnya semakin penuh keyakinan untuk melakukannya.
Maka goyangannya semakin cepat saja.
Dan Dedeh juga merasakan semakin nikmat, apalagi kelentitnya yang dirabai Iis membuatnya
semakin naik birahi. Hingga akhirnya sesuatu mendesir didalam kemaluannya.
"Ah……uhh….ahhh!" pekiknya kesetanan merasakan orgasme yang kesekian kali di pagi ini. Adi
tahu Dedeh sudah klimaks tapi dirinya belum merasakan.
"Gantian De, ku sudah gatel lagi" pinta Iis. Dedeh faham dan Adi mencabut batang
nya.
"Ayo Den, tuntaskan " pinta Iis masih terbaring dengan kedua kaki mengangkang. Adi segera
mengatur posisi diatasnya dan langsung menghujamkan batang nya ke lubang Iis
yang telah menganga.
"Ahh ..!" desisinya sambil mendekap tubuh Adi erat.
Kembali keduanya berpacu penggapai nikmat masing-masing. Adi dengan hentakan-hentakan keras
mengerakkan pinggulnya maju mundur menghujamankan batang nya kedalam liang Iis.
"Ayo den, tancap terus." Desah Iis menikmati hujaman Adi yang secara perlahan merasakan
bahwa batang nya semakin keras dan sensitif.
Demikin juga dengan Iis, lubang nya semakin licin dan nikmat. Nampaknya keduanya akan
segera mencapai puncak. Mereka berpacu semakin binal dan liar. Keduanya ingin menuntaskan
permainan dengan kenikmatan yang setinggi-tingginya.
Hingga akhirnya Iis mendekap keras tubuh Adi sambil melenguh kenikmatan dan bersamaan
dengan itu Adi juga mengerang.
"….!…..!….!"
"Ahhhh….ahhh! " desis Adi
"Duh bapa, enak sekali" desis Iis hampir bersamaan.
Tubuh keduanya meregang tapi berdekapan erat. Keringat bercucuran dan bersatu. Tuntas sudah
pertempuran segi tiga di pagi itu.
Ketika olah raga seperti biasanya ia memakai celana training. Sambil menunggu anakku aku memperhatikan ia yang sedang olah raga bersama murid-murid kelas dua. Begitu aku memperhatikan diantara selangkangannya aku lihat tonjolan yang memanjang dan besar. Aku berkata dalam hatiku, wuh panjang dan besar sekali barangnya.
“Wah, tukang urut yang memanjangkan dan membesarkan itu banyak yang bohong,” kata suamiku.
“Ada yang bener, Pak. Ada teman saya berhasil dari 13 menjadi 17 cm dan menjadi besar lagi,” kata Pak Jono berusaha meyakinkan.
“Pak Jono pernah nyoba enggak?” tanya suamiku selanjutnya.
“Saya tidak perlu karena punya saya sudah sangat panjang dan besar. Panjangnya 19 cm dan besarnya 4,5 inch,” jawab Pak Jono sambil tertawa. “Kalau punya bapak berapa?”
“Punya saya panjangnya 12 cm besarnya 2,5 inch.”
Mendengar obrolan suamiku dan Pak Jono aku berkata dalam hatiku.
“Wuh… besar dan panjang sekali punya Pak Jono, pantesan tonjolannya panjang dan besar dan itu belum bangun. Apalagi kalau barangnya sudah bangun.”
Setelah suamiku menawarkan untuk diurut oleh Pak Jono, hatiku tidak karuan, membayangkan bermacam-macam, bercampur takut dan ingin merasakan sesuatu. Karena memang aku jarang menemukan kepuasan dengan suami. Selain punya suamiku lemes, barang kecil dan pendek dan tidak tahan lama.
Hampir-hampir setiap malam aku membayangkan penis punya Pak Jono. Aku berkata dalam hati, barang Pak Jono pasti kehitam-hitaman, besar dan panjang. Biasanya orang yang agak hitam itu kuat, mana badannya tinggi, besar dan kekar. Pokoknya sangat jantan. Kayak apa kalau badan yang besar itu menindiku dan memelukku keras-keras, sementara badanku langsing seperti ini, dan tinggiku hanya 155 cm. Apa kuat aku ditindih badan raksasa itu. Apa bisa masuk barang sebesar itu ke lobangku yang kecil ini. Apa tidak mentok kesakitan bila barang yang keras dan panjang ditekan ke lobangku dengan tenaga yang raksasa. Pokoknya aku membayangkan antara takut dan ingin merasakan.
