Dipijatinya paha itu mulai dari belakang lutut terus keatas menyusup kebalik kain sarung
yang dipakai Adi. Dedeh agak jengah ketika tangannya menyusup hingga pinggul Adi dan
menyadari pemuda itu tidak pakai celana dalam. Mukanya agak memerah tetapi tetap diteruskan
pijatannya.
Bahkan sambil merenggangkan kedua paha Adi, tangannya menyusuri pijatan hingga mendekati
pangkal paha. Dan karena licin oleh minyak, jemarinya nyelonong hingga menyentuh biji peler
Adi.
"Aduh jangan disodok dong !" seru Adi pura-pura kaget.
"Aduh maaf, licin sih" ucapnya menahan malu. "Habis
aden tidak pakai celana sih"
"Eh maaf, saya pikir biar semuanya kepijat" jawab Adi nakal.
Akhirnya setelah bagian paha Dedeh pindah kebagian pinggang dan Adi membuka kaus singletnya
ketika pijatan itu terus kepunggung dan pundaknya.
Pijatan Dedeh memang terasa enak buat Adi atau karena yang memijatnya perempuan. Tapi yang
terang selusuran jemari berminyak disekujur badannya telah membuat Adi merem-melek
bersensasi, hingga tanpa sadar secara perlahan batang nya menegang. Hal ini yang
membuatnya gelagapan ketika Dedeh menyuruhnya terlentang untuk dipijat bagian depan.
"Eh bagian depannya juga ya?" tanyanya gugup.
"Iya, biar sekalian" jawab Dedeh terdengan merdu di telingan Adi.
Dengan perlahan diputar tubuhnya celentang, sementara tangannya sibuk membereskan kain
sarungnya agar acungan batang nya tidak terlihat.
Sebenarnya Dedeh tahu apa yang terjadi, tapi ia pura-pura tak melihat dan sambil tersenyum
kecil meneruskan pijatannya mulai dari kaki lagi.
Sambil berbaring Adi berusaha bersikap tenang dan menikmati pijitan Dedeh sambil menatapi
wajah Dedeh yang menunduk.Wajah Dedeh cukup menarik, rambutnya yang panjang digelung
kebelakang, hidungnya bangir, bibirnya yang merah alami dengan bulu-bulu hitam halus
diatasmya, mengingatkan Adi pada penyanyi dangdut Iis Dahliah. Demikian juga dengan
tangannya berbulu halus.
Dan sesuatu yang menyembul dibalik baju kebayanya membuat Adi semakin naik spaning. Baju
kebaya dengan belahan yang cukup rendah telah menampilkan juga belahan buahdada Dedeh yang
putih. Ditambah dengan posisi Dedeh yang berlutut dan membungkuk, hingga belahan itu semakin
mencuat. Apalagi kedua tangannya yang sedang memijat menekan buahdadanya dari samping
sehingga gunung kembar yang padat berisi itu makin membusung.
Adi menelan ludah melihat itu sehingga membuat batang nya semakin tegang, dan dengan
malu-malu diberesi kain sarungnya agar menyamarkan tonjolan yang terjadi. Adi semakin
gelisah ketika tangan Dedeh mulai merambahi pahanya. Disamping semakin jelasnya pemandangan
pada buahdada itu, juga karena pijatan jemari Dedeh semakin mendekati pangkal pahanya.
Dedeh juga telah melihat perubahan itu sejak tadi. Perlahan hasratnya sebagai perempuan yang
ditinggal lama oleh suami, bangkit. Tapi ada keraguan di dirinya, antara hasrat yang mulai
menggelora dan kesetiaan kepada suami. Sambil menimbang-nimbang, jemari tangannya terus
memijati kedua paha Adi yang kain sarungnya telah tersingkap keatas hingga hanya menutupi
pangkal pahanya.
Adi pemuda delapan belas tahun yang masih hijau soal seks. Pengetahuan yang didapatnya cuma
dari cerita teman, buku dan VCD porno. Hingga menghadapi situasi itu membuat dirinya grogi.
