"Aahhh . . . kamu ngeledek ...!" Luki meloncat dari karpet yang didudukinya dan berusaha mencubiti lenganku. Aku menghindar dan menangkis, tapi ia terus menyerang sambil tertawa, dan . . . tersandung! Ia jatuh ke dalam pelukanku, membelakangiku. Lenganku merangkul dadanya, dan ia duduk tepat di atas batang kelelakianku! Kami terengah-engah dalam posisi itu. Bau bedak bayi dari kulitnya dan bau sampo rambutnya membuatku makin terangsang . . . dan akupun mulai menciumi lehernya. Mia mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, dan tangankupun mulai meremas kedua buah-dadanya.
Nafas Luki makin terengah, dan tangankupun masuk ke antara dua pahanya. Celana dalamnya sudah basah, dan jariku mengelus belahan yang membayang.
"Uuuhhhhh .... mmmmhhhh ....." Luki menggelinjang.
Kesadaranku yang tinggal sedikit seolah memperingatkan bahwa yang sedang kucumbu adalah seorang wanita panggilan, tapi gariahku sudah sampai ke ubun-ubun dan akupun menarik lepas dasternya dari atas kepalanya. Aahhh ....! Luki menelentang di tempat tidur dengan tubuh hampir polos!
Aku segera mengulum puting susunya yang merah muda, berganti-ganti kiri dan kanan hingga dadanya basah mengkilap oleh ludahku. Tangan Luki mengelus belakang kepalaku dan erangannya yang tersendat membuat aku makin tak sabar.
Aku menarik lepas celana dalamnya, dan . . . nampaklah bukit kemaluannya yang baru ditumbuhi rambut jarang. Bulu yang sedikit itu sudah nampak mengkilap oleh cairan kemaluan Luki. Akupun segera membenamkan kepalaku ke tengah ke dua pahanya.
"Ehhhhhh...... mmmmmmmaaahhhh.....," Tangan Luki meremas bantal dan pinggulnya menggeletar ketika bibir kemaluannya. Sesekali lidahku berpindah ke perutnya dan mengemut perlahan.
"Ooohh.... aduuuhhhhh....," Luki mengangkat punggungnya ketika lidahku menyelinap diantara belahan kemaluannya yang masih begitu rapat. Lidahku bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluannya mulai membuka. Sesekali lidahku akan membelai kelentitnya dan tubuh Luki akan terlonjak dan nafas Luki seakan tersedak. Tanganku naik ke dadanya dan meremas kedua bukit dadanya. Putingnya sedikit membesar dan mengeras.
Ketika aku berhenti menjilat dan mengulum Luki tergeletak terengah-engah, matanya terpejam. Tergesa aku membuka semua pakaianku, dan kemaluanku yang tegak teracung ke langit-langit kubelai-belaikan di pipi Luki. "Mmmmhh...... mmmmmhhhh...... oooohhhhmmmmm......," ketika Luki membuka bibirnya, kujejalkan kepala kemaluanku. Mungkin film tadi masih diingatnya, jadi iapun mulai menyedot. Tanganku berganti-ganti meremas dadanya dan membelai kemaluannya.
Segera saja kemaluanku basah dan mengkilap. Tak tahan lagi, akupun naik ke atas tubuh Luki dan bibirku melumat bibirnya. Aroma kemaluanku ada di mulut Luki dan aroma kemaluan Luki di mulutku, bertukar saat lidah kami saling membelit.
Dengan tangan kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke celah di selangkangan Luki, dan sebentar kemudian kurasakan tangan Luki menekan pantatku dari belakang. "Ohh mam.... masuk .... hhh... masukin.... Ohhhh.... hhhh... ehekmmm..."
Perlahan kemaluanku mulai menyeruak masuk ke liang kemaluannya, dan Luki semakin mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluanku terasa tertahan sesuatu yang kenyal. Dengan satu sentakan, tembuslah halangan itu. Luki memiawik kecil, dahinya mengernyit menahan sakit. Kuku-kuku tangannya mencengkeram kulit punggungku. Aku menekan lagi, dan terasa ujung kemaluanku membentur dasar. Lalu aku diam tak bergerak, membiarkan otot-otot kemaluan Luki terbiasa dengan benda yang ada di dalamnya.
Sebentar kemudian kernyit di dahi Luki menghilang, dan akupun mulai menarik dan menekankan pinggulku. Luki mengernyit lagi, tapi lama kelamaan mulutnya menceracau,
"Aduhhh.... sssshhhh..... iya.... terusshh.... mmmhhh...... aduhhh..... enak.... De..."
Aku merangkulkan kedua lenganku ke punggung Luki, lalu membalikkan kedua tubuh kami hingga Luki sekarang duduk di atas pinggulku. Nampak kemaluanku menancap hingga pangkal di kemaluannya. Tanpa perlu diajar, Luki segera menggerakkan pinggulnya, sementara jari-jariku berganti-ganti meremas dan menggosok dada, kelentit dan pinggulnya, dan kamipun berlomba mencapai puncak.
Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Luki makin menggila dan iapun membungkukkan tubuhnya dan bibir kami berlumatan. Tangannya menjambak rambutku, dan akhirnya pinggulnya menyentak berhenti. Terasa cairan hangat membalur seluruh batang kemaluanku.
Setelah tubuh Luki melemas, aku mendorong ia terlentang, dan sambil menindihnya, aku mengejar puncakku sendiri. Ketika aku mencapai klimaks, Luki tentu merasakan siraman air maniku di liangnya, dan iapun mengeluh lemas dan merasakan orgasmenya yang ke dua.
Sekian lama kami diam terengah-engah, dan tubuh kami yang basah kuyup dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme.
"Aduh, De.. . . Luki lemes. Tapi enak banget."
Aku cuma tersenyum sambil membelai rambutnya yang halus. Satu tanganku lagi ada di pinggulnya dan meremas-remas. Kupikir tubuhku yang lelah sudah terpuaskan, tapi segera kurasakan kemaluanku yang telah melemas bangkit kembali dijepit liang vagina Luki yang masih amat kencang.
No comments:
Post a Comment