Kata teman-temanku barang gede dan panjang itu sangat nikmat sekali. Saking nikmatnya, katanya sampai ngeyut ke ubun-ubun.
Pak Jono mulai menyingkap pelan-pelan sarungku sampai di bawah sedikit pinggulku. Ketika Pak Jono mengurut pahaku sampai ke selangkanganku, aku merintih dengan suara pelan-pelan takut kedengaran suamiku. Pak Jono pun terasa meningkat rangsangannya terasa dari sentuhan tangannya yang kadang-kadang mengurut sambil mengelus dan meremas pahaku apalagi ketika sampai di selangkanganku.
Semakin timbul sensasi yang luar biasa ketika Pak Jono membuka kain sarungku di bagian atas pinggulku dan memelorotin cdku sedikit ke bawah. Kini ia mulai mengurut sambil meremas-remas pinggulku, dan rangsanganku semakin tinggi, aku merintih dengan suara pelan. Dan Pak Jono tahu kalau merangsang, aku juga tahu kalau Pak jono juga merangsang.
Aku berkata dalam hatiku: sebelum aku diurut dalam posisi terlentang, aku akan pamit sama Pak Jono untuk buang air kecil sambil aku ingin melihat apakah suami sudak tertidur atau belum.
Ketika Pak Jono menyuruhku terlentang, aku berkata kepadanya: “Aku mau ke kamar mandi dulu untuk buang air kecil.”
Kini aku terlentang di hadapan Pak Jono. Dan Pak Jono tidak was-was lagi ia membuka sarungku sampai ke selangkanganku. Aku memenjamkan mata sambil menggigit bibirku.
Kini Pak Jono tidak memijat lagi tetapi ia mengelus-elus dan meremas-rema pahaku dengan gemesnya. Kini ia melihat bulu jembutku dan mengelus-elus bibir vaginaku, dan semakin tidak tahan rasanya aku ingin memegang barangnya Pak Jono sambil penasaran tapi malu. Pak Jono semakin berani menusukkan jarinya ke lobang vaginaku yang sudah membasah dengan ledir.
Aku mulai memberanikan diri meraba selangkangan Pak Jono. Dan Pak Jono membuka resleting celananya. Sambil aku melirik ke selangkangannya, Pak Jono mengeluarkan rudalnya. Aku terkejut astaga besar dan panjang sekali. Warnanya kehitam-hitaman, nampak urat-uratnya mengeras, dan kepala rudal jauh lebih besar lagi dari batangnya. Aku menggenggamnya tapi genggamanku tidak muat saking besar.
Sambil mengelus-elusnya, aku bayangkan kalau rudal yang kepalanya sangat besar ini dimasukkan ke lobangku. Apakah tidak robek lobang vaginaku dan jebol lobang rahimku. Sensasiku semakin meningkat. Perasaanku bercampur ingin menikmati dan takut robek dan jebol.
Pak Jono kini semakin ganas mengocok lobang vaginaku dengan jarinya, dan aku sangat ingin ditindihi dan disetubuhi tapi takut kalau suami bangun kalau mendengar jeritanku. Sambil mengocok Pak Jono menciumi pipiku. Pelan-pelan ia lalu mengecup bibirku, semakin lama ia semakin ganas mencipoki, aku pun terangsang berat.
Kemudian ia memelukku dan menindihku sambil berusaha menyingkap sela-sela samping CD-ku untuk memasukkan rudalnya, tapi tidak berhasil masuk. Kemudian ia menekan lagi.
“Aduh…” jeritku sambil menggigit bibirku tidak tahan.
Tekanan kedua kalinya ini tidak berhasil memasukkan rudalnya ke lobang vaginaku. Kemudian ia menekan lagi dengan tenaga yang super keras dan hampir masuk, tapi terdengar suara suamiku mengegok. Pak Jono dan aku pun kaget terbangun dan menutupkan sarungku ke seluruh tubuh. Dan aku mengakhiri pijetan.
ku memakai sarung dan kaos yang tipis, tanpa memakai CD dan BH, karena aku membayangkan sebentar lagi aku akan melakukan hubungan badan yang luar biasa.