Mau menerkam dia takut Dedeh berteriak dan menuduhnya mau memperkosa. Dia belum bisa
melihat dan membedakan reaksi seorang perempuan.
Akhirnya dia memilih diam dan terus menikmati pijatan Dedeh yang kini makin keatas menyusup
kebalik kain sarungnya. Jemari Dedeh memijiti pinggul dikiri kanan pangkal paha Adi. Hal
mana membuat Adi semakin blingsatan apalagi secara sengaja atau tidak jemari Dedeh sesekali
menyentuh bulu-bulu jembutnya.
" Manuknya bangun ya?" tanya Dedeh akhirnya sambil tertawa kecil menyadari 'burung'
diselangkangan pemuda itu semakin mengacung.
Hasratnya rupanya telah mengalahkan kesetiaan. Tapi seperti juga Adi, Dedeh masih ragu-ragu
terhadap reaksi pemuda itu.
"Ehh..iya" jawab Adi gelagapan " Habis pijitan kamu enak sekali sih"
"Ah masa, tapi itu artinya
aden normal" kata Dedeh menimpali
"Eceu ngga apa-apa, ngga tersinggung ?" tanya Adi
"Ah nggak apa-apa, saya pan sudah biasa lihat punya suami" jawab Dedeh makin berani.
"Oh iya" kata Adi juga semakin berani.
"Ngomong-ngomong bagus mana punya saya sama punya Kang Sudin ?" tanyanya lagi.
"Ah mana saya tahu, sayakan belum pernah lihat punya
aden" jawab Dedeh memancing.
" Kalau mau lihat, ya dibuka saja" kata Adi sambil menyibakkan kain sarungnya hingga
mencuatlah batang ****** yang telah sepenuhnya ngaceng.
Dedeh sedikit terkejut tapi dilihat juga batang ****** yang sudah tegang itu.
" Bagaimana ?" tanya Adi bernafsu.
" Eeee….nggg…. sama saja bagusnya. Cuma punya
aden lebih besar dan panjang" jawab Dedeh sambil tertawa kecil dan tak sadar jemarinya yang
memang berada disekitar pangkal paha itu mulai membelai bulu-bulu jembut keriting yang
mulai tumbuh subur.
" Kata orang, perempuan lebih suka burung yang gede" pancing Adi berani.
"Ah, kata siapa " jawab Dedeh tersipu sambil matanya tetap menatap batang ****** pemuda itu
yang mengangguk-angguk, sementara itu jemarinya masih membelai bulu jembut menghitam dan
nafasnya mulai memburu. Heran juga dia, masih bocah tapi burung nya sudah sebesar itu.
Memang batang ****** Adi lebih besar dan panjang dari kepunyaan Sudin suaminya. Dan Dedeh
juga telah mendengar dari Iis sudaranya, semakin besar batang ****** lelaki semakin nikmat
hujamannya dirasakan oleh perempuan.
" Ya kata orang, saya juga belum tahu" jawab Adi
" Belum tahu. Memang
aden belum pernah melakukan ?" tanya Dedeh antusias.
" Belum, sayakan masih perjaka ting-ting nih. Ajarin dong" kata Adi semakin berani.
" Ah
aden bisa saja, diajarkan apa sih ?" tanya Dedeh pura-pura bodoh.
" Diajarin bagaimana melakukannya " kata Adi yang tangannya sudah memegang tangan Dedeh dan
mendorongnya agar menyentuh batang nya.
Dan Dedeh menuruti dengan membelai perlahan otot tegang itu.
" Benar
aden belum pernah?" tanya lagi.
" Berani sumpah," kata Adi meyakinkan " melihat perempuan telanjang saja saya belum pernah"
Dedeh semakin tergerak, jemarinya semakin berani meremasi batang ****** Adi, yang membuat
pemuda itu semakin bernafsu. Demikian juga dengan Adi, tangannya mulai berani merabai
buahdada Dedeh dan meremasnya. Dedeh mengelinjang menikmati remasan itu. Telah lama ia
tidak menikmati sentuhan lelaki.