“Gaya apa saja malam ini yang akan dilakukan oleh Pak Jono terhadapku?” tanyaku dalam hati sambil berganti pakaian. Kusemprotkan parfum yang istimewa ke tubuhku.
Aku keluar dari kamar utamaku kemudian duduk dulu di ruang tamu bersama Pak Jono. Pak Jono tersenyum. Aku pun membalas senyumannya dengan memberi isyarat yang ia pahami maksudnya.
Kemudian Pak Jono mengajakku ke kamar tempat urut biasanya. Sepertinya Pak Jono sudah tidak sabar lagi. Aku mulai tengkurep. Pak Jono tidak mengurutku seperti biasanya karena nafsunya yang sudah sangat menggelora.
Ia menyingkap sarungku sampai ke panggulku. Ia mengelus-elus pahaku dan meremas-remas pinggulku. Ia ciumi pahaku dan pinggulku. Aku kini sudah tak berdaya karena lama aku menyimpan nafsu birahi.
“Pak .. malam ini aku ingin benar-benar puas, seperti puasnya perempuan Jepang yang digauli oleh orang hitam di dalam film BF,” rintihku.
Pak Jono dengan nafsu yang menyala-nyala dan ganas bertanya kepadaku.
“Ibu nonton film BF? Bagaimana ceritanya?”
“Laki-lakinya seperti Pak Jono, barangnya sangat besar dan panjang. Ia dengan ganasnya mengocok perempuan Jepang sampai berkali-kali. Ia merintih-rintih, lalu ia tergeletak lemas dengan memperoleh kepuasan yang luar biasa. Pak Jono.. Aku juga malam ini ingin seperti perempuan Jepang itu.”
Kemudian Pak Jono membalikkan tubuhku. Kini aku terlentang, dan Pak Jono dengan mudah membuka sarung. Memang aku sebelumnya tidak memakai CD. Ia mengangkangkan kedua kakikuku, lalu ia menciumi kemaluanku sambil meludahi lobangnya dan meremas-remas payudaraku. Kini aku tak kuasa lagi menahan nafsuku, rasanya ingin meledak.
Pak Jono membuka baju kaosnya dan celana dan CD-nya. Barang Pak Jono luar biasa tegak dan keras, besar dan panjang. Kemudian ia membuka kaosku. Kini kami berdua telanjang bulat dengan sinar yang cukup terang. Sehingga nampak jelas urat-urat kemaluan Pak Jono yang siap menerjang lobang kemaluanku.
Pak Jono merebahkan tubuhnya kemudian memelukku dengan gemes dan mengecup bibirku sambil menggigit-gigitnya, sementara penisnya dijepitkan ke antara kedua pahaku. Terasa hangat di pangkal kedua pahaku sambil barangnya bergerak-gerak. Kini Pak Jono sudah tidak sabar lagi, akupun juga. Pak Jono menindihku.
“Aduh… Pak… berat sekali badan Bapak,” kataku terengah-engah di bawah himpitan tubuhnya.
Pak Jono mengangkangkan pahaku seperti V. Ia meludahi lobangku dan barangnya agar licin dimasukkannya.
Begitu banyak Pak Jono meludahi lobangku sampai meleleh ke pintu lobang anusku. Pak Jono mengarahkan barangnya yang sangat besar, panjang dan keras itu ke lobang vaginaku yang kecil tapi montok. Ia menekannya tapi pertama dan kedua kali tidak berhasil Masuk.
“Aduh.. Pak.. Pelan-pelan, Pak,” jeritku.
“Katanya ingin puas ngerasain keganasan barangku?” Pak Jono berbisik dengan suara terengah-engah.
“Nanti, Pak.. kalau sudah masuk semua. Sekarang pelan-pelan dulu.”
Ketika ia menekan kembali, akhirnya penisnya berhasil menerobos lobang kenikmatanku. Croook… Trooot… Bleees… Kemudian ia menindihiku. Kini tubuh tinggi, besar dan kekar itu menindihi diriku yang kecil mungil. Ia mulai menggenjotku. Mula-mula ia mengayunkan pinggulnya pelan-pelan. Makin lama makin keras dan ganas, sambil menekan. Ketika ia dengan ganasnya menekan penisnya sampai rasanya nyelu dan ngenyut, sambil memelukku dengan gemes dan ganas.