Dan Adi semakin berani, jemarinya mulai membuka satu-persatu peniti di baju kebaya Dedeh
yang telah pasrah. Mata Adi berbinar ketika peniti itu telah lepas semua dan buah dada ranum
yang masih terbungkus oleh BH semakin menonjol keluar.
Segera saja ia bangkit duduk dan memegang pundak Dedeh yang juga bersimpuh pasrah.
Dipandanginya seputar belahan putih mulus yang juga ditumbuhi bulu-bulu halus, kontras
dengan kulitnya yang putih. Diusap-usapnya belahan dada itu perlahan yang membuat Dedeh
semakin bergetar dan tangan Adi terus naik keleher hingga kedagu.
Diangkatnya dagu itu hingga muka Dedeh menengadah. Matanya terlihat pasrah namun menyimpan
hasrat yang mengelora. Bibirnya merekah basah, mengundang untuk dikecup. Maka diciumnya
bibir merah merekah itu dengan bernafsu.
Dedeh pun menyambut ciuman itu dengan hangat, sementara tangannya makin keras meremasi
batang ****** Adi. Dan tangan Adi juga tidak tinggal diam, setelah membuka baju kebaya
Dedeh, segera saja tangannya membuka kancing BH yang membungkus buahdada yang montok itu.
Maka mencuatlah sepasang gunung montok yang sedari tadi menarik minat Adi.
Dedeh secara refleks semakin meremas dan mengocok batang ****** Adi ketika pemuda itu dengan
bernafsu meremasi buahdadanya yang telah terbuka. Sementara itu ciuman mereka semakin
bernafsu. Meski belum pernah bercinta dengan perempuan tapi soal ciuman dan rabaan, Adi
cukup pengalaman. Hanya sebatas itulah yang dapat dilakukan bersama pacarnya, Dewi.
Adi mengeluarkan semua jurus menciumnya, lidahnya menjulur menjelajah kedalam mulut Dedeh.
Demikian juga dengan Dedeh, berusaha mengimbangi dengan kemampuan yang dimiliki. Melihat
kemampuan pemuda itu, Dedeh ragu akan pengakuannya belum pernah bercinta dengan perempuan.
Namun nafsu yang kian menggebu menghapus semua keraguannya, yang penting hasratnya harus
tertuntaskan.
Setelah puas menciumi mulut Dedeh, perlahan mulutnya mulai menyusuri leher perempuan itu
terus kebawah ke belahan dadanya yang ranum. Dedeh mendesah ketika ujung lidah Adi mulai
menjilati seputar buahdadanya yang ranum, terus keputingnya yang semakin mengeras dan
menghisapnya seperti bayi.
" Ahh.. den, gelii.. " rintih Dedeh.
Adi dengan bernafsu terus meremasi dan menghisap buahdada ranum yang itu. Dikeluarkan semua
jurus bercinta yang dia ingat, untuk memuaskan hasratnya yang kian menggebu. Baru pertama
kali itulah ia menciumi buahdada wanita secara utuh. Dengan Dewi pacarnya hanya sebatas
meraba dan meremas, itu pun masih berpakaian.
Buahdada Dedeh yang padat berisi memang sangat menarik hasrat lelaki. Bentuknya padat berisi,
tidak terlalu besar tapi montok. Ditambahi dengan bulu-bulu halus disekitarnya menambah
daya tarik alias semakin nafsuin. Demikian juga dengan Adi dengan tidak puas-puasnya mulut
dan tangannya secara bergantian meremasi dan melumati sepasang gunung montok nan lembut.
Dedeh dengan penuh gairah menikmati semua sentuhan itu. Dan Adi yang batang nya terus
dirangsang remasan tangan Dedeh, secara perlahan nafsunya semakin tinggi. Kocokan dan
remasan itu dirasakan semakin nikmat sehingga batang nya semakin tegang dan sensitif.
No comments:
Post a Comment