“Aduh.. Pak!” aku berteriak kecil.
Ia terus menggenjotku dengan tenaga yang kuat dan kerasa sampai aku terkentut karena menahan genjotannya. Memang nikmat sekali, nikmat yang luar biasa. Kemudian aku menggelinjang sambil merintih dan menjerit. Sroot… Aku memcapai puncak kenikmatan. Dan Pak Jono kuat sekali, ia belum juga orgasme.
“Udah dulu, Pak…” kataku dengan suaraku terengah-engah.
“Ibu tengkurep. Aku ingin masuk ke lobang belakang. Aku akan keluarkan spermaku di lobang belakangmu,” bisiknya padaku.
Aku mulai tengkurep, dan Pak Jono mulai menindihku. Ia meludahi lobang anusku sambil menusukkan jarinya. Aduh rasanya… Kemudian ia menusukkan rudalnya ke lobang anusku. Setelah empat kali tekan baru bisa masuk. Ia menggenjot dengan ganasnya. Makin lama makin keras kocokan dan genjotannya, lalu muncratlah air hangat ke dalam lobang anusku. Aduh… nikmat lagi walaupun baru saja aku mencapai orgasme.
“Wah, tukang urut yang memanjangkan dan membesarkan itu banyak yang bohong,” kata suamiku.
“Ada yang bener, Pak. Ada teman saya berhasil dari 13 menjadi 17 cm dan menjadi besar lagi,” kata Pak Jono berusaha meyakinkan.
“Pak Jono pernah nyoba enggak?” tanya suamiku selanjutnya.
“Saya tidak perlu karena punya saya sudah sangat panjang dan besar. Panjangnya 19 cm dan besarnya 4,5 inch,” jawab Pak Jono sambil tertawa. “Kalau punya bapak berapa?”
“Punya saya panjangnya 12 cm besarnya 2,5 inch.”
Mendengar obrolan suamiku dan Pak Jono aku berkata dalam hatiku.
“Wuh… besar dan panjang sekali punya Pak Jono, pantesan tonjolannya panjang dan besar dan itu belum bangun. Apalagi kalau barangnya sudah bangun.”
Setelah suamiku menawarkan untuk diurut oleh Pak Jono, hatiku tidak karuan, membayangkan bermacam-macam, bercampur takut dan ingin merasakan sesuatu. Karena memang aku jarang menemukan kepuasan dengan suami. Selain punya suamiku lemes, barang kecil dan pendek dan tidak tahan lama.
Hampir-hampir setiap malam aku membayangkan penis punya Pak Jono. Aku berkata dalam hati, barang Pak Jono pasti kehitam-hitaman, besar dan panjang. Biasanya orang yang agak hitam itu kuat, mana badannya tinggi, besar dan kekar. Pokoknya sangat jantan. Kayak apa kalau badan yang besar itu menindiku dan memelukku keras-keras, sementara badanku langsing seperti ini, dan tinggiku hanya 155 cm. Apa kuat aku ditindih badan raksasa itu. Apa bisa masuk barang sebesar itu ke lobangku yang kecil ini. Apa tidak mentok kesakitan bila barang yang keras dan panjang ditekan ke lobangku dengan tenaga yang raksasa. Pokoknya aku membayangkan antara takut dan ingin merasakan.
Kata teman-temanku barang gede dan panjang itu sangat nikmat sekali. Saking nikmatnya, katanya sampai ngeyut ke ubun-ubun.
Pak Jono mulai menyingkap pelan-pelan sarungku sampai di bawah sedikit pinggulku. Ketika Pak Jono mengurut pahaku sampai ke selangkanganku, aku merintih dengan suara pelan-pelan takut kedengaran suamiku. Pak Jono pun terasa meningkat rangsangannya terasa dari sentuhan tangannya yang kadang-kadang mengurut sambil mengelus dan meremas pahaku apalagi ketika sampai di selangkanganku.
Semakin timbul sensasi yang luar biasa ketika Pak Jono membuka kain sarungku di bagian atas pinggulku dan memelorotin cdku sedikit ke bawah. Kini ia mulai mengurut sambil meremas-remas pinggulku, dan rangsanganku semakin tinggi, aku merintih dengan suara pelan. Dan Pak Jono tahu kalau merangsang, aku juga tahu kalau Pak jono juga merangsang.
Aku berkata dalam hatiku: sebelum aku diurut dalam posisi terlentang, aku akan pamit sama Pak Jono untuk buang air kecil sambil aku ingin melihat apakah suami sudak tertidur atau belum.
Ketika Pak Jono menyuruhku terlentang, aku berkata kepadanya: “Aku mau ke kamar mandi dulu untuk buang air kecil.”
Kini aku terlentang di hadapan Pak Jono. Dan Pak Jono tidak was-was lagi ia membuka sarungku sampai ke selangkanganku. Aku memenjamkan mata sambil menggigit bibirku.
Kini Pak Jono tidak memijat lagi tetapi ia mengelus-elus dan meremas-rema pahaku dengan gemesnya. Kini ia melihat bulu jembutku dan mengelus-elus bibir vaginaku, dan semakin tidak tahan rasanya aku ingin memegang barangnya Pak Jono sambil penasaran tapi malu. Pak Jono semakin berani menusukkan jarinya ke lobang vaginaku yang sudah membasah dengan ledir.
Aku mulai memberanikan diri meraba selangkangan Pak Jono. Dan Pak Jono membuka resleting celananya. Sambil aku melirik ke selangkangannya, Pak Jono mengeluarkan rudalnya. Aku terkejut astaga besar dan panjang sekali. Warnanya kehitam-hitaman, nampak urat-uratnya mengeras, dan kepala rudal jauh lebih besar lagi dari batangnya. Aku menggenggamnya tapi genggamanku tidak muat saking besar.
Sambil mengelus-elusnya, aku bayangkan kalau rudal yang kepalanya sangat besar ini dimasukkan ke lobangku. Apakah tidak robek lobang vaginaku dan jebol lobang rahimku. Sensasiku semakin meningkat. Perasaanku bercampur ingin menikmati dan takut robek dan jebol.
Pak Jono kini semakin ganas mengocok lobang vaginaku dengan jarinya, dan aku sangat ingin ditindihi dan disetubuhi tapi takut kalau suami bangun kalau mendengar jeritanku. Sambil mengocok Pak Jono menciumi pipiku. Pelan-pelan ia lalu mengecup bibirku, semakin lama ia semakin ganas mencipoki, aku pun terangsang berat.
Kemudian ia memelukku dan menindihku sambil berusaha menyingkap sela-sela samping CD-ku untuk memasukkan rudalnya, tapi tidak berhasil masuk. Kemudian ia menekan lagi.
“Aduh…” jeritku sambil menggigit bibirku tidak tahan.
Tekanan kedua kalinya ini tidak berhasil memasukkan rudalnya ke lobang vaginaku. Kemudian ia menekan lagi dengan tenaga yang super keras dan hampir masuk, tapi terdengar suara suamiku mengegok. Pak Jono dan aku pun kaget terbangun dan menutupkan sarungku ke seluruh tubuh. Dan aku mengakhiri pijetan.
ku memakai sarung dan kaos yang tipis, tanpa memakai CD dan BH, karena aku membayangkan sebentar lagi aku akan melakukan hubungan badan yang luar biasa.
“Gaya apa saja malam ini yang akan dilakukan oleh Pak Jono terhadapku?” tanyaku dalam hati sambil berganti pakaian. Kusemprotkan parfum yang istimewa ke tubuhku.
Aku keluar dari kamar utamaku kemudian duduk dulu di ruang tamu bersama Pak Jono. Pak Jono tersenyum. Aku pun membalas senyumannya dengan memberi isyarat yang ia pahami maksudnya.
Kemudian Pak Jono mengajakku ke kamar tempat urut biasanya. Sepertinya Pak Jono sudah tidak sabar lagi. Aku mulai tengkurep. Pak Jono tidak mengurutku seperti biasanya karena nafsunya yang sudah sangat menggelora.
Ia menyingkap sarungku sampai ke panggulku. Ia mengelus-elus pahaku dan meremas-remas pinggulku. Ia ciumi pahaku dan pinggulku. Aku kini sudah tak berdaya karena lama aku menyimpan nafsu birahi.
“Pak .. malam ini aku ingin benar-benar puas, seperti puasnya perempuan Jepang yang digauli oleh orang hitam di dalam film BF,” rintihku.
Pak Jono dengan nafsu yang menyala-nyala dan ganas bertanya kepadaku.
“Ibu nonton film BF? Bagaimana ceritanya?”
“Laki-lakinya seperti Pak Jono, barangnya sangat besar dan panjang. Ia dengan ganasnya mengocok perempuan Jepang sampai berkali-kali. Ia merintih-rintih, lalu ia tergeletak lemas dengan memperoleh kepuasan yang luar biasa. Pak Jono.. Aku juga malam ini ingin seperti perempuan Jepang itu.”
Kemudian Pak Jono membalikkan tubuhku. Kini aku terlentang, dan Pak Jono dengan mudah membuka sarung. Memang aku sebelumnya tidak memakai CD. Ia mengangkangkan kedua kakikuku, lalu ia menciumi kemaluanku sambil meludahi lobangnya dan meremas-remas payudaraku. Kini aku tak kuasa lagi menahan nafsuku, rasanya ingin meledak.
Pak Jono membuka baju kaosnya dan celana dan CD-nya. Barang Pak Jono luar biasa tegak dan keras, besar dan panjang. Kemudian ia membuka kaosku. Kini kami berdua telanjang bulat dengan sinar yang cukup terang. Sehingga nampak jelas urat-urat kemaluan Pak Jono yang siap menerjang lobang kemaluanku.
Pak Jono merebahkan tubuhnya kemudian memelukku dengan gemes dan mengecup bibirku sambil menggigit-gigitnya, sementara penisnya dijepitkan ke antara kedua pahaku. Terasa hangat di pangkal kedua pahaku sambil barangnya bergerak-gerak. Kini Pak Jono sudah tidak sabar lagi, akupun juga. Pak Jono menindihku.
“Aduh… Pak… berat sekali badan Bapak,” kataku terengah-engah di bawah himpitan tubuhnya.
Pak Jono mengangkangkan pahaku seperti V. Ia meludahi lobangku dan barangnya agar licin dimasukkannya.
Begitu banyak Pak Jono meludahi lobangku sampai meleleh ke pintu lobang anusku. Pak Jono mengarahkan barangnya yang sangat besar, panjang dan keras itu ke lobang vaginaku yang kecil tapi montok. Ia menekannya tapi pertama dan kedua kali tidak berhasil Masuk.
“Aduh.. Pak.. Pelan-pelan, Pak,” jeritku.
“Katanya ingin puas ngerasain keganasan barangku?” Pak Jono berbisik dengan suara terengah-engah.
“Nanti, Pak.. kalau sudah masuk semua. Sekarang pelan-pelan dulu.”
Ketika ia menekan kembali, akhirnya penisnya berhasil menerobos lobang kenikmatanku. Croook… Trooot… Bleees… Kemudian ia menindihiku. Kini tubuh tinggi, besar dan kekar itu menindihi diriku yang kecil mungil. Ia mulai menggenjotku. Mula-mula ia mengayunkan pinggulnya pelan-pelan. Makin lama makin keras dan ganas, sambil menekan. Ketika ia dengan ganasnya menekan penisnya sampai rasanya nyelu dan ngenyut, sambil memelukku dengan gemes dan ganas.
“Aduh.. Pak!” aku berteriak kecil.
Ia terus menggenjotku dengan tenaga yang kuat dan kerasa sampai aku terkentut karena menahan genjotannya. Memang nikmat sekali, nikmat yang luar biasa. Kemudian aku menggelinjang sambil merintih dan menjerit. Sroot… Aku memcapai puncak kenikmatan. Dan Pak Jono kuat sekali, ia belum juga orgasme.
“Udah dulu, Pak…” kataku dengan suaraku terengah-engah.
“Ibu tengkurep. Aku ingin masuk ke lobang belakang. Aku akan keluarkan spermaku di lobang belakangmu,” bisiknya padaku.
Aku mulai tengkurep, dan Pak Jono mulai menindihku. Ia meludahi lobang anusku sambil menusukkan jarinya. Aduh rasanya… Kemudian ia menusukkan rudalnya ke lobang anusku. Setelah empat kali tekan baru bisa masuk. Ia menggenjot dengan ganasnya. Makin lama makin keras kocokan dan genjotannya, lalu muncratlah air hangat ke dalam lobang anusku. Aduh… nikmat lagi walaupun baru saja aku mencapai orgasme.
Subscribe to:
Posts (Atom)